Jakarta, Rasilnews – Majlis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM) mendukung keputusan Dewan Keamanan (DK) PBB yang mengeluarkan resolusi gencatan senjata di Gaza. Tetapi, organisasi itu menyesalkan resolusi tersebut karena hanya memberlakukan gencatan senjata selama Ramadhan 2024.
“Kami menyatakan dukungan penuh kami untuk resolusi gencatan senjata segera di Gaza yang diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB kemarin (Senin, 25 Maret). Namun, kami menyesal bahwa gencatan senjata hanya selama Ramadhan. Ini tidak dapat menjamin Israel tidak akan melanjutkan serangan militernya,” kata Presiden MAPIM, Mohd Azmi Abdul Hamid dalam keterangan pers yang diterima Rasilnews di Jakarta, Selasa (26/3).
Keamanan utama, kata Azmi, adalah prinsip dasar yang harus diadopsi. Meskipun menghormati bulan suci Ramadhan telah dipertimbangkan, tapi ia mengaku tidak dapat memahami mengapa invasi Israel hanya dihentikan sementara dan terbatas pada Ramadhan saja.
“Meskipun ini dapat dilihat sebagai keputusan positif, kami percaya bahwa Gaza harus dijamin dan dilindungi dari serangan militer (Israel) di masa depan,” kata Azmi.
Sudah lebih dari 5 bulan kekerasan Israel menyebabkan hampir penghancuran seluruh Gaza. “Dan dengan demikian, PBB tidak dapat mengadakan gencatan senjata sementara,” lanjut Azmi.
Azmi menyesalkan tidak adanya kalimat “gencatan senjata permanen” dalam resolusi DK PBB itu.
“Kami menyesal bahwa kata-kata khusus untuk gencatan senjata permanen tidak termasuk karena ini akan memastikan bahwa keselamatan Gaza dan invasi di masa depan oleh Israel akan diblokir,” ujarnya.
“Kami mempertanyakan tidak adanya resolusi dalam teks untuk menekankan bahwa gencatan senjata permanen penting untuk perdamaian berkelanjutan,” tambah Azmi.
Dia menegaskan, MAPIM mendesak gencatan senjata permanen dan segera. Menurutnya, kelambanan dalam pelaksanaan gencatan senjata hanya akan membuat resolusi yang dikeluarkan menjadi sia-sia.
“Kami mendesak penegakan langsung tanpa penundaan. Tim keamanan harus dikirim untuk memastikan gencatan senjata yang abadi. Setiap keterlambatan dalam mengimplementasikan gencatan senjata akan membuat resolusi sia -sia,” ujar Azmi.
“Kami mendesak pembukaan penyeberangan Rafah untuk semua pasokan kemanusiaan diizinkan tanpa hambatan. Mesir harus bekerja dengan semua lembaga kemanusiaan untuk memastikan kelancaran pergerakan barang kemanusiaan ke Gaza. Israel seharusnya tidak diizinkan untuk campur tangan dalam pengiriman bantuan ke Gaza melalui satu -satunya pintu yang tersisa, Rafah,” sambungnya.
Azmi juga menekankan, semua tentara Israel harus segera mundur dari Gaza tanpa syarat. Sementara para sandera, kata dia, harus dilepaskan oleh kedua belah pihak melalui proses yang disepakati untuk pertukaran tawanan oleh kelompok pejuang Palestina, Hamas dan Israel.
“Kami mendesak pembebasan lebih dari 7.000 warga Palestina di Tepi Barat. Kekerasan, pembunuhan, dan penculikan orang -orang Palestina oleh pendudukan Israel di Tepi Barat harus dihentikan,” lanjutnya.
Resolusi gencatan senjata ini telah ditunggu oleh komunitas internasional karena Gaza berada di ambang penghancuran secara keseluruhan dan besar-besaran dari setiap aspek kehidupan di daerah sekitarnya.
Resolusi yang diajukan oleh Aljazair itu disetujui 14 anggota dewan dan Amerika Serikat selaku sekutu Israel memilih abstain dalam pemungutan suara pengambilan keputusan gencatan senjata itu.
Berdasarkan hukum internasional dan hukum kemanusiaan, jelas bahwa Israel telah melanggar semua ketentuan yang telah menyebabkan situasi kemanusiaan di Gaza. Lebih dari 32.000 orang syahid dan 74.000 terluka akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023.***