Syahidnya Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyah, di Iran menimbulkan rasa duka mendalam di kalangan umat Muslim. Meskipun masih dalam tahap penyelidikan, Hamas menganggap bahwa Zionis berada di balik tragedi ini. Sementara itu, pemakaman Ismail Haniyah menyedot perhatian dunia internasional, termasuk para tokoh dari Indonesia seperti MER-C dan AWG yang hadir. Berikut adalah kisah mereka dalam mengikuti prosesi pemakaman Ismail Haniyah di Doha, Qatar. Simak wawancaranya dalam Dialog Topik Berita bersama Bang Ichsan.
Penyiar (Topik Berita): Yang baru saja tiba semalam dari Doha, Qatar, membawa wacana kita lebih luas lagi. Bagaimana suasana pemakaman dan kisah perjalanan para syuhada di berbagai tempat di muka bumi ini? Para pendengar radio di mana pun Anda berada, apa kabar? Nur Ikhwan Abadi, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pak Ir. Farid Thalib.
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah. Selama sekitar 30 menit kita akan bincang-bincang tentang perjalanan dua relawan ini ke takziah Syahid Ismail Haniyah. Mungkin bisa digambarkan ketika tiba di sana, suasana, dan apa yang didapat dari interaksi selama bertahun-tahun dengan pihak Ismail Haniyah dan keluarga. Oh iya, Ketua Presidium AWG, Pak Nur Ikhwan Abadi, akan menyampaikan kisah perjalanan ke Doha, Qatar.
Ketua Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Terima kasih, Pak Ichsan. Dan para pendengar Rasil yang dimuliakan oleh Allah, alhamdulillah, kami berdua, saya dengan Pak Farid, menghadiri takziah kemarin. Setelah siaran di sini, kami akhirnya berangkat ke sana untuk menghadiri pemakaman Mujahid kita, Ismail Haniyah. Ini memang kewajiban kita sebagai umat Islam untuk menyalatkan dan menghadiri pemakaman seorang muslim, terlebih beliau adalah seorang mujahid.
Alhamdulillah, di sana kami bisa menghadiri pemakaman pada hari Jumat, pas salat Jumat. Pemakaman dihadiri oleh ratusan ribu masyarakat dari berbagai belahan dunia. Mereka datang bukan hanya dari Indonesia, tetapi juga dari Turki, Mesir, dan banyak negara lainnya. Subhanallah, satu sisi kita sedih melihat seorang pemimpin dibunuh secara keji oleh Zionis, tetapi di sisi lain, kematian seperti ini menjadi nikmat sekali. Disalatkan oleh ratusan ribu orang dari berbagai belahan dunia, bukan hanya dari H kalau kita di Indonesia kan nyari 40 orang untuk nyolatkan saja susah. Ini ratusan ribu, Pak, ratusan ribu di Masjid Muhammad bin Abdul Wahab, masjid terbesar di Qatar. Di sana hadir Raja Qatar sendiri, dari Indonesia ada Pak JK, Pak Din Syamsuddin, dan juga para pemimpin Hamas.
Sebelum memulai salat, Khalid Mish’al menyampaikan pidatonya, mengutip Al-Qur’an Surat Al Imran ayat 103 berkali-kali:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ
“Wa’tasimu bihablillahi jami’an wa la tafarraqu.” Mereka menyerukan agar umat Islam bersatu.
Penyiar: Apakah dari berbagai faksi juga hadir?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Iya, hadir. Ada dari Jihad Islami, Ziyad Nakhlah juga hadir. Dari Fatah juga menyampaikan statementnya, meski kami kurang tahu namanya. Ketika akan salat, yang diminta menjadi imam adalah anak beliau, Abdussalam. Namun, dengan tawadhu, Abdussalam menyerahkan tugas tersebut kepada Khalil Haya, salah satu wakil di Biro Politik Hamas. Khalil Haya adalah orang yang mendampingi Ismail Haniyah ketika di Irak.
Penyiar: Berapa putra-putrinya Ismail Haniyah?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Kalau tidak salah, ada 10 anak. Sebagian syahid di Gaza. Salat diimami oleh Khalil Haya setelah diserahkan oleh Abdussalam.
