Rasilnews – Dalam program tausyiah Psikologi Keluarga, Ustaz Husein Alattas menjelaskan solusi terhadap problematika yang melanda sebuah keluarga. Dengan bijaksana, beliau menerangkan bahwa diperlukan komunikasi antara Suami dan Istri, dan kepasrahan kepada Allah SWT, serta kesabaran agar dapat mengatasi situasi tersebut. Berikut ini adalah pertanyaan beserta jawaban dari Ustaz Husein Alattas (UHA).
(Pertanyaan dari Hamba Allah), Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustaz istri saya kuat ibadahnya, Sholat tahajud, Sholat dhuha dan juga zikir pagi petang puasa senin kamis tapi Ustaz dia tidak mentaati saya sebagai suaminya selama 26 tahun tidak mau menjadikan saya sebagai pemimpinnya dan selalu saja ada bantahan terhadap apa yang saya sampaikan dia Ustaz tidak mau mendengarkan arahan atau pendapat saya saya jengkel dan marah karenanya sampai di dalam hati Saya berjanji kalau saya meninggal duluan maka saya tidak akan Rida dia masuk surga Saya berencana menceraikannya Ustaz agar dia tidak terhalang surganya oleh Ridha saya?
Menjawab pertanyaan pertama, kisah seorang suami yang telah menjalani hidup berumah tangga selama kurang lebih 26 tahun menceritakan tentang istrinya yang rajin beribadah, seperti bangun malam, puasa senin kamis, dan melaksanakan salat dengan tekun. Namun, suaminya merasa kecewa karena istrinya tidak menunjukkan ketaatan dan penghormatan terhadap perannya sebagai suami. Ia merasa tidak dihargai sebagai pemimpin keluarga dan merasa bahwa istrinya enggan mendengarkan petunjuk-petunjuk yang diberikannya.
Kasus ini kita dengar dari pihak suami, namun kita belum mendengar unek-unek yang dirasakan sang istri. Apakah suaminya tidak menghormatinya atau tidak mendengarkan arahan yang diberikannya? Mungkin suaminya mengarahkan istrinya ke hal-hal yang negatif atau tidak sejalan dengan kebenaran, atau justru suaminya membimbing istrinya menuju hal-hal yang positif dan baik.
Maka, pada kasus pertama, suaminya perlu memperbaiki diri agar dapat dihormati dan ditaaati, serta menjadi imam yang baik. Jika suaminya tidak menempatkan dirinya sebagai imam, istri tidak akan mendengarkan arahan atau masukannya. Namun, jika suami bertanggung jawab sebagai suami yang berusaha menjadi pemimpin yang baik, dia akan memberikan arahan dan masukan kepada istrinya. Jika istrinya tetap tidak menghargai dan menghormati suami, meskipun istri telah melaksanakan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah, seperti salat dan bangun di waktu malam, itu menjadi suatu kekurangan yang disayangkan.
Padahal kita tahu bahwa dalam kehidupan rumah tangga, setiap individu terikat oleh kewajiban dan memiliki hak masing-masing. Suami, yang Allah subhanahu wa taala wajibkan, seharusnya memperlakukan istrinya dengan baik dan mulia, menjadikannya sebagai teman hidup, bersama-sama menjalani kehidupan. Mereka dapat bertukar pikiran, dan terkadang masukan dari istri bisa menjadi saran yang baik bagi suami, hal yang mungkin tidak terpikir oleh suami itu sendiri.
Sangat baik mendengarkan masukan dari istri. Setelah mendengarkan, sebaiknya jangan tergesa-gesa mengambil keputusan. Katakanlah, “Biarkan saya pertimbangkan dulu,” daripada langsung mengatakan “iya” yang pada akhirnya bisa berubah menjadi “tidak”. Meskipun menyatakan “tidak” setelah awalnya mengatakan “iya” mungkin terdengar buruk, namun lebih baik daripada memberikan harapan terlebih dahulu dan kemudian menolak, yang dapat menyebabkan tekanan dan membuat mencari solusi menjadi sulit.
Di saat mendengarkan masukan dari istri, sebaiknya tidak langsung menerima atau menolak. Dengan bijak, perlu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu merenungkannya terlebih dahulu. Hal ini penting karena kondisi kita seringkali tidak stabil saat mendengar sesuatu, mungkin sedang lelah, letih, atau dalam keadaan penat dan stres karena pekerjaan.
Berbeda ketika kita mendengarkan masukan dalam keadaan stabil. Jadi, apabila terdapat kesalahan dari pihak Bapak sebagai seorang pemimpin yang wajib dihormati, Bapak sebaiknya mendekatkan diri pada Allah dan memperbaiki sikap. Dengan begitu, apabila Bapak berhasil memperbaiki sikap, istri akan secara alami memberikan penghormatan yang tulus, yang tidak bisa dibuat-buat.
Rasa hormat sejatinya timbul dari kesadaran dan tulus hati kita. Meskipun kita diberi berbagai anugerah, belum tentu kita akan menghormati orang yang memberikan berkat tersebut. Namun, ketika kita bertemu dengan seseorang yang memperlakukan kita dengan baik dan mulia, serta konsisten antara perkataan dan perbuatan, maka kita pun cenderung memberikan perhatian dan penghargaan.
Penting untuk diingat bahwa kebijaksanaan seseorang bisa saja hilang jika perbuatannya tidak sejalan dengan kata-katanya. Oleh karena itu, sikap bijaksana seseorang seharusnya tercermin dalam tindakan nyata, agar rasa hormat tetap terjaga di hati orang lain.
Sebagai seorang suami, menempatkan diri dalam posisi yang baik dan mulia dapat mempengaruhi bagaimana istri merespon. Seorang wanita Muslim yang baik seharusnya memberikan hormat dan ketaatan kepada suaminya, terutama jika suaminya telah menjalankan tugasnya sebagai suami dengan baik. Meskipun dia rajin beribadah, seperti salat, bangun malam, dan menghadiri pengajian, tetapi jika sikapnya penuh kesombongan dan kebanggaan, tanpa menghormati suaminya, hal tersebut akan merusak esensi ibadahnya.
Oleh karena itu, memberikan nasihat dan arahan kepada istri untuk tetap menjaga rasa hormat dan kesederhanaan, serta menghubungkan ibadah dengan akhlak yang baik, merupakan langkah penting agar hubungan suami istri tetap harmonis dan sesuai dengan ajaran agama.
“Saya tidak mengetahui bagaimana sikap Bapak di hadapan Ibu atau latar belakang sikap Ibu terhadap Bapak. Saya hanya dapat memberikan masukan bahwa jika terdapat kesalahan pada Bapak, istri mungkin tidak akan dapat menghormati, meskipun Bapak menyatakan tidak memberikan segala-galanya. Namun, jika Bapak benar-benar mentaati perintah Allah dan bersikap konsisten antara perbuatan dan ucapan, insyaallah istri Bapak, sebagai seorang mukminah yang baik, akan hormat dan tunduk kepada suami. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang yang menghormati Allah akan dihormati oleh segala sesuatu, bahkan oleh teman atau lawan. Namun, jika terdapat kesalahan dari pihak istri, disarankan agar Bapak meminta seseorang untuk memberikan nasihat kepada istrinya agar dia menyadari bahwa salat dan puasanya tidak akan menyelamatkannya jika tidak taat dan patuh terhadap suami.”
“Allah menjadikan pria dan wanita saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain. Pria tidak akan lengkap tanpa istri, begitu juga sebaliknya. Kita lahir dari ibu, dan jika kita tidak menghormati wanita, sama halnya kita tidak menghormati ibu kita. Sebaliknya, jika wanita tidak menghormati suaminya, hal itu setara dengan tidak menghormati orang tuanya.
Suami memiliki kewajiban untuk memperlakukan istrinya dengan baik, membimbingnya dengan bijaksana, dan istri wajib menghormatinya. Baik suami maupun istri memiliki hak-haknya sendiri untuk menerima perlakuan yang baik dan mulia. Jika setiap orang menjalankan tugasnya dengan baik, rumah tangga akan dipenuhi dengan kecintaan, kehangatan, dan keharmonisan.
Oleh karena itu, seorang psikolog dari salah satu negara Arab pernah berkata, ‘Yang dibutuhkan oleh kita dan anak-anak kita bukanlah hiburan euforia atau harta benda yang melimpah, melainkan kehadiran kita. Kehadiran orang tua di hadapan anak-anaknya tidak dapat digantikan dengan uang, materi, atau berbagai macam hiburan. Anak akan kehilangan arah dan idola.’ Begitu juga dalam kehidupan suami istri, memberikan kesenangan berupa mobil mewah atau kartu kredit tidak cukup. Ke mana pun istri pergi, tanpa kehadiran suami, istri tidak akan dapat hidup dengan baik. Sebagai istri yang baik, melayani dan menghormati suami merupakan kunci agar kehangatan berubah menjadi kecintaan, bukan kegersangan, dan cinta akan tetap bersinar.”
Seperti yang Bapak sebutkan sebelumnya, ia berharap jika istrinya meninggal lebih dulu, ia tidak akan merasa ridha atau akan menceraikan istrinya. Sebaiknya, tempuhlah jalan yang Allah tunjukkan dengan mencari seseorang yang dapat memberikan nasihat atau ajaklah istri Bapak untuk mendatangi seseorang yang bijak, sehingga keduanya dapat mendengarkan nasihat bersama. Bapak tidak hanya seharusnya melihat situasi ini dari perspektif Bapak, tetapi juga perlu melihat dari sudut pandang istri Bapak. Semoga Allah memberikan solusi terbaik dan kesabaran.
Dalam kehidupan dunia, mari kita menahan marah dan jengkel, bersabar, dan insyaAllah hasilnya akan lebih indah. Daripada melampiaskan amarah yang pada akhirnya bisa seperti api yang semakin menyala dengan tambahan bahan bakar, sebaiknya kita menjauhi sifat-sifat tersebut yang dapat mencelakakan kita.
Semoga Bapak dijadikan suami yang bijaksana yang mampu membimbing istri Bapak dalam keridhaan Allah SWT serta menghormati Bapak sebagai kepala rumah tangga.