Elon Musk Beli Twitter, Pengamat: Untuk Dikuasai
Cibubur, Rasilnews – Pengamat Ekonomi Politik, Ichsanuddin Noorsy menyoroti CEO Tesla, Elon Musk yang resmi membeli Twitter dengan harga 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 634 triliun, Selasa (26/4). Ia menyebut, pembelian platform media sosial oleh Elon Musk ini tidak lain bertujuan untuk menguasai dan mengendalikan platform tersebut.
Hal itu ia sampaikan dalam wawancara Topik Berita Radio Silaturahim 720 AM pada Selasa (26/4) pagi.
Sebelumnya, Musk menyebutkan Twitter adalah alun-alun kota digital, tempat kebebasan berpendapat. Musk menjanjikan platform media sosial berpengikut lebih dari 200 juta orang ini memenuhi potensinya sebagai wadah kebebasan berbicara. Pelonggaran aturan menjadi bagian dari rencananya.
“Kebebasan berbicara adalah landasan bagi demokrasi yang berfungsi, dan Twitter adalah alun-alun kota digital, tempat hal-hal penting bagi masa depan kemanusiaan diperdebatkan,” ujar dia, Senin (25/4), dilansir dari Assosiated Press (AP).
Twitter yang dikatakan sebagai alun-alun jagat maya oleh Musk ini, menurut Noorsy bukan untuk memberikan kebebasan berbicara, melainkan untuk mengendalikan dan menguasai platform tersebut.
“Motifnya memang dalam rangka mengendalikan alun-alun. Ini kan ibarat properti lapangan, jadi ada suatu lapangan yang bisa menampung miliaran manusia, lalu kemudian alun alun itu dikuasai jadi milik dia. Kalau dibilang dalam rangka kebebasan berpendapat, dia mesti melihat kasus Donald Trump dong,” kata Noorsy.
Diketahui, Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sudah lama diblokir permanen oleh Twitter karena dianggap sebagai provokator di kerusuhan Capitol Hill pada 6 Januari 2021 lalu. Kemudian, Trump memutuskan untuk membuat platform media sosial sendiri bernama Truth Social sebagai pesaing Twitter.
“Jadi artinya kebebasan berserikat itu tergantung owner-nya. Owner punya kepentingan apa, nggak ada itu namanya kebebasan berpendapat,” tegas Noorsy.
Ia melanjutkan, Twitter saat ini ibarat alun-alun raksasa dalam dunia maya. Maka ketika itu dikuasi oleh Elon Musk, sangat jelas tujuannya ialah mengendalikan pengguna media sosial itu yang kemudian berhubungan dengan pengendalian keuangan digital.
“Ketika kita tahu ini (Twitter) adalah satu lapangan besar, alun alun raksasa dalam dunia maya maka tujuannya memang dalam rangka mengendalikan alun alun itu. Jelas sekali. Tujuannya tetap crypto economic, Cryptocurrency,” ujar Noorsy.
“Sesungguhnya ini adalah suatu kekuasaan yang terakumulasi untuk melakukan suatu akumulasi perang,” sambungnya.