Penyiar: Tentu isu tentang pembunuhan ini menjadi pertentangan berita. Bagaimana perkembangan yang ada?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Spekulasi mengenai teknis pembunuhan Mujahid Ismail Haniyah beredar di mana-mana. Ada versi bahwa itu bom yang ditanam berbulan-bulan, ada versi dari jarak dekat. Namun, kemarin kami bertemu dengan salah satu pengawal pribadi beliau yang ada saat kejadian. Pengawal tersebut bilang, kejadian terjadi setelah menghadiri peresmian pelantikan presiden Iran. Saat itu, Haniyah keluar dari penginapan, dan terjadilah ledakan.
Penyiar: Apa yang terjadi ketika di Doha, Pak Farid?
Presidium MerC (Ir. Farid Thalib): Setelah salat Jumat di Masjid Muhammad bin Abdul Wahab, kami bersama-sama ke rumah duka. Kami bertemu dengan hampir seluruh tokoh Hamas di sana. Dalam dialog, kami menyampaikan belasungkawa dari MerC dan rakyat Indonesia. Mereka sangat berterima kasih atas kehadiran kita di sana. Salah satu ajudan Haniyah bercerita bahwa pembunuhan terjadi di kompleks tamu negara, dan penyebabnya adalah telepon genggam yang diluncurkan dari luar Iran.
Penyiar: Dimakamkan di mana di Doha, dan bagaimana proses pemakamannya?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Ismail Haniyah dimakamkan di daerah Lusail, tempat pemakaman raja-raja di Qatar. Kami berencana menghadiri pemakaman setelah salat Jumat, namun hanya orang-orang terbatas yang diperbolehkan masuk. Kami akhirnya menuju ke rumah duka, yang disiapkan oleh pemerintah Qatar. Pemeriksaan cukup ketat, dan kami bertemu dengan beberapa tokoh Hamas seperti Dr. Basim Naim, Tahir Nunu, Ghazi Hamad, dan lainnya.
Penyiar: Khalid Mish’al menjadi tokoh yang disorot akan menggantikan Ismail Haniyah. Apa yang Anda lihat dari hal ini?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Khalid Mish’al mungkin menjadi tokoh yang diharapkan bisa mempersatukan faksi-faksi Palestina. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai persatuan yang diharapkan.
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Iya, jadi di Hamas sendiri memang ada sistem pemilihan internal yang disebut “yakabat dahili.” Mereka melakukan pemilihan internal ketika ada pemimpin mereka yang syahid atau uzur. Kami yakin sistem ini sudah berjalan dengan baik. Ketika Ahmad Yasin meninggal, Abdul Aziz Rantisi menggantikan. Setelah Abdul Aziz Rantisi meninggal, digantikan oleh Khalid Mish’al. Beberapa tahun kemudian, Khalid Mish’al digantikan oleh Ismail Haniyah. Dan sekarang, setelah Ismail Haniyah meninggal, mereka sudah mempersiapkan penggantinya.
Orang-orang di Gaza dan Palestina ini dibesarkan dengan tiga hal. Pertama, mereka tahu kemungkinan mereka akan ditangkap dan dipenjara. Kedua, mereka mungkin akan dibuang dari Palestina. Ketiga, mereka akan syahid. Ini ditanamkan sejak kecil, sehingga mereka selalu siap menghadapi segala kemungkinan, termasuk kejadian seperti ini.
Penyiar: Dan ini di luar semua ya, Khalid Mish’al pernah mencoba dibunuh di Jordan dan di Syria. Pasukan khususnya dibunuh juga di Irak, dan di Malaysia ahli nuklirnya dibunuh. Apakah mereka ini penuh dengan pengamanan atau memang Zionis di tengah-tengah isu yang ingin menjadi satu negara? Oslo mengusulkan dua negara, tetapi sekarang kelihatannya kedua belah pihak menginginkan satu negara. Netanyahu sudah berkuasa lebih dari 300 hari, apakah ini menjadi fenomena tersendiri untuk Israel? Bagaimana melihat situasi di lapangan di Doha sana?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Sampai sekarang, kita belum memiliki informasi tentang proses penggantian pemimpin Hamas, tetapi ada kemungkinan Khalid Mish’al akan menggantikan. Tokoh-tokoh senior di Hamas cukup banyak, seperti Khalil Haya, Musa Abu Marzouk, dan Mahmud Zahar, yang siap menggantikan. Mereka adalah pelaku-pelaku di lapangan yang sangat berpengalaman.
Perang yang sudah berlangsung lebih dari 300 hari ini menunjukkan kesiapan para pejuang di sana. Mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi situasi ini.
Penyiar: Yahya Sinwar dan kawan-kawan malah selamat di bawah tanah sampai hari ini ya. Di Gaza sendiri, Pak Farid, apa yang terjadi dengan kegiatan Mer-C di sana? Rumah Sakit Indonesia sudah mulai berfungsi, apakah benar itu? Apa yang dilakukan oleh relawan yang bergantian setiap bulan? Silakan.
Presidium Mer-C (Ir. Farid Thalib): Terima kasih. Rumah Sakit Indonesia yang ada di Beit Lahia, dekat perbatasan dengan Asdot, memang sudah mulai beroperasi. Namun, sifatnya masih sementara dan belum full seperti dahulu karena secara fisik bangunannya tidak hancur, tetapi peralatan dan fungsionalnya rusak. Mereka mencoba membangun sebisanya untuk tetap melayani pasien yang sangat membutuhkan.
Kami bersyukur atas inisiatif teman-teman medis di Mer-C yang bekerja sama dengan WHO, sehingga kita bisa punya akses masuk ke Gaza. Paramedis dan perawat kita lakukan rolling setiap bulan dengan kapasitas 5 sampai 7 orang per pergantian. Sekarang ini adalah angkatan kelima, dan kita membuka pendaftaran untuk dokter dan perawat di Mer-C.
Penyiar: Tentu, hanya medis yang boleh mendaftar, dan itu pun antriannya panjang. Banyak sekali yang ingin berpartisipasi. Sekarang yang kita berangkatkan ini adalah angkatan kelima, termasuk dokter bedah saraf, dokter anastesi, dokter bedah plastik, dan dokter internis. Ada empat orang yang sekarang sedang dalam proses untuk masuk ke dalam sana.
Bagaimana ikhtiar untuk mengoperasikan kembali Rumah Sakit Indonesia? Apakah keadaan di sana masih belum memungkinkan atau ada kendala lain?
Presidium Mer-C (Ir. Farid Thalib): Beberapa pekan yang lalu, sudah ada satu relawan kita yang sampai ke rumah sakit, tapi hanya beberapa jam karena itu dalam rombongan resmi dengan WHO. Kita berharap dalam waktu dekat ini salah satu engineer kita bisa masuk untuk mengasesmen kebutuhan-kebutuhan Rumah Sakit Indonesia. Nantinya, saat kita merenovasi kembali, kita sudah tahu apa yang harus dilakukan. Para relawan yang akan berangkat sangat menunggu dan sudah mempersiapkan diri dengan baik.
Penyiar: Rumah sakit ini juga merupakan hadiah dari almarhum ketika Aksa Working Group memohon untuk membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak dari Indonesia. Bisa dijelaskan lebih lanjut oleh Ketua Presidium AWG, Nur Ikhwan Abadi?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Alhamdulillah, kita insya Allah akan membangun satu lagi rumah sakit selain renovasi Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia. Kita akan membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak di Gaza City, kurang lebih 2 km dari Rumah Sakit Syifa atau 6 km dari Rumah Sakit Indonesia. Rumah sakit ini membutuhkan lahan, dan kami sudah berdiskusi dengan otoritas di Gaza, disupport oleh Bang Mail. Alhamdulillah, kami diberikan lahan seluas 5000 m² untuk pembangunan rumah sakit ini. Gambar awal sudah siap, dan kita akan berdiskusi lebih detail dengan Kementerian Kesehatan di sana tentang apa saja yang dibutuhkan. Rakyat Indonesia memang suka membuat sejarah. Ketika dulu membangun Rumah Sakit Indonesia, banyak yang bilang itu tidak mungkin, tapi dengan kehendak Allah, semuanya bisa terjadi. Begitu juga dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini.
