Imam Syamsi Ali: Anies Baswedan dan Tantangan Kepemimpinan di Jakarta

Cibubur, Rasilnews – Imam Syamsi Ali, Lc., M.A., Ph.D., yang merupakan imam di Islamic Center of New York dan direktur Jamaica Muslim Center, menyampaikan pandangannya mengenai situasi politik terkini di Indonesia, khususnya terkait masa depan Anies Baswedan sebagai pemimpin yang berpengaruh di Jakarta. Dalam sebuah Dialog Topik Berita di Radio Silaturahim, Kamis (29/08/24), Imam Syamsi Ali mengungkapkan keprihatinannya terhadap dinamika politik yang ada, serta memberikan nasihat bagi masyarakat dan pemuda untuk terus berikhtiar dalam memperjuangkan kebaikan bagi bangsa dan negara.

Imam Syamsi Ali mengawali pembicaraan mengenai peran doa dan ikhtiar dalam menghadapi berbagai tantangan. Menurutnya, reformasi yang telah dilakukan di Indonesia membawa harapan besar bagi masyarakat. Namun, harapan itu belum sepenuhnya terealisasi, dan banyak masyarakat yang merasa situasinya tetap sama seperti sebelumnya. “Kita telah melangsungkan reformasi dan berbagai cerita dengan harapan yang luar biasa. Tapi apa, masyarakat ini sekarang melihat ini sih sama,” ungkap Imam Syamsi Ali.

Beliau menekankan pentingnya untuk tidak hanya menerima takdir begitu saja, tetapi juga berusaha dengan doa dan tindakan nyata, sebagaimana Rasulullah berdoa untuk Umar bin Khattab agar membawa perubahan pada zamannya. “Saya kira kita harus melalui semua tanda-tanda itu. Saat ini kita tidak boleh berhenti, selama masih ada jalannya, tapi pada saat yang sama juga doa harus kita berbuat. Karena kita yakin dengan doa. Kita yakin dengan kekuatan Allah. Kita yakin dengan keputusan datang dari Allah. Tapi, selama masih ada pintu ikhtiar, memungkinkan maka harus terus-menerus diikhtiarkan,” ujar Imam Syamsi Ali dengan tegas kepada bang Ichsan.

Dalam konteks ini, Imam Syamsi Ali juga menyinggung contoh kepemimpinan Anies Baswedan di Jakarta. Menurutnya, Anies telah menunjukkan ikhtiar yang maksimal dalam memimpin ibu kota, dan dukungan masyarakat terhadapnya masih sangat kuat meskipun tidak memiliki dukungan partai politik yang signifikan. “Saya kira misalnya contoh-contoh yang dilakukan oleh Anies Baswedan di Jakarta ini juga adalah kebahagiaan dari cara-cara Islam. Karena ikhtiar-ikhtiar dilakukan secara maksimal. Sampai hari ini pun saya dengar masih ada pembicaraan-pembicaraan apakah itu rumor bahwa PKB masih akan mendukung, misalnya. Kita tidak tahu. Tapi yang pasti adalah dalam survei terakhir, polling terakhir itu, yang memilih Kang Emil itu hanya 12%, yang memilih Pramono dan siapa di situ itu hanya 7%, dan yang selebihnya hanya 6%. Jadi, mayoritas rakyat Jakarta itu masih menghendaki Anies untuk maju semuanya.” tandasnya.

Namun, beliau juga menyadari adanya dilema dalam proses politik yang seringkali ditentukan oleh kepentingan elit partai, bukan berdasarkan potensi terbaik untuk masyarakat. “Nah, tapi di sinilah dilemanya ini. Karena semua ditentukan oleh bos-bos partai yang di mana bos-bos partai ini punya kepentingan. Misalnya kepentingannya adalah akan mendapatkan kursi apa di pemerintahan, kemudian nanti pada tahun 2029 akan bagaimana. Ini sudah kepentingan yang dibicarakan. Tidak melihat kepada potensi dan kemungkinan-kemungkinan yang baik bagi Jakarta dan Indonesia,” jelasnya.

Imam Syamsi Ali juga mengingatkan agar tidak terlalu bergantung pada figur tertentu, seperti yang terjadi pada masa Umar bin Khattab yang tiba-tiba menghentikan Khalid bin Walid sebagai panglima Islam setelah berbagai kesuksesan militer yang diraihnya. Menurutnya, ada hikmah yang harus dipahami ketika seorang pemimpin yang memiliki banyak dukungan akhirnya tidak lagi memegang posisi penting. “Jangan-jangan juga Anies ini karena demikian banyaknya pujian selama ini, banyaknya dukungan selama ini. Bahkan tidak punya partai tapi punya dukungan yang real di masyarakat. Ini Allah ingin mengatakan bahwa Anies jangan sampai kemudian memposisikan diri bahwa dia yang mampu. Ini mungkin beliau juga dibela oleh Allah,” tutur Imam Syamsi Ali.

Meskipun demikian, beliau menekankan pentingnya untuk tetap mendukung institusi seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang telah banyak berkontribusi bagi umat. “Bagaimanapun juga, PKS adalah aset umat dan PKS sudah banyak melakukan kebaikan. Kalaupun misalnya sekarang ini ada hal yang kita anggap salah, maka ya sudahlah itu kesalahan. Tapi kalau dibandingkan dengan kebaikan-kebaikannya, saya kira masih banyak kebaikannya. Harus kita akui, dan karenanya jangan sampai kemudian institusi ini kita tinggalkan,” ujarnya.

Imam Syamsi Ali juga mengajak masyarakat, terutama para pemuda, untuk terus berikhtiar dan tidak berhenti dalam memperjuangkan kebaikan, sambil selalu berprasangka baik terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpin. “Saya ingin kepada teman-teman untuk selalu melihat dengan pandangan-pandangan yang komprehensif, yang rasional, yang imbang, dan yang kedua selalu berhusnuzan. Jadi jangan dulu kemudian mengedepankan suuzan. Pasti ada pertimbangan-pertimbangan,” kata beliau.

Di akhir wawancara, Imam Syamsi Ali memberikan dorongan kepada para mahasiswa untuk terus bergerak dan melakukan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai keadilan dan kebenaran. Beliau mengingatkan bahwa perjuangan ini merupakan bagian dari upaya demokrasi yang harus dilakukan oleh masyarakat, khususnya oleh kaum muda. “Jadi, harus terus-menerus melakukan koreksi. Dan yang bisa melakukan koreksi itu adalah masyarakat sendiri, dan khususnya mereka yang anak muda, khususnya yang mahasiswa ini, harus terus-menerus mengawalinya.”

Imam Syamsi Ali menyampaikan harapannya agar upaya-upaya yang dilakukan untuk memperjuangkan kebaikan di Indonesia dapat terus berlanjut dan membawa perubahan positif bagi bangsa dan negara. “Saya kira kita kedepankan husnuzan. Ya, kita memang menyayangkan bahwa pada akhirnya PKS kemudian berpisah dari Anies di Jakarta. Tapi mungkin, ya, kalau sudah terjadi, ya, sesuatu yang sudah real di hadapan mata, itu namanya takdir. Makanya kita terima, insyaAllah. Dan Anies tidak akan pernah berhenti untuk melakukan yang baik bagi bangsa dan negara,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *