Lampung Utara, Rasilnews – Pelajar Palestina, Yasmin Mahmoud Hasyim Anbar mengatakan, ada empat tokoh perempuan Palestina yang menonjol dalam memperjuangkan pembebasan Masjidil Aqsa dan Palestina.
Hal itu disampaikannya saat menyampaikan materi sekaligus silaturahim di pengajian akbar, di Masjid Nurul Husna, Negararatu, Lampung Utara, Ahad (4/9).
Yasmin menyebutkan, empat tokoh tersebut adalah Khadijah Abu Khuwais, Ummu Nidhol Farhat, Ummu ‘Asif al-Barquti, dan Isra Ja’abis.
Tokoh pertama, Khadijah Abu Khuwais sejak kecil sudah dididik oleh ayah dan ibunya menjadi Murobithoh (penjaga) Masjid Al-Aqsa, sampai-sampai ia dikenal oleh otoritas Israel sehingga tercatat 28 kali selama 2014 masuk penjara.
“Sepanjang hidup Khadijah ditangkap berulang kali, selama itu pula ia tidak pernah menangis, begitu semangat gigih berjuang. Ini yang terus diupayakan zionis supaya Khuwais tidak memasuki Masjidil Aqsa,” Demikian Minanews dikutip Rasilnews.
“Suatu saat dia dipaksa oleh zionis untuk melepas hijabnya di ruangan khusus penjara Israel. Tidak boleh wudhu, shalat dan saat itu pula selama hidupnya menangis karena selama 4 hari dipaksa lepas hijab. Ini menunjukkan kegigihannya, Israel bersusah payah mencegah Khuwais memasuki masjid Al-Aqsa,” katanya.
Tokoh kedua, Nidhol Farhat, seorang ibu yang mempersembahkan 3 putranya berjuang di medan jihad hingga syahid di jalan Allah dan ia ridho atas gugurnya semua putra kesayangannya.
“Ia selalu memotivasi 3 anaknya untuk selalu berusaha masuk Masjidil Aqsa dan merebut kembali Masjid Aqsa sampai pada akhirnya ketiganya syahid. Ia sudah menyerahkan kepada Allah dan Rasul-nya,” ujarnya.
Ketiga, ‘Asif Al-Barquti, ia sudah menikah selama 40 tahun dan memiliki 5 anak, satu syahid, dan 4 ditahan oleh Israel serta suaminya menjadi tawanan Otoritas Israel selama 12 tahun sejak pernikahannya.
“Apa yang menimpanya merupakan anugrah luar biasa dari Allah Subhanahu Wata’ala atas pengorbanannya mempersembahkan putranya syahid sehingga membuat keluarganya menjadi keluarga Allah. Semua adalah takdir Allah maka jangan merasa sedih dan hina karenanya,” kata Yasmin.
Tokoh keempat adalah Isra Ja’abis, seorang wanita Palestina yang menjadi tahanan penjara Israel setelah mobilnya yang membawa barang-barang rumah tangga untuk pindah rumah terbakar karena gas yang dibawanya meledak.
“Ini terjadi saat sampai di pos pemeriksaan Israel. Akibat ledakan gas tersebut, 8 jari jemarinya harus diamputasi dan mobilnya hangus terbakar. Tentara zionis menuduh ini adalah serangan meledakkan diri. Tuduhan itu akhirnya membuat tentara menangkapnya dan pengadilan Israel menahannya selama 10 tahun,” jelasnya.
Sampai saat ini, lanjut Yasmin, Isra Ja’abis belum keluar dari penjara, bahkan untuk berobat tidak diizinkan. Sampai putranya sendiri tidak dapat mengenali ibunya karena begitu lamanya tidak bertemu. Yasmin berharap, rakyat Indonesia dapat membantu Isra Ja’abis untuk bisa keluar dari penjara.
“Hal Inilah yang menjadi penyebab mereka menjadi wanita spesial, berbeda dengan perempuan lain, termasuk kita di Indonesia. Mereka berhadapan setiap hari dengan Israel, berjuang menjadi penjaga masjid Al-Aqsha. Kalau mereka bisa kita pun bisa, mari mencontoh Murobithoh di Palestina,” ajaknya.