Penyiar: Bagaimana tanggapan Kementerian Luar Negeri Indonesia terhadap inisiatif-inisiatif ini? Gerakan ini adalah gerakan rakyat, dan meskipun menjadi ikon, perjuangan tidak mudah. Bagaimana mereka menyikapinya?
Presidium Mer-C (Ir. Farid Thalib): Dari awal, memang banyak yang meragukan, termasuk kami sendiri. Tapi dengan semangat yang kuat, terutama dari almarhum Dr. Jose, kita terus bersemangat. Pemerintah pada dasarnya membantu, baik itu berkaitan dengan perizinan dan regulasi. Kedutaan Indonesia di Kairo dan Kementerian Luar Negeri juga banyak membantu secara administratif. Meski bantuan materi dari pemerintah tidak terwujud, dukungan administrasi dari pemerintah cukup membantu.
Presidium Mer-C (Ir. Farid Thalib): Ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini. Ini bukan soal pembangunan, tapi terkait takziah kita kemarin. Ada yang sangat berkesan bagi saya. Salah satu tokoh yang namanya tidak mau disebutkan hadir di acara tersebut, dan dia berada di tempat kejadian kemarin di Iran. Dia mengatakan bahwa saat ini proses menuju kemerdekaan Palestina sedang berjalan. Keyakinannya sangat kuat, meskipun kita sedang dalam suasana duka. Dia bilang, “Jangan khawatir, ada lebih dari satu miliar umat Islam di dunia yang mendambakan kemerdekaan Palestina. Bahkan, mungkin lebih banyak lagi di luar umat Islam yang juga mendukung kemerdekaan Palestina. Kita sedang on process menuju kemerdekaan dalam waktu dekat.” Jadi, jangan berkecil hati. Keyakinan mereka ini benar-benar mengagumkan.
Penyiar: Berapa sebenarnya penduduk Gaza? Sekitar 2,3 juta, ya? Dan dari jumlah tersebut, hampir 100.000 lebih telah syahid, dengan 40.000 yang diketahui. Mungkin tiga kali lipat dari itu yang tidak diketahui, karena data hanya mencakup yang terlihat secara fisik. Belum lagi yang cedera. Mereka tetap berada di Gaza dan tidak mau keluar, meskipun orang-orang Israel menawarkan bayaran agar mereka keluar ke Sinai atau tempat lain. Tapi mereka tetap bertahan di Gaza. Ini sungguh luar biasa!
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Kemarin juga diceritakan oleh orang yang dekat dengan Bang Mail. Bang Mail ini hafal Quran, dan Ismail Haniyah, Masya Allah, memiliki sanad bacaan yang luar biasa. Kami bertanya apakah dia memiliki sanad bacaan 30, tapi ternyata lebih kecil lagi, sekitar 28 atau 29. Sanad ini adalah hubungan keilmuan dari Rasulullah SAW, urut terus dari Rasulullah ke sahabat, dan Ismail Haniyah adalah urutan ke-28 atau 29. Yang luar biasa adalah Ismail Haniyah mengambil sanad ini ketika beliau menjadi Perdana Menteri. Setiap hari, satu jam sebelum bekerja, beliau duduk dengan Dr. Abdurrahman Jamal untuk membaca Quran. Masya Allah, 5 jam setiap hari! Kalau pemimpin kita bisa seperti ini, membaca Quran sebelum bekerja, pasti luar biasa.
Penyiar: Dulu ada organisasi yang mirip seperti ini, tapi entah bagaimana sekarang. Apa yang ingin disampaikan terakhir dari Pak Farid? Sudah hampir 30 menit kita berbincang. Hasil dari takziah kepada asy-Syahid Ismail Haniyah, bertemu dengan para tokoh, menyambung silaturahmi, dan merawat semangat perjuangan ini. Dari bangsa yang dikenal oleh dunia, entah Indonesia masih terbesar atau sekarang Pakistan, katanya pindah ke Pakistan. Allahu a’lam. Tapi semangat ini masih ada di sini. Apa peranannya?
