Rabu, 08 Mei 2024
Rasilnews – (Host : Nuning) Ikhwan dan akhwat, hari ini ada kasus yang masuk dari seorang ayah. Ustaz, assalamualaikum. Ustaz Husein dan Ustaz Abu Bakar, waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. Kami sudah berkeluarga selama 15 tahun. Namun, beberapa tahun belakangan ini, kami tidak lagi memiliki kesamaan dalam pembicaraan, termasuk pendidikan anak-anak yang akan masuk SMA. Kondisi keuangan kami sedang menurun, tetapi istri saya tetap meminta seperti semula atau bahkan lebih. Padahal, biaya sekolah anak dan kebutuhan makan sudah sangat berkurang. Saya katakan padanya sebaiknya kita pikirkan dulu. Nah Ustaz, mohon petunjuknya. Bagaimana pendapat Ustaz?
Kemudian, ada juga banyak titipan dari teman-teman, Ustaz. Bagaimana ya orang tua sekarang ini kewalahan menghadapi anak-anak SMP dan SMA? Ada tips-tipsnya, Ustaz?
(Jawaban Ustaz Husein Allatas) Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Hamdan kathiran thayyiban mubarakan fih kama yuhibbu rabbuna wa yardha. Allahumma salli ala Muhammadin wa ali Muhammad. Assalamualaika Ya Rasulullah, wa salamuala alaina wa ala ibadillahi shalihin. Wa assalamualaikum ayyuhal ikhwatul mu’minun wal akhwatul mu’minat warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. Allahumma atina min ladunka rahmah wa allimna min ladunka ilman nafi’an, wa anfana bima allamtana, waj’alna hudatan muhtadin, wa la taj’alna dhollin, birahmatika ya arhamar rahimin.
Tadi kita sudah mendengarkan keluhan seorang suami yang sudah berumah tangga selama 15 tahun. Setelah 15 tahun, ternyata mulai sering terjadi perbedaan pendapat antara suami dan istri, baik dalam pendidikan anak, ekonomi, apalagi saat ekonomi suami sedang menurun. Istri ternyata tidak siap menerima, malah meminta lebih. Padahal, biaya pendidikan anak dan kebutuhan makan sudah berkurang. Saya melihat di sini bukan hanya masalah ekonomi atau pendidikan anak, tetapi ada hal lain yang menyebabkan istri mengajukan tuntutan bermacam-macam. Biasanya, jika seorang wanita benar-benar mencintai suaminya, dia siap menerima apapun. Namun, keluhan-keluhan ini harus dilihat penyebab sebenarnya. Kenapa istri mulai mengajukan tuntutan berlebihan? Seharusnya istri memberikan dukungan dan hiburan bagi suami, bukan sebaliknya.
Saat hati suami dan istri renggang, setan akan masuk di antara mereka. Tapi jika hati menyatu, mereka akan bersama-sama menyelesaikan masalah dan bersabar dalam menghadapi cobaan. Kesulitan ekonomi saat ini dialami oleh banyak orang, tetapi mereka bisa bertahan karena saling mendukung. Kenapa justru istri Bapak tidak sabar?
Jika kita berhadapan dengan urusan hati, kita harus kembali kepada Allah. Ajak istri kembali kepada Allah. Dirikan salat dengan penuh khusyuk, resapi bacaan Al-Fatihah, ruku, dan sujud. Orang yang beriman dan menikmati salat akan merasakan segala sesuatu bersama Allah akan dimudahkan. Gelap menjadi terang, sempit menjadi lapang, sulit menjadi mudah, asalkan hubungan kita dengan Allah baik. Jika hubungan dengan Allah buruk, perhatian kita hanya kepada dunia, Allah akan biarkan kita menghadapi dunia tanpa bantuan-Nya.
Salat dan ibadah kita bukan hanya untuk kita, tetapi juga merupakan cahaya dan bantuan dari Allah. Jika kita lakukan, bantuan Allah akan datang. Jika kita lupakan, kita akan menghadapi cobaan hidup sendiri. Allah mengingatkan, “Fazkuruni azkurukum,” ingatlah Aku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku, bukan karena Allah butuh syukur kita, tapi ini ujian bagi kita. Jika kita bersyukur, Allah tambahkan nikmat-Nya. Jika ingkar, kehidupan kita akan sulit.
Orang yang beriman selalu jiwanya penuh harapan kepada Allah. Mereka bersama Allah tidak akan mengalami ketakutan dan kesedihan. Dicoba dengan kenikmatan, mereka bersyukur dan berbagi. Dicoba dengan kesempitan, mereka bersabar. Allah berikan contoh dalam Al-Qur’an kisah Nabi Ayub yang mengalami cobaan berat, ditinggalkan anak-anaknya, kehilangan harta, dan menderita penyakit. Tapi Nabi Ayub tidak pernah berkeluh kesah, akhirnya Allah kembalikan anak, harta, dan kesehatannya lebih dari sebelumnya.
Dalam hidup ini, tidak selamanya kita berhadapan dengan kemudahan. Tidak sedikit yang mengalami cobaan-cobaan yang merupakan pendidikan dan rahmat dari Allah. Nikmat membuat kita bersyukur, cobaan membuat kita bersabar dan mendekat kepada Allah serta mengoreksi diri. Suami istri yang lupa kepada Allah walaupun tadinya tenang, tapi jika salat tidak baik, Allah munculkan persoalan-persoalan yang menyebabkan pertengkaran. Semua disebabkan hati kita tidak terisi dengan Allah dan rahmat-Nya.
Saya ingatkan, jika ingin berdialog dengan istri dalam kondisi jiwanya seperti ini, yang akan terjadi adalah ketegangan dan keributan. Lebih baik berdoa, kembali kepada Allah, laksanakan salat dengan baik, dan perbanyak doa serta taubat. InsyaAllah, hati yang tadinya renggang akan menyatu kembali, persoalan yang bagaikan mendung akan teratasi.
Orang yang beriman selalu mengingat Allah, tidak akan mengalami ketakutan dan kesedihan. Ketika dicoba dengan kenikmatan, mereka bersyukur dan berbagi. Dicoba dengan kesempitan, mereka bersabar. Allah memberikan contoh dalam Al-Qur’an tentang Nabi Ayub yang mengalami cobaan berat, ditinggalkan anak-anaknya, kehilangan harta, dan menderita penyakit. Tapi Nabi Ayub tidak pernah berkeluh kesah. Akhirnya, Allah kembalikan anak, harta, dan kesehatannya lebih dari sebelumnya.
Suami istri harus saling mendoakan, kembali kepada Allah, merendah, bertaubat, dan memperbaiki diri. InsyaAllah, hati yang tadinya gundah, pertengkaran akan reda, dan mereka akan hidup penuh kasih dan sayang, saling pengertian, serta membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Cobaan yang dihadapi Nabi Ayub berbeda dengan yang dihadapi Nabi Yaakub, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad SAW. Yang sama adalah mereka menyerahkan diri mereka kepada Allah dengan penuh harap dan keyakinan. Allah pasti membantu dan memberi kemudahan dalam setiap persoalan.
Inilah yang ingin saya sampaikan.
Wallahua’lam Bishawab