Jakarta, Rasilnews – Lembaga kemanusiaan yang fokus pada pembelaan Palestina dan Masjid Al-Aqsa, Aqsa Working Group (AWG) memasuki usia ke 15 di tahun 2023 ini.
Organisasi tersebut tepatnya dibentuk saat Konferensi Internasional “Aksi Nyata Mengembalikan Masjid Al-Aqsa Ke Pangkuan Muslimin” pada 20 Sya’ban 1429 H atau 21 Agustus 2008 M, yang diselenggarakan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dan lahirlah “Deklarasi Jakarta untuk Pembebasan Al-Aqsa” di Wisma ANTARA Jakarta.
Mengutip situs resmi Aqsa Working Group (AWG), lembaga sosial ini sesuai akta pendiriannya mengemban 6 amanat utama, yaitu:
- Menyosialisasikan atau menyadarkan kaum Muslimin untuk membela dan membebaskan Al-Aqsa dari cengkraman zionis Israel.
- Mobilisasi seluruh dana dan kekuatan Muslimin sedunia untuk pembebasan Al-Aqsa.
- Membuat peta jalan (roadmap) pembebasan Al-Aqsa.
- Membangun jaringan kerjasama (networking) antar segenap Muslimin sedunia.
- Melakukan usaha-usaha pemberdayaan Muslimin Palestina, meliputi pendidikan, keterampilan, dan usaha-usaha lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan muslimin Palestina.
- Memfasilitasi pembentukan kelompok kerja serupa di negara-negara berpenduduk Islam di dunia.
Adapun latar belakang pendirian AWG disebutkan sebagai magnet kerinduan dari hati setiap Muslim untuk berziarah ke Masjid Al-Aqsa. Terdorong kerinduan itu maka seorang Muslim akan berusaha dengan berbagai daya upaya untuk mendatanginya dan ikut memuliakannya, ingin shalat di dalamnya.
Keberadaan Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) tentu tidak lepas dari kondisi Masjid Al-Aqsa yang masih berada di bawah penjajahan Israel berikut seluruh wilayah Palestina. Bahkan penjajahan dan penistaan terhadap Masjid Al-Aqsa terus berlangsung. Kezaliman itu tidak bisa ditolerir sama sekali.
Namun demikian belum semua kaum Muslimin menunjukkan kepedulian terhadap nasib Al-Aqsa. Sehingga perlu adanya kegiatan dan gerakan untuk menyadarkan kaum Muslimin akan bahaya yang mengancam Al-Aqsa. Bila kesadaran itu sudah mulai bersemi di hati kaum Muslimin, maka upaya pembebasan masjid suci itu akan semakin nyata.
Sesungguhnya pembebasan Al-Aqsa itu memang bukan sekadar merebut kembali sebuah masjid yang dinistakan oleh musuh-musuh Allah. Lebih dari itu, upaya tersebut adalah sebuah perjuangan mengembalikan dunia di bawah kepemimpinan yang akan merestorasi kedamaian dan keadilan di muka bumi yang pernah terjadi di bawah kepemimpinan Islam.
Di sinilah diharapkan peran penting AWG sebagai salah satu lembaga yang bekerja untuk membangun kesadaran semacam itu dan mengarahkan daya upaya untuk membebaskan Al Aqsa dari belenggu penjajahan.
Dalam kaitan aksi nyata, ada beberapa hal yang perlu terus diperkuat bersama upaya-upaya AWG dalam melaksanakan tugas pembebasan Al-Aqsa.
Dalam arahan Pembina Utama AWG, H.Muhyiddin Hamidy pada 30 September 2012 disebutkan berbagai kegiatan yang dapat dilakukan lembaga kepalestinaan AWG tersebut, di antaranya:
- Sosialisasi, yaitu: up date pengelolaan website, penerbitan jurnal dan buku-buku, bedah buku, pelatihan seminar, konferensi internasional, longmarch, dan tabligh akbar.
- Penghimpunan dana pembebasan Al-Aqsa dan bantuan natura.
- Membangun Jaringan, yaitu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dalam rangka pembebasan Al-Aqsa. Serta membangun jaringan kerjasama di antara pihak-pihak yang berjuang untuk pembebasan Al-Aqsa, termasuk di dunia maya.
- Pemberdayaan, di antaranya melalui kegiatan: Mengkoordinir pelaksanaan ziarah ke Al-Aqsa, memfasilitasi beasiswa untuk pelajar dan mahasiwa Palestina, pertukaran budaya dengan Palestina, pemberdayaan ekonomi Palestina, membentuk komunitas media sosial di internet, memfasilitasi peredaran komoditas/produk asal Palestina, hingga perjuangan boikot produk-produk Israel.
Berkaitan dengan itu, banyak agenda kegiatan aksi nyata yang sudah dikerjakan oleh Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG). Mulai dari konferensi internasional Al-Quds, longmarch cinta Al-Aqsa di berbagai wilayah, seminar-seminar, statemen-statemen, training (daurah), aksi-aksi protes, penerbitan buku, tabligh akbar, pemutaran film dokumenter, pameran foto, penggalangan dana dan kekuatan (fund and forces), termasuk mengirimkan bantuan dalam program Winter Aid for Gaza, Pandemic Aid for Gaza, serta penyaluran zakat dan pelaksanaan qurban di Palestina, penolakan kedatangan Timnas Israel U-19 ke Indonesia, hingga menggelar perayaan Bulan Solidaritas Palestina.
Tentu perlu terus melakukan kreasi dan inovasi berbagai kegiatan dalam kaitan pembebasan Al-Aqsa. Potensi dan peluang teknologi informasi, media sosial, dan komunitas dunia maya, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan terus meningkat dari waktu ke waktu.***