Cibubur, Rasilnews – Dinamika politik jelang Pilkada di Provinsi Banten mencerminkan fenomena baru di tengah kembalinya dukungan partai Golkar kepada Airin Rachmi Diany. Airin, yang sebelumnya didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), kini menjadi sorotan dalam dunia politik lokal. Dukungan Golkar kepada Airin dipandang oleh pengamat politik sebagai cerminan harapan rakyat terhadap seorang tokoh yang memiliki kapasitas untuk memimpin daerah.
Dalam Dialog Topik Berita bersama Tony Rosyid di Radio Silaturahim, pengamat politik dan pemerhati bangsa, Rabu (28/08/24), dirinya menjelaskan bahwa Banten menjadi barometer penting untuk mengukur seberapa besar harapan masyarakat terhadap tokoh-tokoh politik. “Dimulai dari Banten, di mana Airin menjadi sorotan untuk mengukur seberapa besar harapan masyarakat terhadap seorang tokoh. Tentu saja, ini melalui survei yang kemudian menunjukkan mana yang diinginkan oleh rakyat dan mana yang tidak,” ungkap Tony Rosyid kepada Bang Ichsan.
Menurutnya, dalam era demokrasi yang ideal, rakyat seharusnya menjadi pemegang kekuasaan tertinggi. Pemimpin yang akan dimajukan bergantung pada keinginan rakyatnya, dengan integritas dan kapasitasnya rakyat menentukan corak pemimpin yang lahir. Tony menekankan pentingnya pendidikan dalam menentukan pilihan pemimpin yang rasional. “Jika mayoritas rakyat tidak berpendidikan, maka pemimpin yang lahir mungkin tidak rasional. Sebaliknya, jika rakyat yang memilih adalah mayoritas terdidik, maka pilihan mereka akan lebih rasional,” jelasnya.
Namun, realitas di Indonesia menunjukkan tantangan besar dalam hal ini. Tony mengungkapkan bahwa hanya sekitar 5-6% populasi dari masyarakat Indonesia yang berpendidikan sarjana, dengan lulusan SMA hanya 21%, sehingga pemilih rasional hanya mencapai 15% dari total pemilih nasional. “Artinya, hanya 15% pemilih yang memilih berdasarkan kecocokan rasional, sedangkan 65% sisanya memilih tanpa dasar rasionalitas,” ujar Tony. Hal ini menyebabkan pemimpin yang terpilih sering kali bukanlah mereka yang dapat diharapkan untuk membangun bangsa. Menurut Tony, mereka yang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan integritas untuk membangun bangsa sering kali tidak terlihat karena tidak memiliki dana yang cukup untuk membangun popularitas.
Di Banten, meskipun survei menunjukkan bahwa Airin diharapkan oleh masyarakat, tantangan besar tetap ada, terutama dalam hal dukungan partai. Tony menjelaskan bahwa Airin memiliki pilihan untuk maju sebagai calon independen dalam Pilkada, tetapi karena adanya jaminan dari partai, Airin lebih memilih jalur partai. “Situasi ini berbeda dengan di Jakarta, di mana Anies Baswedan dijanjikan dukungan oleh tiga partai, namun tidak satupun yang akhirnya mengusungnya. Jika memang tidak mendukung, sebaiknya tidak menjanjikan,” kata Tony, menggambarkan situasi yang sering terjadi dalam dunia politik Indonesia.
Lebih lanjut, Tony mengkritik fenomena “prank politik” yang sering terjadi di Indonesia. “Prank politik seperti ini sering terjadi, menipu, memanipulasi, dan berbohong sudah biasa dalam dunia politik,” ujarnya. Fenomena ini, menurutnya, mencerminkan realitas keras politik Indonesia yang sering kali diwarnai oleh janji-janji yang tidak dipenuhi.
Di tengah segala tantangan tersebut, Airin tetap memiliki modal kuat dalam menghadapi Pilkada Banten. Dengan elektabilitas hingga 98%, popularitas, jaringan, infrastruktur, dan dana yang kuat, Airin tetap menjadi kandidat yang diharapkan oleh masyarakat Banten. Namun, Tony menegaskan bahwa keputusan akhir tetap ada di tangan partai. Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam perkara nomor 60 membuka peluang bagi Airin untuk diusung oleh PDIP, meninggalkan Golkar, meskipun akhirnya Golkar kembali mendekat kepada Airin.
“Saya melihat ini sebagai langkah tepat, karena Airin adalah kader potensial untuk menang. Partai, secara nalarnya, selalu mencari kemenangan, dan kemenangan membutuhkan legitimasi serta logistik,” jelas Tony. Menurutnya, tidak peduli apakah partai itu adalah partai dakwah atau partai lain, logistik selalu menjadi prioritas, dan dalam konteks logistik, tidak ada pertimbangan halal atau haram.
Keputusan Golkar untuk mendekati kembali Airin di Banten, menurut Tony, adalah langkah yang tepat secara politik. “Jangan sampai kader potensial diambil oleh partai lain. Ini adalah bagian dari dinamika politik,” tambahnya. Tony juga mengingatkan bahwa di Jakarta, potensi yang ada sayang jika tidak dimanfaatkan, meski sering kali berbenturan dengan dua hal: logistik dan intimidasi.
Dalam kesimpulannya, Tony Rosyid menyatakan bahwa dinamika politik Pilkada di Banten dan Jakarta saat ini mencerminkan realitas politik Indonesia yang kompleks dan penuh tantangan. “Inilah gambaran dari dinamika politik Pilkada saat ini, baik di Banten maupun di Jakarta,” pungkasnya.