Tajuk Rasil
Selasa, 21 Jumadil Awwal 1445 H/ 5 Desember 2023
Bagi Indonesia selain kasus PT Freeport dan Timor Leste, nama Henry Kissinger yang membuat heboh adalah ketika Presiden Abdurrahman Wahid mengangkat Henry Kissinger sebagai penasihat pemerintahannya. Mengutip artikel Republika.co.id, pada Februari 2000 dalam kunjungannya ke Indonesia, Kissinger telah menerima permintaan Presiden Gus Dur tersebut. Menurut Kissinger, ia diangkat sebagai penasihat untuk bidang hubungan internasional.
Pengangkatan Kissinger tersebut berbarengan dengan merebaknya isu normalisasi hubungan Indonesia dan Israel yang didukung Gus Dur. Hubungan dekat antara Gus Dur dengan Israel dan tokoh-tokoh Yahudi bukan hal yang asing saat itu. Selain sudah berkali-kali ke Israel, ia juga merupakan seorang pendiri Shimon Peres Foundation, bersama Shimon Peres -seorang tokoh Partai Buruh penerus Yitzhak Rabin-.
Sebagai seorang Yahudi, Kissinger punya kelindan erat dengan kebijakan Israel. Harian New York Times pada 5 Maret 1988, menyiarkan berita tentang nasihat Kissinger kepada sekelompok tokoh Yahudi Amerika untuk memadamkan gerakan intifadhah (perlawanan) pemuda Palestina melawan Israel. Harian itu melaporkan, bahwa dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh Yahudi di bulan Februari 1988, Kissinger memberi nasihat kepada Israel, agar menumpas intifadhah secepat mungkin, secara besar-besaran, dan brutal. “Pemberontakan itu harus dipadamkan cepat-cepat, dan langkah pertama yang diambil hendaklah memberangus televisi, ala Afrika Selatan. Tentu saja, akan timbul kecaman internasional atas langkah tersebut, tapi hal itu akan segera berlalu,” demikian nasihat Kissinger.
Nasihat Kissinger itu kelihatannya sangat didengar dan kemudian diaplikasikan oleh Pemerintah Israel, yang ketika itu dikendalikan oleh Yitzhak Shamir (perdana menteri) dan Yitzhak Rabin (menhan). Sebagai Menhan, Rabin mengeluarkan kebijakan “patah tangan” terhadap pemuda Palestina. Segala cara dan kekejaman digunakan Rabin untuk mematahkan perlawanan pemuda Palestina.
Zionis Israel dilaporkan membunuh, melukai, memotong anggota badan, menyiksa, memenjarakan, atau mengusir puluhan ribu orang Palestina. Pada 1991, Pusat Informasi Hak-hak Asasi Manusia Palestina di Yerusalem dan Chicago melaporkan data-data sebagai berikut: 994 orang dibunuh, 119.300 terluka, 66 dideportasi, dan 120.000 lebih pencabutan pohon-pohon. Laporan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat juga melaporkan sekitar 930 orang Palestina dibunuh dalam waktu empat tahun pergolakan intifadhah.
Kebiadaban Israel itu dilaporkan oleh Angle William, pejabat Agen Pertolongan dan Pekerjaan PBB di Jalur Gaza, sebagai berikut, ”Kami sangat terkejut melihat bukti kebrutalan pemukulan rakyat. Kami terutama kaget melihat dilakukannya pemukulan-pemukulan terhadap para pria tua dan wanita. Dana Penyelamatan Anak dari Swedia juga melaporkan adanya kekerasan dan kekejaman, tak pilih-pilih, dan berulang-ulang terhadap anak-anak Palestina. Dilaporkan, bahwa 159 anak-anak telah terbunuh pada tahun pertama, dengan cara-rata usia mereka 10 tahun. Juga dilaporkan sekitar 48.000 orang yang terluka karena tembakan, 40 persen di antara mereka anak-anak berusia 10 tahun atau dibawah 10 tahun.
Rabin juga memerintahkan pencarian dari rumah ke rumah untuk menangkap dan menculik siapa saja yang dapat dijadikan contoh. Pada tanggal 27 Desember 1987 lebih dari 2.500 orang Palestina ditangkap, kebanyakan mereka baru berumur 12 tahun. Di akhir Januari 1988, sudah 4.000 orang ditangkap oleh Israel. Tentara Israel juga diperintahkan oleh Rabin untuk menangkapi orang-orang yang dirawat di rumah sakit.
Wartawan New York Times John Kifner melaporkan adanya penyiksaan-penyiksaan sadis yang dilakukan tentara Israel, termasuk dengan cara meremukkan tangan-tangan pemuda Palestina. Shamir dan Rabin mengatakan, bahwa tujuan penyiksaan-penyiksaan itu adalah untuk menanamkan rasa takut pada orang-orang Palestina terhadap pasukan Israel. Gas beracun yang mematikan juga digunakan oleh Israel.
Begitulah kekejaman-kekejaman yang dilakukan oleh Israel di bawah PM Shamir dan Menhan Yitzhak Rabin. Akan tetapi, ironisnya, Yitzhak Rabin kemudian diberi hadiah penerima Nobel Perdamaian tahun 1993. Penasihat ‘penumpasan intifadhah’ Henry Kissinger juga telah menerima penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1975. Pada akhirnya, upaya normalisasi hubungan Indonesia dan Israel yang didorong Gus Dur dan Kissinger padam seturut lengsernya Gus Dur dari kursi kepresidenan. Namun, jejak kelam dan berdarah-darah terlanjur ditinggalkan sang peraih nobel perdamaian Henry Kissinger yang pada pekan lalu meninggal di usia 100 tahun.
Wallāhu ‘Alam bis-shawāb