Jumat, 18 Ramadhan 1445 H/ 29 Maret 2024
Bulan Ramadhan sering dijuluki sebagai Syahrul Qur’an atau bulan Al Qur’an. Sebab di bulan ini terdapat momentum bersejarah, yakni turunnya wahyu pertama Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad ﷺ. Momentum ini oleh umat Islam diperingati sebagai malam Nuzulul Qur’an.
Merujuk salah satu keterangan dari kitab Al-Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir, juz III halaman 11. Disebutkan bahwa, permulaan wahyu (diturunkannya Al-Qur’an) kepada Rasulullah ﷺ bertepatan dengan hari Senin pada malam ke-17 bulan Ramadhan. Dikatakan pula, bertepatan dengan tanggal 24 Ramadhan.
Sementara itu terkait dengan Sejarah Nuzulul Qur’an, salah satu narasumber Rasil yang juga seorang Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Zakky Mubarak menjelaskan bahwa dalam bulan Ramadhan ada hal yang sangat penting yaitu malam Nuzulul Qur’an atau malam diturunkannya Al-Qur’an. “Mengapa sangat penting? Karena Al-Qur’an inilah petunjuk yang sangat agung bagi umat manusia yaitu turun di Bulan Ramadhan,” jelasnya dalam video yang diunggah di akun Facebook resmi miliknya.
“Nuzul artinya turun, Al-Qur’an? Ya Al-Qur’an, Nah turunnya ini melalui beberapa tahapan. Pertama, Turunnya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfudz secara menyeluruh sekaligus ke baitul izzah yaitu langit. Nah dari baitul izzah ini kemudian turun ke langit dunia itu dengan secara utuh, dari baitul izzah inilah mulai dari langit turun secara berangsur-angsur melalui datangnya malaikat jibril, Jadi jibril datang membawa ayat demi ayat kepada nabi Muhammad ﷺ ” ujarnya.
Kiai Zakky menyebutkan bahwa awal di turunkannya itu adalah di bulan Ramadhan memiliki beberapa pandangan. “Ada yang menyatakan 17 Ramadhan, 21, 24, 27 macam-macam pandangan yang dikemukakan berdasarkan beberapa riwayat. Tapi pada prinsipnya semua itu sepakat di Bulan Ramadhan,”jelasnya. Kiai kelahiran Cirebon Jawa Barat tersebut berharap semoga dengan menyambut Nuzulul Qur’an ini kita bisa mengkaji al- Qur’an lebih mendalam. Bisa menyambut Nuzulul Qur’an ini dengan baik, dengan jalan apa yang kita bisa menelaah Al-Qur’an lebih mendalam lagi dan yang lebih penting bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa ulama menyoroti sejarah awal mula ayat Al-Qur’an diterima oleh nabi Muhammad ﷺ. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.” (Qs. Al-‘Alaq:1). “Bacalah!”, demikian malaikat Jibril mengulang-ulang perintah kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Menyampaikan wahyu Allah SWT untuk yang pertama kali kepada manusia pilihan yang mulia, Rasul akhir zaman. Disampaikan pada waktu yang mulia pula yakni di bulan Ramadhan.
Al-Qur’an adalah mukjizat besar yang Allah SWT berikan kepada Rasulullah ﷺ. Petunjuk bagi segenap manusia. Kabar gembira bagi setiap yang beriman. Maka turunnya Alquran merupakan peristiwa penting yang tidak akan lekang oleh zaman. Sudah lebih dari 14 abad malam Nuzulul Quran dilalui oleh kaum Muslim. Hal ini semestinya menjadi pacuan untuk mengaca diri. Terlebih lagi bagi bangsa dengan penduduk mayoritas muslim ini. Sudahkah Al-Qur’an menjadi bahan literasi bagi segenap komponen Negeri?
Ya, bukan sekedar membaca. Tapi juga memahami bahkan mengamalkan setiap yang terkandung dalam ayat-ayat-Nya. Dikarenakan Al-Qur’an adalah mukjizat, maka sudah pasti kebaikan demi kebaikan yang akan tercurah darinya. Tidak ada keraguan lagi untuk itu, isinya pedoman dan petunjuk hidup manusia dan semesta alam. Dijelaskan dalam Surat al-Baqarah ayat 185: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…”.
Maka sangat jelas bahwa Al-Quran merupakan sumber utama bagi umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk bagi kehidupan di dunia untuk meraih kehidupan di akhirat. Karenanya, di momen Nuzulul Quran ini mari kita sejenak merenungi carut-marut kondisi sosial masyarakat maupun perpolitikan Bangsa. Karena sangat mungkin, kegaduhan yang ada adalah akibat kita lupa membaca, memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Sehingga berkah dan rahmat tidak tercurah bagi negeri tercinta.
Semoga, Nuzulul Quran tahun ini tidak sekedar diperingati sebatas seremoni. Melainkan menjadi sarana untuk bermuhasabah bagi segenap komponen bangsa. Bahwa dalam peristiwa turunnya Al-Quran, ada titah Illahi yang harus ditaati. Yakni berkhidmat sebagai hamba Allah, ummat Rasulullah.
Wallahu ‘Alam Bishawwab