Tangerang, Rasilnews – Lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sedang mempertimbangkan untuk menerjunkan relawan medisnya ke Suriah guna membantu para korban gempa di negara tersebut.
Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murad mengatakan, pengiriman relawan MER-C ke Suriah akan dipertimbangkan berdasarkan informasi dan rekomendasi dari tim pendahulu (advance team) –dalam hal ini Tim Bedah– yang telah diberangkatkan ke Turkiye pada Ahad malam (12/2/2023).
“Kita juga akan berpikir ulang apakah nanti kita akan ke Suriah. Tergantung rekomendasi dari tim pertama ini,” ujar Sarbini kepada Rasilnews, Ahad (12/2/2023).
Hal serupa juga disampaikan salah satu relawan medis MER-C dalam misi kemanusiaan di Turkiye, Perawat Bedah Ita Muswita.
“Mengingat bencana gempa ini tidak hanya menimpa Turkiye tapi juga Suriah, maka nanti di lapangan kita coba mencari dampaknya ke Suriah,” kata Ita kepada Rasilnews, Ahad (12/2/2023).
Ita menyampaikan, MER-C telah bertemu dengan Duta Besar Suriah untuk membahas terkait dampak gempa tersebut.
Berdasarkan informasi dari Duta Besar Suriah, gempa magnitudo 7,8 itu memberikan dampak yang sangat besar kepada Suriah. Namun, bantuan yang datang masih kurang karena media pun kurang menyoroti Suriah sebagai negara yang juga diguncang bencana alam itu.
Sebagaimana diketahui, bencana gempa bumi dahsyat dengan magnitudo 7,8 melanda Turkiye bagian selatan, bahkan gempa juga dirasakan hingga ke Suriah dan Lebanon pada Senin (6/2/2023).
Gempa terjadi sekitar pukul 4 dini hari waktu setempat itu mengakibatkan 30.000 jiwa meninggal di Turkiye dan Suriah. Ini merupakan data terakhir yang berhasil dihimpun.
“Korban tewas gempa bumi Turkiye-Suriah lewati 30.000,” cuit The Spectator Index lewat akun Twitternya, Ahad (12/2).
MER-C telah memberangkat Tim Bedah yang terdiri dari tujuh orang, yaitu dua Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi, satu Dokter Anastesi, dua Perawat Bedah, satu Dokter Umum, dan satu Jurnalis.
Salah satu relawan medis MER-C dalam misi kemanusiaan di Turkiye, Dokter Umum T. Meaty Fransisca menjelaskan, keberangkatan Tim Bedah dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang ini akan menuju Istanbul, Turkiye.
“Di Istanbul untuk mengisi logistik. Membeli obat-obatan cair karena lebih riskan (jika dibawa dari Indonesia). Tapi kalau alat-alat berat seperti implan dan segala macam untuk persiapan bedah kita bawa dari sini (Indonesia),” jelas Mea.
Setelah dari Istanbul, kada dia, Tim Bedah MER-C direncanakan akan menuju beberapa titik di Turkiye, di antaranya Gaziantep dan Kahramanmaras sebagai daerah yang paling terdampak gempa.
Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murad menyampaikan tim bedah yang dikirim tersebut akan bertugas di Turkiye selama dua pekan. Tetapi ada kemungkinan akan diperpanjang atau dilanjutkan oleh tim berikutnya, tergantung kondisi di lokasi bencana.
Lebih lanjut, Sarbini meminta dukungan kepada masyarakat Indonesia untuk ikut berpartisipasi membantu korban gempa Turkiye.
“Kita minta doa dari masyarakat Indonesia, bisa membantu saudara-saudara kita di Turkiye, karena mereka sangat mengharapkan bantuan dari kita semua,” ujarnya.
MER-C juga membuka rekening donasi bagi masyarakat yang ingin menyumbang untuk meringankan beban para penyintas gempa Turkiye. Donasi dapat dikirim melalui rekening atas nama Medical Emergency Rescue Committee di BCA 6860099339, BSI 7015658918, dan Mega Syariah 1000209400. Sementara untuk konfirmasi dapat melalui 0811990176.
“MER-C terbuka untuk menerima bantuan, agar kita bisa kontinyu, bisa berkelanjutan untuk mengirimkan tim bedah. Karena kita lihat ini panjang, jadi tidak berhenti di satu tim tapi ada beberapa gelombang yang bisa kita kirim ke sana,” kata dr. Ben, demikian sapaan akrabnya.
Sebagai informasi, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sudah berpengalaman untuk memberikan pertolongan medis kepada korban bencana, baik bencana alam maupun non alam di dalam dan luar negeri. Antara lain gempa Palu, Lombok, Cianjur, gempa Afghanistan, hingga konflik Palestina. Lembaga kemanusiaan ini bahkan menjadi pelopor pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina.