Diskusi Buku “A Dairy of Genocide,” Anies Baswedan Puji Kekuatan Palestina

Anies Baswedan menjadi panelis dalam diskusi buku "A Diary of Genocide" di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Rabu (23/10/2024). [Foto: Rasilnews/Arina]


Jakarta, Rasilnews – Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, Anies Baswedan memuji kekuatan bangsa Palestina yang tertuang dalam buku “A Dairy of Genocide” karya Menteri Kebudayaan dan Kesenian Otoritas Palestina, Atef Abu Saif.


Pujian itu disampaikan Anies ketika menjadi panelis dalam acara diskusi tentang buku tersebut di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Rabu (23/10) malam.


“Mr. Atef menggambarkan lewat buku ini bahwa Palestina adalah negara terkuat yang ada di bumi saat ini. Saya selalu kagum dengan kekuatan para ibu di Palestina, karena di balik kekuatan Palestina ada kehebatan para ibu yang melahirkan para pejuang seperti Atef,” kata Anies.


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI 2014-2016 itu mengatakan, buku “A Diary of Genocide” menggambarkan penderitaan sekaligus kekuatan bangsa Palestina.


“Tadi Mr. Atef bilang, dia bahkan tidak mengenali jalan-jalan di wilayah Gaza ketika ia melihat foto-foto kehancurannya. Saya membayangkan kerusakan mental Atef seperti apa, kerusakan pikirannya seperti apa, kerusakan yang tidak bisa difoto seperti apa. Itu damage-nya panjang karena apa yang terjadi (genosida di Gaza) bukan hanya merusak infrastruktur keras tapi juga merusak sosiologi dan psikologi masyarakat,” ujar Anies.


Buku tersebut, menurut Anies, bisa menjadi bahan untuk rekonstruksi Gaza pascaagresi Zionis Israel.


“Jadi setelah periode ini, semoga segera berakhir dan menuju kepada kemerdekaan Palestina, recovery dibutuhkan. Buku ini bisa menjadi bahan rekonstruksi atas apa yang sudah terjadi. Jika kita bisa mengetahui secara detail, kita bukan hanya merasakan tapi bisa merekonstruksi,” ucapnya.


Selain itu, Anies juga memberi catatan agar buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia itu dapat kembali diterjemahkan dengan gaya sastra sehingga bisa lebih menyentuh.


“Memang benar sudah diterjemahkan, namun ada nuansa yang tidak muncul. Ini masih menggunakan bahasa terjemahan. Saran untuk penerjemah, di terjemahannya ditambahkan nuansa novel agar bisa mengembangkan imajinasi kita,” saran Anies.


Sementara itu, penulis buku “A Diary of Genocide” Atef Abu Saif menyampaikan, menulis merupakan keahliannya yang dimanfaatkan perjuangan Palestina.


“Saya tetap menulis meski di tengah kejadian ini (genosida yang terjadi), saya memanfaatkan kelebihan saya agar apa yang terjadi bisa tersampaikan ke luar. Pesan ini bisa saya sampaikan,” tuturnya.


Buku “A Diary of Genocide” diterbitkan oleh Noura Publishing (Mizan Group). Acara diskusi buku itu pun diselenggarakan oleh penerbit tersebut bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta sebagai bagian dari rangkaian acara Road to Jakarta
International Literary Festival (JILF) 2024, bertajuk “Words, Actions, and Resistance”.


Diskusi buku itu menghadirkan penulis sekaligus Menteri Kebudayaan dan Kesenian Otoritas Palestina, Atef Abu Saif; penulis, sutradara, dan Head of Content Wahana Kreator, Gina S. Noer; serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2016 dan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Rasyid Baswedan.***

By Admin

Mungkin Anda Juga Suka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *