Bekasi, Rasilnews – Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa, Tony Rosyid mengimbau masyarakat dan seluruh pihak agar tidak menggeneralisasi semua pondok pesantren sebagai sarang pelaku pelecehan seksual. Karena faktanya, banyak tokoh-tokoh hebat, baik di pemerintahan maupun pimpinan lembaga-lembaga lain adalah alumni berbagai pesantren di Indonesia.
“Harus objektiflah, karena pesantren ini juga melahirkan banyak anak bangsa yang terdidik yang begitu luar biasa. Begitu banyak pejabat, tokoh-tokoh bangsa yang lahir dari pesantren. Jadi jangan lihat buruknya saja,” ujar Tony.
Ia mengatakan, lembaga pendidikan, sosial, dan agama memiliki standar moral yang sangat tinggi di masyarakat, sehingga begitu sensitif. Satu kesalahan pada satu lembaga itu saja bisa merusak nilai dari lembaga terkait lainnya.
Berbeda halnya jika kesalahan dilakukan oleh orang-orang yang berada di pemerintahan. Tony berujar, kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik dengan nilai triliunan seolah terlihat biasa saja, karena kejadian seperti itu sering kali terjadi.
“Kita lihat korupsi di pemerintahan yang nilainya triliunan dianggap biasa karena sudah banyak dilakukan. Tapi kalau itu berkaitan dengan lembaga sosial, lembaga agama meskipun nilainya jauh di bawah, akan mengguncang masyarakat dan negeri ini. Seperti kasus ACT kemarin, begitu juga dengan isu moral,” ungkapnya.
Tony menilai, media begitu gencar memberitakan isu-isu sensitif tersebut. Akhirnya menggiring opini publik untuk menggeneralisasi bahwa semua pesantren dan lembaga pendidikan agama berbahaya dan berpotensi menjadi sarang pelaku pelecehan seksual.
“Akhirnya yang terjadi, seperti digeneralisasi dengan lembaga-lembaga keagaaman yang lain. Masyarakat secara umum awam, ketika sesuatu bersifat kasuistik, mereka menggeneralisasi, oh pesantren begini ya, pendidikan agama begini ya,” ujarnya.
Kabar tentang pelecehan seksual yang terjadi di pesantren mencuat saat penangkapan putra kiai pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang, Jawa Timur KH Mukhtar Mukhti, Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi atas kasus pencabulan 5 santriwati ponpes tersebut.