Jakarta, RasilNews – Rumah Sakit Indonesia (RSI) Gaza menjadi target serangan oleh Zionis Israel sejak Senin (20/11) lalu. Ketua Presidium MER-C, Dr. Sarbini Abdul Murad menjelaskan terkait situasi RSI Gaza saat ini.
“Keadaannya sangat mengenaskan, sangat memilukan sangat membahayakan. Memilukan karena sebuah Rumah Sakit besar tidak ada persediaann atau stok obat atau yang berkaitan dengan medis sama sekali tidak ada. Dan kemudian mengenaskan karena semua pasien yang dibawa ke Rumah Sakit tersebut tidak ada penanganan karena memang tidak ada yang bisa mereka lakukan. Rumah Sakit Indonesia di Gaza merupakan rumah sakit yang dijadikan tumpuan oleh Rakyat Palestina namun melihat kondisi Rumah Sakit sekarang ini sangat membahayakan, terjadi pemboman yang menewaskan banyak korban”, ujar Sarbini kepada Radio Silaturahim, Rabu (22/11).
Diketahui bahwa, gempuran oleh serangan udara hingga tank Israel turut merusak beberapa bagian rumah sakit. Mereka yang tewas merupakan tim medis RSI dan warga sipil yang mengungsi di rumah sakit. Menurut laporan dari Palestina Today, saat ini pasien yang ada di rumah sakit tersebut berjumlah kurang lebih 1.000 orang. Namun, akibat dari adanya serangan tersebut, Rumah Sakit Indonesia (RSI Gaza) akan dikosongkan segera dan pasien akan dievakuasi ke rumah sakit Al-Nasr di bagian Selatan.
“Masih ada satu rumah sakit yang berfungsi, di Al-Nasr bagian Selatan. Paling mungkin mereka (pasien) akan dievakusi kesana. Seperti yang dibawa kemarin sebanyak 200 pasien,” jelas Sarbini.
Lebih lanjut, Sarbini mengatakan bahwa tiga orang relawan MER-C masih menetap di RSI Gaza, namun komunikasi sangat sulit dilakukan karena semua lini terputus. MER-C pun masih hilang kontak dengan tiga staf warga negara Indonesia yang memilih untuk tetap mengabdi di rumah sakit setelah perang berkecamuk.
Sarbini juga menilai upaya diplomasi pemerintah Indonesia sebenarnya sudah maksimal, tetapi memang tidak cukup untuk menekan Israel.
“Menurut saya Pemerintah Indonesia sudah maksimal yang beliau lakukan. Upaya-upaya menolong dan membantu ke Palestina dalam bentuk proses Genjatan Senjata. Sudah melakukan sesuai dengan kapasitasnya”,ucapnya.
Sementara itu, menurut laporan Sarbini, bantuan kemanusiaan yang sudah berhasil masuk hanya bisa disalurkan ke rumah sakit bagian Selatan dan Tengah saja karena situasi rumah sakit bagian Utara cukup membahayakan.
Sebagai informasi, sejak Israel mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas, setidaknya 13.000 warga Palestina telah terbunuh, termasuk lebih dari 9.000 wanita dan anak-anak, dan lebih dari 30.000 lainnya terluka.