Rasilnews – Konflik di Palestina memang telah menyisakan banyak kesedihan dan penderitaan yang tidak terhingga. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Palestina merupakan sebuah negara yang terjajah oleh Zionis Israel, namun organisasi Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan negara Arab lainnya yang tergabung dalam organisasi Arab, melihat kejadian tersebut hanya duduk berpangku tangan dan memberikan pernyataan-pernyataan tentang terjadinya pembombardiran.
Pembombardiran tersebut ditujukan kepada warga Palestina, warga sipil, wanita dan anak-anak bahkan Rumah Sakit yang menjadi sasarannya padahal itu adalah tempat terlarang bagi warga Palestina dari Zionis Israel terhadap Palestina, padahal mereka dan dunia melihat korban yang berjatuhan setiap hari, secara biadab bahkan sampai ke Lazza.
Dalam ceramahnya, Ustadz Husein Alattas menjelaskan bahwa Lazza merupakan Penjara terbesar di dunia yakni 370kmĀ² dan jumlah penduduk yang mencapai 2 juta jiwa. Terkepung dari berbagai penjuru, penduduknya memilih untuk tetap tinggal di dalamnya. Keputusan mereka untuk tidak keluar didasari oleh kekhawatiran bahwa jika mereka meninggalkan Lazza, mereka tidak akan bisa kembali seperti yang terjadi pada tahun 1948. Ketika warga Palestina disuruh keluar dari tempat kediamannya, tapi mereka tidak mau karena takut terjadi seperti sebelumnya tempat bernama Deir Yassin, waktu itu bangsa Arab menyuruh warga Palestina keluar dan mengatakan bahwa kalau sudah aman bisa untuk kembali, tapi kejadiannya mereka (gabungan bangsa Arab) berkhianat dan mereka membiarkan tempat tersebut diambil alih oleh Zionis, jadi kalahnya disebabkan karena pengkhianatan.
Kejadian pada tahun 1948 tersebut menjadi pengingat pahit bahwa meninggalkan Lazza berarti kehilangan akses kembali ke wilayah itu. Dengan berbagai batasan dan pengepungan yang mengelilingi Lazza, penduduknya memilih untuk bertahan di dalamnya, menjadikannya sebagai simbol kegigihan dan keuletan dalam menghadapi situasi yang sulit. Korban yang terus berjatuhan, termasuk yang terjadi di Lazza, adalah cerminan dari penderitaan yang tak berkesudahan dalam konflik ini. Tidak hanya mengenai nyawa yang hilang, tapi juga merusak infrastruktur kesehatan dan menghambat akses ke layanan kesehatan yang sangat penting bagi warga Palestina.
Pada tahun 1973 Mesir menang menghadapi Israel, karena mereka mempunyai kekuatan dibawah Perdana Menteri waktu itu bernama Golda Mail dan Mentri pertahanannya Mostir Dayang, mereka berdua menangis, apakah ini sebagai janji Allah SWT. atas kehancuran Israel.
Melihat sejarah ke belakang, negara Arab seperti Palestina, dan Syam seluruhnya, mulai dari Yordania, Syuriah, Libanon sampai ke Yerusalam dulu berada dibawah kekuasaan khilafah Ustmaniyah. Dan Inggris bersama sebagian negara Eropa ingin meruntuhkan khilafah Ustmaniyah tapi tidak bisa karena mereka mempunyai kekuatan yang cukup kuat. Mereka ingin mencapai wilayah Arab ini karena wilayah yang kaya akan minyak bumi, tapi karena ada Turki yang cukup kuat makan Inggris pun tidak berdaya.
Sementara itu, pada tahun 1917 telah terjadi Perang Dunia Pertama (PD I). Dimana Inggris kalah oleh Jerman, lalu Zionis memberikan pernyataan kepada Inggris untuk membantu mereka melawan Jerman dengan melibatkan Amerika tapi dengan syarat agar Inggris menyatakan bahwa Palestina itu menjadi hak milik Zionis Yahudi. Maka Inggris pun menyetujuinya karena merasa terdesak. Maka Zionis Yahudi bersama-sama Amerika dan Inggris untuk berhadapan dengan Jerman, dan mereka menang. Sebagai tanda keberhasilan Inggris yang didukung Zionis, maka lahirlah Deklarasi yang diberi nama Deklarasi Balfour.
Deklarasi Balfour pada tahun 1917 menjadi salah satu titik awal bagi dukungan internasional terhadap pendirian sebuah negara Yahudi di Palestina. Deklarasi Balfour menyatakan bahwa Palestina menjadi hak milik negara Israel dan mereka mendukung orang Yahudi yang migrasi besar-besaran ke Palestina. Tetapi Inggris bersama negara Eropa tahu bahwa tidak mungkin Palestina runtuh ke tangan Yahudi apabila tidak runtuhnya khilafah Utsmaniyah, mulailah Inggris mengadakan kampanye di wilayah negara Arab yang menyatakan bahwa apabila Arab bergabung dengan kami (Inggris) maka kekuasaan kembali ke bangsa Arab. Arab pun tergiur dan mendukung Zionis sehingga terjadilah perpecahan dikalangan umat Islam, sehingga khilafah Utsmaniyah pun kalah yang menyebabkan umat Islam tidak bersatu lagi. Oleh karena itu kalahnya khilafah Utsmaniyah pun bukan karena tidak kuat persenjataan akan tetapi dukungan Islam itu sendiri yang berkurang karena dipecah-belah oleh Inggris dan Zionis.
Saat ini, dukungan dan doa dari umat Islam di seluruh dunia memiliki kekuatan besar dalam memberikan semangat dan harapan bagi saudara-saudara kita di Palestina. Meskipun kita mungkin berada di berbagai belahan dunia, doa kita yang bersatu dapat menjadi bentuk dukungan yang kuat bagi mereka yang mengalami kesulitan. Solidaritas dan dukungan moral dalam bentuk doa dapat memberikan kekuatan dan keberanian kepada mereka yang berjuang untuk hak-hak mereka di Palestina. Bersatu dalam doa adalah cara yang penting dan bermakna bagi umat Islam untuk menunjukkan kepedulian dan keinginan untuk memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.