Jakarta, Rasilnews – Pengamat politik Tony Rosid menyoroti debat Cawapres putaran kedua menyisakan tanda tanya terkait persiapan dan performa para kandidat,”sebelumnya saya ingin menarik nafas dulu sebelum bicara karena apa yang terjadi kemarin itu dalam debat Cawapres putaran ke 2 amat sangat mengejutkan,” ujar nya dalam wawancara Topik Berita di Radio Silaturahim, Rabu (24/01).
Menurutnya, Gibran, yang sebelumnya berhasil mengungguli pesaingnya dalam debat pertama, terlihat cenderung terkecoh dan terlalu percaya diri dalam debat kedua,” ketika debat pertama kita akui gibran pemenang dalam banyak hal, dan secara psikologi menang karena anak presiden yang pastinya memiliki data yang mumpuni,” katanya.
Tony melihat bahwa meski materi debat mencakup beragam topik, termasuk petanian dan pembangunan desa, Gibran terlihat kesulitan mengimbangi Cak Imin. Sementara Cak Imin, yang memiliki pengalaman sebagai menteri dalam kabinet Jokowi, mampu menyajikan data konkret terkait pembangunan di daerah tertinggal.
“Tetapi ketika bicara tentang petanian atau tentang desa, maka Muhaimin lebih jago karena selalu punya data menteri pada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, nah soal materi saya lihat cak imin makin bagus dan Mahfud mulai mengimbangi,” pungkasnya.
Namun dalam debat kemarin (Cawapres), sorotan jatuh pada beberapa kelemahan dalam strategi debat keduanya. Menurut Tony, Gibran cenderung keluar dari konteks saat membahas isu Greenflation serta menunjukkan kurangnya kedalaman pemahaman,”Gibran sepertinya keteteran dan banyak bicara, seperti ingin meyakinkan tetapi kemudian dikonfirmasi oleh para ahli banyak kelirunya juga,” ujar pengamat politik dan dosen ini.
Kritikan terhadap Cak Imin yang diulang-ulang, terutama terkait tokoh yang tidak relevan dalam debat, juga menciptakan ketidaknyamanan, “kemudian catatan saya selanjutnya adalah Gibran juga membuat kritikan dan mengkaitkan dengan orang (Tom Lembong) yang tidak ada hubungannya dengan debat sampai disebutkan tiga kali. satu kali saja sudah tidak pas akan tetapi kemudian diulang sampai 3 kali sangat tidak enak kedengarannya,” tandasnya.
Pengamat politik Tony Rosid juga menilai bahwa kinerja dari para kandidat Cawapres masih terbuka untuk diperdebatkan. Debat Cawapres menjadi penting karena mencerminkan kemampuan kedua calon dalam merespons isu-isu nasional dan mendapatkan dukungan publik. Dengan sisa waktu yang terbatas, pertarungan diantara paslon Cawapres 2024 semakin menarik dan memunculkan pertanyaan kritis di benak pemilih.
“Mestinya kalau calon pemimpin itu bicara dan diskusinya pada level Policy (Kebijakan) bukan pada tebak – tebakkan,” tutupnya.