Mahasiswa Demo Istana, Pengamat: Kampus Sudah Tidak Punya Kebebasan Akademik
Cibubur, Rasilnews – Pengamat politik ekonomi, Ichsanuddin Noorsy menyoroti unjuk rasa yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang digelar pada Senin (28/3). Ia menilai, saat ini kampus sudah tidak memiliki kebebasan akademik untuk memihak rakyat.
Penilaian tersebut muncul, karena saat ini rektor di universitas-universitas Indonesia tidak dipilih langsung oleh guru-guru besar, namun ditentukan oleh pemerintah.
“Ada beberapa fenomena dari demo mahasiswa
Rektor sekarang sudah tidak dipilih oleh guru besar, guru besar menyodorkan ke istana terus ditentukan oleh istana,” jelas Noorsy dalam wawancara Topik Berita Radio Silaturahim 720 AM, Selasa (29/3).
Campur tangan pemerintah dalam pemilihan rektor, menurut Noorsy menghilangkan kebebasan akademik karena rektor dianggap sebagai perpanjangan tangan politik praktis.
“Menurut saya, intervensi politik ke dalam kampus jauh sekali. Kampus tidak lagi punya kebebasan akademik karena rektor menjadi perpanjangan tangan politik praktis,” ucapnya.
Hal tersebut, lanjutnya akan berimbas kepada peranan mahasiswa sebagai kelompok intelektual yang seharusnya berpihak pada masyarakat, bukan pada kekuasaan.
Dunia pendidikan Indonesia, kata Noorsy, bukan sekadar terkooptasi oleh cara berpikir barat yang mengakibatkan tidak terbukanya jalan pembebasan atas kemerdekaan dan pembebasan kedaulatan bangsa. Namun juga terkooptasi oleh situasi nasional, yang akhirnya menggunakan kaca alternatif untuk membenarkan kebijakan-kebijakan politik yang muncul.
“Itu artinya, sesungguhnya dunia pendidikan Indonesia sudah terkena doktrin politik adalah dogma akademik. Ini dampaknya mendalam,” tambah Noorsy.
Sebelumnya, ia menyebut beberapa aksi demo yang digelar mahasiswa, yang terbaru di sekitar kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat itu, dan dialog dengan pihak istana, tidak menghasilkan perubahan apapun, hingga pernah muncul stigma “The King of Lip Servis” yang ditujukan pada Presiden Joko Widodo.
“Saya nggak ngerti kenapa mahasiswa mau ke istana berdialog dan sudah sekian kali dialog mahasiswa dengan istana itu tidak membawa perubahan apa-apa, sampai ada sebutan the king of lip servis,” kata Noorsy.