Presidium Mer-C (Ir. Farid Thalib): Saya merasa sangat bersyukur, meskipun Pak Yusuf Kalla sudah tidak formal lagi di pemerintahan, beliau hadir di sana bersama para ulama kita dan masyarakat Indonesia. Kami, saya dan Nurikhwan, juga berinteraksi di sana. Alhamdulillah, kehadiran kami membuat yang sedang berduka merasa terhibur, membuktikan bahwa Indonesia benar-benar hadir di sini. Harapan ke depannya, saya ingin menyampaikan kepada semua yang mendengar ini untuk tidak pernah berhenti membantu Palestina. Ada beberapa alasan yang mutlak kita harus bantu. Pertama, kiblat umat Islam pertama di dunia ini ada di Al Aqsa, yang berada di bawah Palestina. Kedua, sebagai umat Islam terbesar di Indonesia, sudah sewajarnya kita membantu. Ketiga, kita memiliki historis yang kuat dengan bangsa Palestina, ketika kita awal-awal merdeka, merekalah yang mendukung kemerdekaan kita. Jadi, jangan pernah kendor membantu, minimal dengan berdoa di saat salat fardu wajib di masjid-masjid dengan Qunut Nazilah. Doa adalah salah satu senjata yang ampuh bagi umat Islam. Saya benar-benar terenyuh dan bangga, mereka mengatakan bahwa sebentar lagi kita akan merasakan kemerdekaan. Masya Allah.
Penyiar: Dari Nur Iwan Abadi, presidium AWG ini, Akso Working Group ini ketuanya?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Ketika Pak Farid mengajak saya berangkat ke sana, dan setelah pulang, saya merasakan syukur yang luar biasa. Alhamdulillah, kami bisa hadir di sana, diizinkan oleh Allah. Ini adalah dukungan yang luar biasa yang dirasakan oleh masyarakat Palestina, bahwa dukungan itu bukan hanya dari negara lain, tapi dari Indonesia yang jauh-jauh hadir di sana. Kemudian, semangat untuk membantu Palestina harus terus berlanjut. Orang-orang Palestina merasakan betul penderitaan, kehilangan keluarga, tapi mereka tetap semangat. Masya Allah, mereka adalah pelaku sejarah. Kita, umat Islam di Indonesia, harus lebih dari itu. Kemarin, kami bertemu dengan salah satu orang dekat Ismail Haniyah. Jangan lupakan bahwa yang syahid bersama Ismail Haniyah ada satu orang pengawalnya. Pengawal ini saat itu berada di luar kamar Ismail Haniyah dan meninggal di situ, dengan mushaf Al-Quran di tangannya. Masya Allah, dia adalah hafiz Quran. Satu lagi yang beliau sampaikan, jangan lupakan keempat anaknya yang masih kecil-kecil. Kami terenyuh hadir di situ. Tanggung jawab kita semua untuk mendukung anak-anak yatim di Gaza yang akan menjadi generasi penerus perjuangan dan pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan pembebasan Palestina.
Penyiar: Pak Insyaallah, Masyaallah. Terima kasih Bang Nur Iwan Abadi dan Pak Farid Thalib dari presidium Medical Emergency Rescue Committee. 30 menit bincang kita lebih sedikit, mudah-mudahan kita bisa cari momen lagi karena banyak yang ingin saya sampaikan. Misalnya, dua pekan yang lalu, Pak JK dipanggil oleh Ismail Haniyah untuk bertemu. Itu juga sebuah teka-teki. Kok bisa datang dua minggu kemudian, ada firasat apa? Mau dikomentarin sedikit sebelum kita bincang lebih jauh lagi?
Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Orang-orang Palestina ini sangat berharap Indonesia bisa menjadi pemersatu. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, mereka berharap Indonesia benar-benar memiliki peran yang sentral. Makanya, ketika Pak JK datang, itu salah satu hal yang disampaikan. Mereka sangat berharap Indonesia bisa memiliki peran sentral dalam kemerdekaan Palestina dan persatuan faksi-faksi di sana.
Penyiar: Mudah-mudahan nanti Pak JK lebih mudah bertemu dengan pemimpin Indonesia. Insyaallah, terima kasih Bang Nur Iwan dan Pak Farid Thalib. Mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan dan mewakili bangsa Indonesia, setidaknya pendengar Radio Silaturahim sudah mendengar langsung dari tangan pertama urusan yang satu ini. Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Presidium Mer-C (Ir. Farid Thalib) & Presidium AWG (Ir. Nur Ikhwan Abadi): Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.