Sarbini Abdul Murad : Gaza Saat ini Kritis, Serangan Israel Tak Kunjung Berhenti

Cibubur, Rasilnews – Kondisi Gaza semakin kritis setelah lebih dari setahun serangan yang terus menerus dari Israel tidak pernah berhenti. Dalam program Topik Berita Radio Silaturahim, dr. Sarbini Abdul Murad, mengungkapkan penderitaan warga Gaza, termasuk serangan ke rumah sakit, hambatan distribusi bantuan, dan upaya pemindahan paksa penduduk Gaza dari wilayah utara ke selatan.

“Sekarang serangan Israel ke Gaza seperti tak ada tanda akan berakhir,” kata dr. Sarbini membuka percakapan. “Kelompok-kelompok perlawanan tidak menyerah, malah justru melawan dengan segala kemampuan yang mereka miliki,” ujarnya.

Sejak serangan intensif Israel di Gaza dimulai, wilayah tersebut mengalami kehancuran masif. Israel awalnya berfokus menyerang wilayah utara dengan harapan membersihkan area dari para pejuang. Namun, seperti yang diungkapkan oleh dr. Sarbini, pejuang Palestina menunjukkan kekuatan bertahan yang luar biasa.

“Israel berpikir bahwa mereka sudah membersihkan utara, namun kenyataannya, pasukan perlawanan masih ada dan mampu bangkit kembali,” ujar dr. Sarbini. “Pejuang-pejuang ini bahkan bisa melancarkan serangan di wilayah utara, meski semua mata tertuju ke selatan.”

Melihat perlawanan tersebut, Israel menerapkan langkah-langkah keras dengan tujuan memindahkan warga sipil dari wilayah utara Gaza ke selatan. Dr. Sarbini menegaskan bahwa upaya ini tidak sekadar soal pemindahan, namun ada indikasi Israel ingin menjadikan utara Gaza sebagai “buffer zone” atau zona penyangga. Hal ini berarti, warga sipil dipaksa berkumpul di wilayah yang lebih kecil di selatan, sehingga akses dan ruang hidup mereka sangat terbatas.

Sarbini Abdul Murad yang pernah aktif sebagai Presidium Mer-C ini juga menjelaskan bahwa hal ini berdampak besar pada tenaga medis dan rumah sakit di Gaza, termasuk Rumah Sakit Indonesia. dirinya menjelaskan para tenaga medis dan relawan internasional telah menghadapi tekanan yang luar biasa. Beberapa dari mereka, termasuk tenaga medis Indonesia, akhirnya harus keluar dari wilayah utara dengan bantuan WHO.

“Para tenaga medis di tiga rumah sakit di utara, termasuk Rumah Sakit Indonesia, terpaksa meninggalkan lokasi karena situasi yang semakin tidak aman,” ungkapnya. “Mereka keluar dengan bantuan WHO dan relawan internasional.”

Belakangan, muncul berbagai isu tentang kebakaran di rumah sakit, bahkan beberapa sumber menyebutkan serangan tank langsung yang menargetkan fasilitas medis. Menurut dr. Sarbini, gambar yang menunjukkan serangan tank ke rumah sakit itu berasal dari bulan Desember tahun lalu, namun yang lebih mengkhawatirkan adalah realitas di lapangan yang dilaporkan oleh Direktur Rumah Sakit Gaza, Dr. Baruan.

“Informasi dari Direktur Rumah Sakit mengatakan bahwa serangan ini memang benar-benar terjadi, dan beberapa bangsal di rumah sakit itu dihantam dengan tank,” tegas dr. Sarbini. Pasien yang berada di dalam rumah sakit pun mengalami dilema karena tak ada tempat lain untuk mengungsi. “Mereka yang kritis di rumah sakit ini tak mau dievakuasi. Mau ke mana mereka jika keluar dari sana? Rumah sakit di luar sudah penuh, dan situasi sangat tidak kondusif,” jelasnya lebih lanjut.

Pembatasan Bantuan Internasional dan Krisis Logistik

Salah satu dampak paling serius dari krisis ini adalah terhambatnya bantuan internasional. Bantuan yang biasanya melewati perbatasan Rafah dari Mesir kini tak lagi bisa diakses setelah wilayah tersebut dikuasai Israel. Akses utama distribusi bantuan pun kini dialihkan melalui Karim Abu Shalom, rute yang dikelola langsung oleh pihak Israel dan membuat penyaluran bantuan semakin ketat.

“Rafah sudah ditutup setelah Israel menguasai Salahuddin Road. Mesir kini hanya bisa mengancam, namun nyatanya, situasi tak kunjung membaik,” ujar dr. Sarbini dengan penuh keprihatinan. “Bantuan yang sebelumnya bisa disalurkan melalui jalur dari Mesir ke Gaza, sekarang terhenti, dan ini menjadi ancaman serius bagi warga Gaza yang sangat membutuhkan.”

Selain itu, menurut informasi dari dr. Sarbini, Amerika Serikat juga mengirimkan bantuan dalam bentuk satu batalion untuk memeriksa warga Gaza yang berada di utara. Langkah ini ditujukan untuk memisahkan warga sipil dari para pejuang. “Apabila langkah ini berjalan, bisa dipastikan warga Gaza akan semakin diisolasi,” jelasnya.

Di tengah situasi yang semakin rumit ini, upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik masih jauh dari harapan. Resolusi PBB yang menyerukan Israel membuka akses kemanusiaan bagi warga Gaza pun nyaris tak diindahkan. Kondisi tersebut semakin memperparah keadaan, khususnya bagi warga sipil yang terjebak di wilayah konflik.

Diakhir perbincangan, dr. Sarbini Abdul Murad berharap semua pihak untuk terus membantu. “Kita hanya bisa berharap dan terus berjuang agar penderitaan warga Gaza segera berakhir. Mereka adalah manusia yang berhak hidup dengan damai. Dunia harus terus menekan agar akses bantuan terbuka dan kekerasan ini bisa dihentikan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *