Rasilnews – Dalam sejarah keagungan Islam, nama Khalifah Al Adl Umar ibn Abdul Aziz tetap bersinar. Dilahirkan pada tahun 60 H, Umar bin Abdul Aziz tumbuh dalam lingkungan keluarga Bani Khattab, tetapi kebijaksanaan dan ketakwaannya menjadikannya seperti “ikan di lautan yang asin tidak menjadikan ikan tersebut asin.”
Pada saat diangkat sebagai khalifah, Umar ibn Abdul Aziz menunjukkan sikap rendah hati yang luar biasa. Dalam pidatonya, dia menyatakan bukanlah orang terbaik di antara mereka, memberikan umat pilihan untuk memilih pemimpin yang diinginkan.
Langsung setelah itu, Umar ibn Abdul Aziz menemui istrinya, Fatimah binti Sulaiman, memberikan pilihan hidup sederhana bersama atau berpisah jika memilih kemewahan.
Keputusan Umar ibn Abdul Aziz untuk menyederhanakan hidupnya menjadi teladan bagi kita semua. Tidak karena tidak mampu, melainkan sebagai bentuk pelayanan yang baik kepada umat. Beliau mengajarkan bahwa kebesaran seorang pemimpin bukan hanya dari penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga dari rendah hati dan kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.
Pilihan hidup sederhana tersebut tercermin dalam pernyataan Umar ibn Abdul Aziz kepada istrinya, di mana perhiasan dan kemewahan dikumpulkan dan disumbangkan ke baitul mall sebagai bentuk berbagi kepada yang membutuhkan.
Tausyiah ini mengingatkan kita pada surah Al Ahzab, yang menyebutkan bahwa langit, bumi, dan gunung-menolak amanat, sementara manusia memikul tanggung jawab tersebut. Sebuah peringatan penting tentang amanah dan tanggung jawab yang harus dihayati dalam kehidupan sehari-hari.
Hati-hati dengan dunia, demikian pesan akhir, agar anak-anak kita senantiasa berhati-hati dalam bergaul dengan lawan jenis, menjunjung tinggi nilai-nilai kesederhanaan dan ketakwaan. Semoga kita dapat mengambil inspirasi dari kebijaksanaan dan teladan kepemimpinan Khalifah Umar ibn Abdul Aziz untuk meraih kemuliaan di akhirat.