Artikel Hidayatullah.com
Selasa, 30 Shafar 1446 H/ 3 September 2024
Dalam sepuluh bulan terakhir, banyak orang kafir Barat yang kagum dengan ketabahan mental, ketahanan, dan iman yang kuat yang ditunjukkan oleh saudara-saudari kita di Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Tidak sedikit orang-orang kafir memesan dan mencari Al-Quran dalam bahasa Inggris untuk memahami apa yang terus membuat orang-orang Palestina ini begitu kuat dalam menghadapi genosida yang sedang berlangsung di tangan kaum apartheid “Israel”.
Dalam artikel ini, insyaAllah, kita akan melihat pola pikir yang dipengaruhi oleh Al-Quran dan Sunnah, terutama yang berkorelasi dengan orang-orang Palestina yang menunjukkan tingkat ketabahan mental yang patut dicontoh.
Anda mungkin telah menyaksikan dan mendengar dari video banyak warga Gaza Palestina — saat mereka menyaksikan jenazah anggota keluarga atau warga Palestina lainnya setelah pemboman penjajah— berulang kali mengatakan; “Hasbun Allāhu wa Ni’mal Wakīl”. Mengapa mereka mengucapkan kalimat seperti itu? Nah, itu ada dalam Al-Quran.
اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ ١٧٣
alladzîna qâla lahumun-nâsu innan-nâsa qad jama‘û lakum fakhsyauhum fa zâdahum îmânaw wa qâlû ḫasbunallâhu wa ni‘mal-wakîl
“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS: Ali Imran: 173)
Ajaran Islam lainnya yang ditanamkan kepada umat beriman adalah kualitas berpikir baik tentang Allah SWT selama menghadapi masa-masa sulit (Husnudzon kepada Allah). Kualitas Muslim — yang ditunjukkan secara konsisten selama masa-masa sulit oleh orang-orang beriman — menghasilkan peningkatan keteguhan mental mereka dalam jangka panjang. Kita mempelajari kualitas model ini dari hadits dimana Rasulullah ﷺ bersabda; “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, karena pada setiap urusan ada kebaikan baginya, dan yang demikian itu tidak terjadi kecuali pada orang mukmin. Jika ia senang, maka ia bersyukur kepada Allah, maka itu kebaikan baginya. Jika ia tertimpa musibah, maka ia bersabar, maka itu kebaikan baginya.” (HR: Muslim)
Selanjutnya, memiliki optimisme besar. Seorang yang mati syahid kedudukannya sangat tinggi di sisi Allah. Para syuhada memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Allah telah memberikan urutan tingkatan di sisi-Nya, yang sesuai dengan tingkatan mereka di surga. Allah berfirman; “Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS: an-Nisa’: 69)
Para syuhada berada di urutan ketiga. Dan tidak semua orang juga bisa masuk dalam tingkatan ini. Warga Gaza Palestina yang tidak berdosa –mulai wanita, orang tua, bahkan sejumlah anak-anak— secara umumnya menyadari betapa mulianya status sebagai orang yang mati syahid (mencapai syuhada), minimal ketika dihadapkan pada teror bom yang terus menerus. Kesadaran akan kedudukan syuhada di akhirat inilah yang memotivasi mereka agar tetap kuat, bermental tangguh, dan meraih taraf optimisme yang agung, yang tidak dimiliki manusia di manapun di dunia. Optimisme dan harapan seperti itu menghasilkan tingkat ketahanan yang luar biasa. Sebagai catatan, kondisi mereka sudah terlatih hampir 76 tahun lamanya.
Ketua Asosiasi Psikiatri Yordania dan pakar utama dalam kedokteran jiwa serta pengobatan kecanduan, Dr. Alaa Al-Faroukh mengatakan, tidak semua orang yang mengalami situasi sulit akan mengalami gangguan pasca trauma, dan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi hal ini adalah apa yang dimiliki seseorang yang disebut sebagai ketahanan mental atau ketahanan psikologis (mental resilience). “Berdasarkan pengamatan dan data dari berita dan rekan-rekan yang bekerja dengan warga Gaza, warga Gaza memiliki tingkat ketahanan mental yang sangat tinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya di dunia. Bahkan, beberapa korban yang kehilangan anggota keluarga atau rumah mereka dalam perang tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan pasca trauma sama sekali, malah mereka terlihat memiliki ketahanan mental yang sangat tinggi,” kata Dr. Al-Faroukh, dikutip dari Aljazeera.
Dia juga menyebutkan bahwa salah satu pendekatan terapi psikologis yang diakui secara global disebut terapi transcendent atau terapi makna. Pendekatan ini berpendapat bahwa orang kadang-kadang bisa melewati masalah material atau psikologis mereka dengan mengangkat pandangan mereka menuju tujuan yang sangat tinggi dan nilai besar yang mereka yakini, sehingga mereka tidak merasa menyesal atau kesakitan atas kondisi material dalam hidup, karena mereka memiliki tujuan yang jauh lebih mulia membuat pengorbanan mereka menjadi sesuatu yang dapat diterima.
Hal ini sangat jelas di kalangan rakyat Palestina dan warga Gaza, karena mereka memiliki mental Al-Quran. Mereka menjelma menjadi insan yang ikhlas, yang tujuan luhur kehidupan dunianya merupakan sarana untuk meraih kebahagiaan abadi di kehidupan selanjutnya. Akibatnya, derajat kekuatan mental mereka menjadi lebih tinggi daripada orang yang tidak beriman kepada Allah, karena adanya barakah (berkah) dari Allah mereka bersandar kepada-Nya.
Wallahu a’lam bisshawwab