Senin, 18 Rabiul Akhir 1446 H/ 21 Oktober 2024
Apakah Prabowo bisa membawa perubahan? Pertanyaan sederhana masyarakat Indonesia ketika menyaksikan pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden kedelapan Republik Indonesia Ahad kemarin di Kompleks Parlemen, Jakarta. Pelantikan tersebut menandai dimulainya pemerintahan lima tahun Prabowo Subianto sebagai Presiden. Pidatonya di podium yang berapi-api setelah pengambilan sumpahnya sebagai Presiden, menunjukkan kesungguhannya untuk membangun Indonesia lebih baik.
Beberapa pernyataannya yang tegas terkait pengurangan korupsi, kemandirian pangan dan energi, pengentasan kemiskinan, pembelaannya pada kemerdekaan Palestina dan persoalan kebangsaan lain, serta seruannya untuk semua komponen bersatu, cukup meyakinkan bahwa untuk kepentingan rakyat bisa membangun Indonesia yang maju. Pidatonya terkait pembelaan terhadap wong cilik, petani dan nelayan, sangat perlu dicamkan untuk alokasi sumber daya pembangunan ke depan.
Kepemimpinan untuk rakyat yang jelas dan berani seperti itu sangat perlu, untuk memberi arah bagi seluruh rakyat, agar semuanya dapat berjibaku membangun negeri. Sepertinya rakyat merasa bahwa salah satu aspek kepemimpinan yang jarang dibicarakan oleh pemimpinannya adalah keberanian. Memimpin dengan keberanian bukan sekadar mengambil langkah berani, tetapi melakukannya dengan tekad yang kuat, kompas etika yang kuat, dan visi kesuksesan yang mengundang banyak orang untuk berperan. Bahkan lawannya akan menjadi kawan untuk visi kesuksesan bangsa.
Buya Anwar Abbas dalam artikelnya di Republika menuturkan bahwa, “Menurut salah seorang calon menteri yang dipanggi Prabowo ke rumahnya, Prabowo ingin membuat negeri ini menjadi negeri yang makmur dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Keinginan tersebut tentu tidak mustahil bisa terwujud asal saja Prabowo mampu menghentikan praktek korupsi dalam pemerintahannya. Sebab masalah korupsi ini sudah merupakan masalah lama dalam pemerintahan kita. Di zaman Orde Baru misalnya, Sumitro Djojohadikusumo memperkirakan tingkat kebocoran APBN ada sekitar 30 persen. Bagaimana halnya sekarang? Banyak pihak meyakini tingkat kebocoran tersebut lebih besar dari itu.
Karena itu, jika Prabowo ingin cita-citanya tercapai maka dia harus konsisten dan konsekuen dengan rencana dan langkah-langkahnya untuk memberantas korupsi. Jika dengan tingkat kebocoran yang ada sekarang ini saja ekonomi nasional masih bisa tumbuh sekitar 5,2 persen, maka jika Prabowo berhasil menutup kebocoran tersebut dan mampu membuat penggunaan dari anggaran yang ada seefektif dan seefisien mungkin maka tentu tidak mustahil pertumbuhan ekonomi nasional akan berada di sekitar 6,5 persen per tahun.
Jika hal demikian bisa terjadi maka tentu negara ini akan menjadi negara yang makmur dan pertumbuhan ekonominya akan tinggi. Tetapi apakah Prabowo akan mampu menutup kebocoran tersebut? Inilah sebuah pertanyaan besar yang menggelantung di dalam pikiran banyak orang sekarang ini karena yang namanya tindak korupsi tersebut menurut sebagian pakar sudah merupakan budaya di kalangan kebanyakan para pemimpin dan pejabat di negeri ini. Namun hal itu tidak akan menjadi kendala kalau Prabowo memang sudah berketetapan hati untuk mengabdikan dirinya bagi kepentingan bangsa dan negaranya. Karena lewat kekuasaan yang dimilikinya akan bisa memecat para menteri yang tidak bisa menciptakan good governance di kementriannya dan menggantinya dengan orang-orang yang lebih baik yang memang punya komitmen tinggi untuk memajukan bangsa dan negaranya.”
Prabowo telah menjadi pemimpin tertinggi di negara ini. Pucuk pimpinan harus menunjukkan keteladanan. Tidak akan bisa negeri ini bersih-bersih, berlaku jujur, adil dan melakukan pergerakan, jika tidak diberi teladan dari kepala. Presiden lah yang harus memulai. Dan Prabowo sudah menyebutkan semua janji itu di podium pelantikan. Jika Prabowo nanti komitmen, konsisten dan istiqamah atas pidato dan janjinya memperbaiki negeri ini, rakyat akan optimis bahwa perubahan akan menuju kea rah yang lebih baik. Tetapi jika tidak, maka akan busuklah seluruh sektor kehidupan negara.
Satu hal yang harus rakyat rekam baik-baik adalah ucapannya bahwa Prabowo akan berkerja untuk rakyat, bukan untuk pribadi, keluarga atau kelompok. Beliau baru akan benar-benar merasa puas, jika rakyat telah sejahtera. Ini pernyataan penting, karena memang negeri ini milik rakyat, kedaulatan tertinggi milik rakyat. Tapi pemimpin tidak cukup hanya memimpin dirinya sendiri. Jika nanti optimisme Prabowo tidak dipresentasikan oleh para menterinya, maka harapan kebangkitan rakyat akan kembali sirna. Artinya Prabowo harus menunjukkan kemampuannya untuk memimpin Kabinet dengan benar, karena perjalanan bangsa ini akan berat dan bahkan lebih berat lagi, mengingat beban yang diwarisi dari rezim Jokowi memang tidak ringan.
Wallahu‘alam bishshawab