Jakarta, Rasilnews – Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menandatangani nota kesepahaman (MOU) dengan Yayasan Pembina Islam Mentawai (YAPISMEN) untuk bantuan renovasi sekolah, pembangunan sarana ibadah, dan bangunan pendukung lainnya yang berada di MTs.S. Al Muhtadin, di Dusun Muara Sikabaluan, Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara, Kab. Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Jumat (05/01/2024).
Penandatanganan dilakukan oleh Dr. dr. Yusrie Dianne Jurnalis, Sp.A (K) mewakili MER-C selaku Pembina MER-C Sumatera Barat, dengan Ustadz Bayu Pringadi selaku Pembina YAPISMEN. Selain sarana ibadah (musala) dan renovasi sekolah, MER-C juga akan membangun fasilitas pendukung lainya seperti posko kesehatan serta rumah singgah, yang akan digunakan menjadi pusat kegiatan kemanusiaan MER-C di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Latar Belakang Program Bantuan Mentawai
Presidium MER-C Ir. Faried Thalib mengatakan, program bantuan ke Mentawai dibuka saat terjadi gempa tahun 2007.
“Program ini cukup panjang perjalanannya. Jadi 2007 ada gempa kita coba membantu. Itu gempa yang cukup dahsyat ya. Setelah itu tsunami tahun 2010, kita berbulan-bulan di wilayah Pariaman, di Koto Tinggi. Kita siapkan rumah sebanyak puluhan unit kemudian merenovasi masjid, memperbaiki sekolahan, madrasah, puskesmas. Saya sendiri ketika itu tiga sampai empat bulan bolak-balik ke wilayah itu,” ujarnya.
Faried mengatakan, gempa di Mentawai ini cukup sering terjadi. Potensi gempa di Kepulauan Mentawai bersumber dari zona megathrust maupun pada zona sesar Mentawai.
“Akhirnya MER-C mulai fokus ke sana dan tim relawan sudah beberapa kali melakukan pengobatan untuk yang terdampak sampai ke daerah-daerah terpencil. Tim relawan datang berkala dan saat itu tidak punya tempat. Untuk posko bekerjasama dengan penduduk atau puskesmas setempat. Kemudian donasi untuk Mentawai masih dibuka dan kami masih terus aktifkan MER-C cabang Padang,” katanya.
“Akhirnya sebelum pandemi, sekitar tahun 2018 kami mulai memikirkan bantuan yang nantinya bisa berkelanjutan dan berkepanjangan. Apakah itu rumah ibadah, puskesmas atau tempat-tempat pendidikan,” tutur Faried.
Sampai tahun 2023, ia mengatakan MER-C sudah mulai aktif dimana sebelumnya fokus terpecah ke beberapa isu dan program internasional. Kemudian diputuskan untuk mengirimkan relawan ke Mentawai selama hampir dua pekan untuk meninjau lokasi pembangunan.
“Kita kirim dua orang, Khoirul Mustofa dan Rohmat, relawan yang memang sudah berpengalaman untuk melakukan survei dan mencari lokasi pembangunan. Setelah sampai di Mentawai dan meninjau sejumlah lokasi, akhirnya diputuskan dibangun di Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara, Kab. Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, di atas tanah wakaf seluas 5.000 m².
Target Pembangunan dan Renovasi
“Kondisi bangunan sekolah saat ini sangat memprihatinkan. Kalau kata tim konstruksi, ini sudah stadium empat. Hampir roboh,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, MER-C akan merenovasi bangunan sekolah yang berada di atas lahan wakaf, membangun musala di lahan tersebut seluas 150 m², lalu rumah singgah dengan luas lahan sekitar 150 m², dan juga pembangunan posko kesehatan dengan luas lahan sekitar 100 m².
“Kita sepakat untuk membangun dari kayu karena ini yang paling ideal. Selain harganya cukup murah, ketika ada gempa juga lebih elastis dan lebih tahan,” ungkapnya.
Faried memperkirakan total biaya pembangunan ini sekitar 1 miliar rupiah. Ia juga mengatakan, saat ini para relawan di divisi konstruksi sudah bersiap dan sedang menunggu tahap pengerjaan kayu yang diperkirakan selesai dalam waktu 45 hari, terhitung sejak MOU ditandatangani.
“Targetnya pembangunan musala dapat segera selesai sehingga bisa digunakan pada bulan Ramadhan. Kami ingin segera selesai karena dari pihak pengurus sekolah juga merasa sangat bersyukur dan terharu, sebab sejak 20 tahun berdiri belum pernah ada perbaikan. Namun nanti kita lihat lagi perkembangannya,” tambahnya.