Selasa, 3 Jumadil Akhir 1444 H/ 27 Desember 2022
Innalillahi wainnailaihi raajiun. Budayawan Betawi Babe Ridwan Saidi menghembuskan nafas terakhirnya Ahad kemarin, setelah sempat mengalami masa kritis saat mendapatkan perawatan di RSPI Bintaro karena penyakit yang dideritanya. Sepeninggalnya Babe Ridwan Saidi ke pangkuan Allah SWT, turut membuat banyak orang dibuat penasaran dengan perjalanan hidup dan latar belakang sosoknya. Profil Ridwan Saidi banyak dicari para pengguna internet. Maka itu, cukup penting jika kita ulas sosok yang dikenal juga sebagai politikus dan penulis kritis ini.
Profil Ridwan Saidi sang budayawan, memang sangat kental dengan gaya Betawi nya. Adalah Rakhmad Zailani Kiki, peneliti Islam dan Betawi Jakarta, dalam sebuah tulisannya di Republika.co.id menuturkan. Bahwa wafatnya Babe Ridwan Saidi adalah kehilangan bagi bangsa Indonesia, karena ia yakin hampir semua orang di Indonesia mengenal sosok Babe Ridwan Saidi. Sebab beliau kerap muncul di acara-acara TV nasional dengan ucapan dialek Betawi yang khas dan argumen-argumen segarnya yang berbasis sejarah. Ini menjadikan beliau sebagai sedikit dari orang Betawi yang dikenal di tingkat nasional.
Nama lengkap beliau adalah Ridwan Saidi bin Abdurrahim bin Sa’idi. Beliau lahir di Gang Arab, Sawah Besar (Sao Besar),Batavia Centrum atau Betawi Tengah (Jakarta Pusat sekarang) pada 2 Juli 1942. Beliau anak keempat dari pasangan Abdurrahim dan Muhaya dan merupakan satu-satunya anak laki-laki dari tiga saudara kandungnya; Rogaya, Aisyah, dan Sahla. Ayah beliau, Abdurrahim, adalah pimpinan organisasi Persatuan Islam (Persis), Sawah Besar. Mengenai kehidupan masa kanak-kanaknya yang membentuk kepribadian diri beliau, dapat diketahui dari tulisan beliau sendiri.
Dalam sanad keislaman di Betawi/Genealogi intelektual ulama Betawi, Walau Babe Ridwan dianggap sebagai orang yang berpaham Persis karena bapaknya merupakan pengurus, pimpinan Persis di Sawah Besar, dan beliau hidup di lingkungan Persis, tapi beliau berpaham Persis-NU. Karena dalam beberapa tulisan, Babe Ridwan Saidi menghormati dan menghargai tradisi Islam di Betawi yang berkultur NU.
Untuk pendidikan setelah tamat SMA, beliau menempuh jenjang perkuliahan di Fakultas Publistik, Universitas Padjajaran pada tahun 1962-1963. Namun, beliau tidak menyelesaikan jejang pendidikannya di Fakultas Publistik tersebut. Ridwan Saidi kemudian pindah untuk menuntut kuliah di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang dikenal sebagai FISIP) di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1963-1976. Ketika kuliah, Ridwan Saidi juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Ia pernah menjadi Kepala Staf Batalion Soeprapto Resimen Mahasiswa Arief Rahman Hakim pada 1966. Setelah itu, pada tahun 1973-1975 beliau menjadi Sekretaris Jendral Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara dan Ketua Umum PB HMI.
Ridwan Saidi kemudian menikah dengan seorang wanita kelahiran Minang, Sumatra Barat bernama Yahma Wisnani pada tahun 1977 dan dikaruniai lima orang anak. Dalam perkembangannya kemudian, Babe Ridwan Saidi berkecimpung ke kelompok partai dan menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1977-1987 (dua periode). Usai jabatannya di DPR berakhir, pada tahun 1995 hingga tahun 2003, Babe Ridwan Saidi menjadi Ketua Umum Partai Masyumi Baru. Beliau juga pernah aktif dalam kegiatan Muktamar Rakyat Islam se-Dunia di Irak pada tahun 1993. Selain itu,
Sebagai penulis, karya tulis cetak Babe Ridwan Saidi begitu banyak, terutama di bidang politik dan kebudayaan. Beberapa di antaranya adalah ‘Golkar Pasca pemilu 1992’ yang terbit pada tahun 1993; ‘Anak Betawi Diburu Intel Yahudi’ yang diterbitkan pada tahun 1996; ‘Profil Orang Betawi: Asal muasal, kebudayaan, dan adat istiadatnya’ yang diterbitkan pada tahun 1997; ‘Status Piagam Jakarta: Tinjauan hukum dan sejarah’ pada tahun 2009; Ada pula buku ‘Khazanah Tatar Sunda: Tinjauan Historis’ yang diterbitkan oleh CV Trinanda pada tahun 2016; dan sederet buku-buku lainnya.
Sebagai orang yang kritis, pernyataannya yang ceplas-ceplos masih banyak dikenang. Salah satunya yakni saat Babe Ridwan Saidi lebih percaya tukang sulap daripada tukang survei. Hal itu disampaikannya saat mengobrol bersama di saluran Youtube Refly Harun, setahun lalu. “Maaf Refly Harun, saya mendingan percaya sama tukang sulap, daripada survei,” ujarnya saat itu. Kritikan itu disampaikan Ridwan Saidi merespons Prabowo yang disebut masih tinggi elektabilitasnya. Padahal, ketum Gerindra itu telah meninggalkan pemilihnya dan bergabung dengan Presiden Jokowi.
Untuk Almarhum Babe Ridwan Saidi, Al-Faatihah!
Wallahu ‘alam bisshawab