Bekasi, Rasilnews – Radio Silaturahim 729 AM (Rasil) di Cibubur, Bekasi mendapat kunjungan istimewa dari perwakilan Radio Nurul Iman, radio dakwah yang berada di Kota Tarim, Yaman pada Jumat (22/11).
Kunjungan ini menjadi momen berharga untuk berbagi pengalaman dan berdiskusi terkait pengelolaan radio, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan teknis.
Tim Radio Nurul Iman yang diwakili oleh Ustaz Fikri mengungkapkan bahwa stasiun mereka, yang telah berdiri selama 20 tahun, berada di atas gunung dengan jangkauan pendengar yang cukup luas.
“Namun, kondisi geografis yang penuh pegunungan menjadi hambatan besar dalam penyebaran sinyal radio,” kata Fikri.
Diskusi dengan Radio Silaturahim berfokus pada solusi untuk mengatasi kendala ini, termasuk penguatan teknologi pemancar dan strategi pengelolaan jaringan.
Selanjutnya, Fikri menyampaikan, Radio Nurul Iman memiliki ciri khas sebagai radio dakwah yang menyiarkan berbagai program islami, seperti anya jawab, Ruang Fatwa, wirid, dan kajian.
“Siaran radio Nurul Iman dimulai satu jam sebelum Subuh dengan pembacaan wirid langsung dari Pondok Darul Mustofa (tempat studio mereka berada),” jelasnya.
Radio tersebut mengudara di frekuensi 90 FM selama 18 jam sehari dengan komposisi 50-60% adalah siaran langsung.
Fikri mengatakan, selain program dakwah, mereka juga menghadirkan konten dan diskusi tentang kesehatan, ekonomi dan berbagai isu sosial lainnya. Namun, konten politik tidak pernah disiarkan.
Mereka juga memutar lagu-lagu nasyid yang hanya menggunakan alat musik seperti rebana dan seruling.
Radio Nurul Iman juga memiliki ciri khas lainnya, yaitu tidak memiliki penyiar perempuan kecuali dalam keadaan darurat. Untuk interaksi dengan pendengar perempuan, mereka hanya menerima pertanyaan tertulis.
“Radio Nurul Iman memiliki sekitar enam cabang di luar Kota Tarim, namun dengan frekuensi yang berbeda-beda. Selain melalui gelombang radio, siaran juga tersedia secara online melalui website dan aplikasi,” jelasnya.
Dalam program siarannya, kata Fikri, Radio Nurul Iman juga tidak melewatkan pembahasan tentang Palestina. [Ummu Assyifa/pkl]