Cibubur, Rasilnews – Dalam Dialog Topik Berita Radio Silaturahim, Ichsanuddin Nursy mengungkapkan analisis terkait dinamika konflik Suriah yang melibatkan berbagai kekuatan global, termasuk Amerika Serikat, Israel, dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan Timur Tengah.
Ichsanuddin menyoroti bahwa kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden AS tidak hanya membawa perubahan kebijakan domestik, tetapi juga sikap tegas terhadap berbagai isu internasional. “Donald Trump, ketika dia memenangkan Pilpres dan akan menjadi Presiden Amerika, pasti tidak akan tinggal diam melihat sikap Israel terhadap Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dan tokohnya, Muhammad al-Ghulani,” ujarnya.
Menurut Ichsanuddin, dinamika tersebut tidak bisa dilepaskan dari kekhawatiran besar terkait stabilitas kawasan. “Ini bukan hanya soal Suriah atau Hamas yang bertahan, tetapi juga fakta bahwa beberapa negara di Jazirah Arab secara diam-diam bergabung dengan BRICS. Langkah ini jelas akan mengubah peta geopolitik kawasan yang selama ini dikendalikan oleh Barat,” jelasnya.
Ichsanuddin juga menekankan bahwa perang modern tidak lagi semata-mata mengandalkan kekuatan militer konvensional. “Bahwa perang sekarang sudah masuk ke fase total war. Artinya, tidak hanya melibatkan militer, tetapi juga masyarakat sipil, teknologi, dan sumber daya,” katanya. Ia memberikan contoh bagaimana Hamas memanfaatkan teknologi untuk mendukung perlawanan, mencerminkan perubahan mendasar dalam strategi perang.
Ketika berbicara tentang perang hibrida (hybrid war) dan perang total, Ichsanuddin mengingatkan bahwa bangsa yang gagal memahami pergeseran ini akan menjadi korban dari dominasi negara-negara besar. “Setiap negara yang tidak memahami pergeseran dari perang hibrida ke perang total pasti akan masuk dalam kecamuk konflik yang tidak menyejahterakan rakyatnya,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bagaimana kebijakan Trump yang memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem menunjukkan dukungan penuh kepada Israel. “Trump menyatakan dengan tegas kepada Benjamin Netanyahu bahwa Israel adalah pusat spiritual dunia. Ini bagian dari agenda besar Amerika yang tidak pernah lepas dari konsep New World Order,” ujar Ichsanuddin.
Menurutnya, Suriah adalah salah satu arena utama dalam strategi geopolitik Amerika Serikat, seperti halnya kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara yang dipengaruhi oleh Cina. “Konflik yang berkecamuk saat ini tidak hanya soal agama, tetapi juga perebutan sumber daya, teknologi, dan energi,” tambahnya.
Ichsanuddin menyimpulkan bahwa perang di era modern telah menjadi kompleks dan melibatkan berbagai dimensi, mulai dari militer hingga sosial ekonomi. “Inilah yang disebut dengan hybrid total war. Perubahan ini harus dipahami oleh semua negara agar tidak menjadi objek dominasi kekuatan global,” pungkasnya.