“Tajuk Rasil”
Selasa, 14 Dzulqoidah 1443 H/ 14 Juni 2022
Waspada Masalah Pangan
Tajuk Republika
Harga beberapa bahan pangan mengalami kenaikan yang tinggi dalam beberapa waktu belakangan ini. Mulai dari cabai, bawang, telor, hingga ayam. Pemerintah menyatakan, penyebab utama kenaikan tersebut lantaran faktor cuaca buruk yang memengaruhi hasil panen petani dan akhirnya berimbas kepada harga.
Dijelaskan bahwa saat ini masih berlangsung musim penghujan, padahal sudah memasuki Juni yang seharusnya sudah masuk musim kemarau. Kondisi musim penghujan yang berkepanjangan hingga bulan ini membuat kualitas sejumlah komoditas mengalami penurunan.
Cuaca kurang baik ini yang memengaruhi produktivitas petani. Tak hanya itu, cuaca yang tidak menentu juga menyebabkan banyak masalah. Seperti distribusi hasil panen yang dipengaruhi masalah transportasi hingga keterlambatan pengiriman yang menyebabkan kerusakan hasil panen.
Peningkatkan harga pangan ini harus menjadi peringatan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lain yang terkait. Bahwa saat ini, isu pangan harus mendapat perhatian yang sangat serius. Tak hanya terkait masalah cuaca. Akan tetapi juga karena terkait dengan isu-isu lain di dalam dan luar negeri.
Presiden Jokowi pun memberikan peringatan agar setiap pemangku kepentingan untuk mewaspadai masalah pangan. Dia memaparkan, masalah pangan merupakan persoalan yang harus dihadapi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Alasannya, karena saat ini semakin banyak negara yang menghentikan ekspor bahan pangannya. Produksi mereka pun hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja.
Sebagai gambaran, dia mengatakan, pada Januari lalu hanya tiga negara yang melarang ekspor bahan pangan. Akan tetapi, saat ini jumlah negara yang menerapkan kebijakan tersebut telah meningkat tajam, yaitu mencapai 22 negara.
Di sisi lain, Indonesia saat ini masih menggantungkan kebutuhan dalam negerinya melalui impor bahan pangan. Mulai dari gandum, jagung, dan kedelai. Meskipun memang kabar baiknya bahwa untuk beras, sudah tiga tahun Indonesia tak melakukan impor sama sekali.
Memang, banyak hal yang menjadi faktor penentu jika berbicara mengenai masalah pangan. Cuaca merupakan satu di antara beberapa yang paling berpengaruh. Jika cuaca tidak mendukung, maka isu pangan dipastikan akan mencuat dan membuat harga meningkat tajam.
Hal ini yang kemudian mendorong forum G20 pada 2022 untuk mendorong tema transisi energi berkelanjutan sebagai salah satu dari tiga isu prioritas yang dibahas. Ini sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi iklim dan cuaca di dunia yang semakin mengkhawatirkan. Tak hanya terkait cuaca, tentunya kita semua merasakan ketika pandemi Covid-19 merebak dan membuat negara menutup semua perbatasannya. Karena keterbatasan itu, maka distribusi rantasi pasok dunia, termasuk pangan, menjadi terkendala.
Karenanya, ‘kemerdekaan’ di sektor pangan harus menjadi prioritas utama pemerintah. Kita harus dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dari sumber dalam negeri. Sebisa mungkin, mengurangi ketergantungan dari pasokan pangan yang berasal dari luar negeri. Bahkan, kalau bisa kita tidak perlu melakukan impor bahan pangan dari negara mana pun.
Untuk itu, kita harus dapat menjaga lingkungan dan memastikan ketersediaan lahan pangan. Peningkatan sumber daya manusia dan inovasi di sektor pangan juga harus menjadi prioritas. Dengan begitu, kita dapat terus melakukan perbaikan dan peningkatkan di sektor pangan ini. Karena ke depan bukan tidak mungkin kalau pihak yang menguasai bahan pangan yang akan menguasai dunia.
Wallahu a’lam bish shawab