Banten, Rasilnews – Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh tantangan, tiga relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) akhirnya tiba kembali di tanah air, Indonesia. Mereka adalah Ita Muswita (Ketua Tim/Bidan & Perawat Bedah), Asrina Sari (Perawat), dan Nadia Rosi (Perawat), yang telah mengabdi di Gaza selama lebih dari dua bulan, memberikan bantuan medis kepada warga yang terdampak konflik berkepanjangan.
Setelah tertahan di Rafah, kota di selatan Gaza, karena situasi keamanan yang tidak menentu, para relawan akhirnya berhasil kembali. Mereka harus melewati berbagai rintangan sebelum tiba di Indonesia. Uni Ita, panggilan akrab Ita Muswita, menceritakan kisah penuh haru dan keteguhan hatinya kepada Radio Silaturahim.
“Kami masuk ke Gaza melalui perbatasan Rafah dan bertugas di sana selama 2,5 bulan. Setiap hari di sana adalah perjuangan. Kami keluar lewat Kerem Shalom dan kemudian tinggal di Yordania, menunggu tim ke-4 masuk ke Gaza, baru kemudian kami kembali ke tanah air,” ungkap Uni Ita dengan suara yang bergetar, mengenang masa-masa sulit tersebut.
Selama bertugas, mereka menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan peralatan medis hingga ancaman keselamatan. Namun, semangat untuk membantu sesama tidak pernah padam.
“Alhamdulillah, saya diberi kesempatan oleh MER-C untuk ikut misi ini. Dari sekian banyak misi yang saya ikuti, misi ke Gaza lah yang paling banyak menguras air mata. Kondisi di Gaza sangat memprihatinkan, tidak ada tempat yang benar-benar aman. Namun, insya Allah, jika diberi kesempatan lagi, saya dan teman-teman siap untuk kembali demi misi kemanusiaan,” tambahnya dengan penuh semangat.
Uni Ita juga mengungkapkan pelajaran berharga yang didapatnya dari Gaza. “Dari Gaza, saya belajar arti sebenarnya dari ‘InsyaAllah’. Di sana, InsyaAllah bukan sekadar janji, tapi sebuah pengingat bahwa ‘hari ini kita hidup, mungkin besok kita belum tentu…’. “Setiap hari adalah anugerah yang harus disyukuri,” katanya sambil menahan air mata.
Kepulangan mereka disambut dengan tangis haru oleh tim MER-C lainnya yang telah menunggu. Banyak dari mereka yang menitikkan air mata, tidak hanya karena bahagia melihat rekan-rekan mereka kembali dengan selamat, tetapi juga karena rasa bangga dan hormat atas keberanian dan dedikasi yang ditunjukkan. “Kami sangat bangga dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka adalah pahlawan sejati,” ujar salah satu anggota tim MER-C yang menyambut.
Suasana penyambutan di bandara dipenuhi dengan keharuan. Wajah-wajah yang lelah namun penuh semangat itu, menjadi saksi bisu dari kisah pengorbanan dan keberanian yang tak ternilai harganya. Mereka bukan hanya membawa kembali cerita tentang penderitaan dan perjuangan, tetapi juga harapan dan inspirasi. Kisah mereka adalah pengingat bahwa kemanusiaan masih hidup, bahkan di tengah Genosida yang berlangsung.
Relawan MER-C telah menunjukkan kepada dunia bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas. Mereka telah menanamkan semangat kemanusiaan yang tak tergoyahkan, sebuah teladan yang patut ditiru oleh kita semua. Semoga langkah mereka menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus berjuang demi kemanusiaan dan keadilan.