Artikel Hidayatullah.com
AGRESI Israel yang telah memasuki hari ke-71, telah menyebabkan banyak kerugian pihak penjajah, khususnya kematian para perwira dan prajuritnya. Salah satu yang dianggap memiliki peran besar dalam pembunuhan tentara teroris Israel ini adalah para penembak jitu (Sniper) Al-Qassam. Mereka dianggap penyumbang penting banyaknya kematian tentara Zionis. Senapan Al-Goul menjadi pembicaraan warga dunia setelah “Operasi Taufan (Banjir) Al-Aqsha.” Menurut surat kabar Al-Ghad, puluhan tentara penjajah di berbagai wilayah di Jalur Gaza dilaporkan mengalami cedera berat.
Sejarah senapan Al-Ghoul bermula dalam pertempuran tahun 2014, yang berlangsung selama 51 hari antara tentara penjajah Zionis dan pembebasan Palestina di Jalur Gaza, Brigade Izzuddin al-Qassam. Saat itu, mereka memamerkan klip video operasi penembak jitu menggunakan senapan Al-Ghoul yang menarget beberapa tentara penjajah Israel selama operasi darat mereka ke Gaza. Sejak itu, senapan Al-Ghoul telah digunakan oleh Brigade Al-Qassam, dan banyak operasi presisi telah dilakukan dengannya. Al-Qassam kerap memamerkannya secara terbuka dalam berbagai parade militer di Jalur Gaza selama beberapa tahun terakhir.
Nama “Ghoul” diberikan pada senapan Al-Qassam untuk menghormati pemimpin Al-Qassam Adnan Al-Ghoul atau “Abu Bilal” yang juga dijuluki “Rudal Abu Qassam”. Almarhum Adnan Al-Ghoul, adalah kepala produksi militer di Brigade Al-Qassam dan berhasil membuat dampak signifikan dalam sejarah perlawanan melalui kontribusinya dalam produksi peluru dan Rudal Qassam pertama bersama rekan-rekannya yang telah syahid, Muhammad Farhat dan Tito Masoud.
Adnan Al-Ghoul memulai peran militernya sebelum pecahnya Intifada Pertama pada tahun 1987. Ia membentuk kelompok militer yang melakukan operasi penikaman terhadap tentara penjajah. Namun, penyamaran kelompok tersebut terbongkar dengan ditangkapnya salah satu anggotanya, mendorong Adnan Al-Ghoul melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mendapatkan pengalaman militer. Dia kemudian kembali ke Gaza pada awal tahun 1990an.
Adnan Al-Ghoul berhasil menciptakan granat tangan buatan lokal pertama meskipun sumber dayanya terbatas kala itu, dan berupaya memproduksi peluru mortir dan peluru anti-tank. Dia juga berhasil menciptakan “Rudal Yassin” sesaat sebelum kesyahidannnya. Di bawah kepemimpinan Adnan, Brigade Al-Qassam menyaksikan kemunculan pertama Roket Qassam, dilanjutkan keberhasilan memproduksi roket “Bana”, “Batar”, dan alat peledak improvisasi. Adnan juga menciptakan granat buatan tangan pertama dengan membentuk bahan TNT dan menempatkannya di dalam cangkir untuk membentuk granat. Dia kemudian mendirikan pabrik untuk produksinya dan mengembangkannya lebih lanjut secara teknis dan artistik.
Setelah itu, Adnan Al-Ghoul beralih ke bidang pembuatan senjata, dan berhasil memproduksi peluru mortir lokal dan peluncur Rudal Yassin untuk melawan kendaraan militer Israel yang menembus Jalur Gaza karena terbatasnya jumlah peluru anti-tank model “RPG”. Ia berhasil mengembangkan “Senapan Ghoul” kaliber 14,5 mm, dengan jangkauan mematikan hingga 2 kilometer. Panjangnya melebihi satu setengah meter, menjadikannya senapan sniper yang canggih dibandingkan dengan senapan “Dragunov” Rusia kaliber 7,62 dan senapan sniper “Steyr” Austria kaliber 12,7. Senapan “Ghoul” yang dipersembahkan oleh Brigade Qassam sebagai ciri khas industri militer Palestina, berbeda dengan HS-50 dalam hal panjang, jangkauan dan jenis peluru yang digunakan. Brigade Qassam menegaskan bahwa ini adalah bukti keberhasilan pembuatan senjata para pejuang.
Siapa Adnan Al Ghoul? Al-Ghoul lahir 25 Juli 1958 di kamp pengungsi Shati Jalur Gaza, dikenal sebagai asisten Mohammed Dheif, pemimpin Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap bersenjata Hamas. Adnan bukanlah seorang pejuang pembebasan Palestina biasa, melainkan seorang pejuang pembebasan Palestina yang sangat spesial. Dia dikenal mengkhususkan diri dalam persiapan IED dan mengembangkan sistem roket Qassam untuk Hamas. Ia menjabat sebagai asisten insinyur terkemuka Brigade Izzuddin al-Qassam, Yahya Ayyash. Al-Ghoul mengambil alih peran Ayyash pada tahun 1996. Pasukan penjajah Israel mengindetifikasinya sebagai pembuat bom utama pejuang Al-Qassam. Ia bergabung dengan organisasi tersebut segera setelah pembentukannya pada tahun 1988.
Di antara senjata-senjata tersebut, roket anti-tank seperti Al-Bana, Batar, dan kemudian Al-Yasin sering digunakan pejuang dalam serangannya mematikan terhadap tentara penjajah ‘Israel’di Gaza. Adnan Al-Ghoul ditangkap beberapa kali oleh pasukan keamanan Otoritas Palestina yang dikepalai Mahmoud Abbas. Putra sulung Al-Ghoul, Bilal, gugur dalam serangan udara tahun 2001 di Gaza, dan putra keduanya, Mohammed, gugur tahun berikutnya bersama sepupunya dalam serangan yang gagal di rumah keluarga di Maghazi, selatan Kota Gaza.
Pada tanggal 26 September 2003, dia dilaporkan menghadiri pertemuan dengan Mohammed Deif, Ismail Haniya, salah satu pemimpin politik Hamas, dan pemimpin spiritual organisasi tersebut, Syeik Ahmad Yasin, ketika pasukan teroris ‘Israel’ mengebom rumah tempat mereka berkumpul. Adnan Al-Ghoul hidup dalam persembunyian dan tidak pernah berbicara kepada media, sebagaimana para pejuang Al-Qassam umumnya. Gambar ayah empat anak berusia 46 tahun itu pernah dirilis Hamas setelah kesyahidannya. Adnan syahid setelah 18 tahun dikejar oleh aparat keamanan Otoritas Palestina dan penjajah ‘Israel’ dalam serangan udara yang menargetkan dia dan rekannya, pemimpin Al-Qassam Imad Abbas di Jalan Jaffa Kota Gaza pada 21 Oktober 2004.
Dinamakan “Ghoul” untuk mengenang namanya yang banyak berkontribusi terhadap perkembangan militer Al-Qassam yang hasilnya bisa kita saksikan dalam agresi yang dimulai 7 Oktober 2023.
Wallāhu ‘Alam bis-shawāb