Bekasi, Rasilnews – Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Arys Hilman, menyatakan IKAPI membatalkan keikutsertaan dalam Frankfurt Book Fair (FBF) tahun ini yang akan dilaksanakan pada 18-22 Oktober 2023 di Kota Frankfurt, Jerman.
Menurut Arys Hilman, Indonesia sudah mendirikan stan bernama Indonesia, tetapi nantinya stan itu akan ditiadakan.
“Tidak akan ada atribut negara maupun bendera Indonesia/IKAPI sama sekali pada stan yang sudah terlanjur dibangun,” kata Ketua Umum IKAPI periode 2020-2025 itu.
“Jika pun nanti ada beberapa penerbit yang tetap berangkat ke sana, tidak akan ikut ke dalam kegiatan. Hanya janji temu dengan mitra dan literary agency lainnya. Saya sendiri membatalkan dan Ikapi secara organisasi tidak akan ikut dalam FBF,” tegas Arys.
Kemendikbudristek melalui Pusat Perbukuan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Supriyatno, juga menyatakan pembatalan keikutsertaan Indonesia pada FBF 2023.
“Dengan situasi geopolitik saat ini, kami tidak akan menghadiri atau membuka Stan Indonesia di FBF, tidak akan berada di sana dalam kapasitas sebagai pemerintah yang ikut serta dalam ajang FBF,” ungkapnya.
Keputusan pembatalan tersebut keluar usai Frankfuter Buchemesse sebagai penyelenggara FBF 2023 menyatakan membela Israel dalam perang antara Pejuang Palestina dan Israel.
Direktur Frankfuter Buchemesse, Juergen Boos, mengatakan pihaknya mengutuk “tindakan teror” yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel.
Diketahui, FBF juga akan memberi ruang lebih untuk penulis Israel agar bersuara lebih banyak di acara FBF 2023.
Selain itu, FBF secara sepihak membatalkan penghargaan LiBeraturpreis yang sebelumnya akan diberikan kepada pengarang Palestina, Adania Shibli.
Pernyataan Frankfuter Buchemesse itu membuat sejumlah penerbit hingga partisipan negara mengundurkan diri dari gelaran FBF 2023.
Selain Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Sharjah Book Authority dan Arab Publishers Association secara resmi telah menarik partisipasinya pada FBF 2023, begitu juga Qatar dan Mesir.
Perlakuan yang dinilai tidak adil dari FBF tersebut mengundang kekecewaan dan kemarahan dari banyak penulis, aktivis, dan organisasi perbukuan dunia.
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan, pada Ahad (15/10) malam, jumlah korban di kalangan rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat meningkat menjadi 2.506 syahid dan 10.400 warga luka sebagian kritis.
Kemenkes menjelaskan, sejak dimulainya agresi pada Sabtu (7/10) lalu, saat ini jumlah syahid di Jalur Gaza bertambah menjadi 2.450 orang, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan, sedangkan jumlah korban luka mencapai 9.200 orang, sementara jumlah korban di Tepi Barat meningkat menjadi 56 syahid akibat luka peluru pasukan pendudukan Israel yang semakin gencar, dan lebih dari 1.200 orang luka, Wafa melaporkan.***