Nusa Dua, Rasilnews – Pemerintah Indonesia mendorong penghapusan utang negara berkembang dan negara miskin dalam KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11).
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan Wempi Saputra menilai restrukturisasi utang itu untuk mempercepat pemulihan ekonomi global dan khususnya bagi negara miskin.
Saat ini, ada sekitar 48 negara miskin yang sudah mendapat keringanan penundaan pembayaran utang. Namun, perlu diingat penundaan bukanlah solusi, mengingat utang tersebut masih ada dan harus diselesaikan.
“Akibat pandemi, total utang yang dimiliki negara berkembang dan miskin mencapai US$12,9 miliar (setara Rp200 triliun) sejak tahun lalu,” ujarnya melalui keterangan resmi, Selasa (15/11), seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Menurut Wempi, Indonesia sebagai Presidensi G20, menjadi fasilitator bagi negara-negara miskin agar bisa mendapat solusi terhadap pembayaran utang.
Indonesia juga memainkan peran aktif sebagai Presidensi G20 guna memberi dukungan penuh untuk membawa pesan penyelesaian utang ini.
Ia juga mengatakan pandemi yang berkepanjangan telah menyebabkan kontraksi perekonomian pada sejumlah negara terutama bagi negara miskin.
Tekanan inflasi yang tinggi dan perlambatan ekonomi telah menyebabkan Zambia, Chad, dan Ethiopia mengalami kesulitan untuk membayar utang.
Ketiga negara ini sedang menjalani program penyelesaian utang atau disebut common framework for debt treatment. Ketiganya menjadi proyek percontohan untuk penyelesaian utang bagi negara miskin.
“Bila ini berhasil, maka program ini bisa diberlakukan bagi negara lainnya,” papar Wempi yang juga menjabat sebagai Executive Director Bank Dunia kepada Tim Komunikasi dan Media G20.
Selain masalah utang, Indonesia juga mendorong negara-negara maju untuk membantu pembangunan infrastruktur di negara miskin, misalnya melalui peningkatan kapasitas.
Wempi menuturkan krisis global yang telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian semua negara, semakin menyulitkan negara miskin untuk membangun infrastrukturnya.
Ia mengatakan tantangan Indonesia sebagai Presidensi G20, tidaklah mudah di tengah-tengah kondisi dunia yang cukup kompleks.
Permasalahan global saat ini adalah geopolitik yang berimbas pada ketidakpastian perekonomian, terjadinya krisis pangan dan krisis energi, hingga sebagian negara miskin tidak mampu membayar kewajibannya.