Jakarta, Rasilnews – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan, sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami zona merah atau potensi kebakaran hutan dan lahana (Karhutla) sangat mudah.
Menurut laporan akun resmi BMKG, Senin (7/8) wilayah-wilayah zona merah adalah sebagian besar wilayah di Jawa, Bali, sampai Nusa Tenggara, lalu sebagian wilayah Riau, Jambi, Sumatra Selatan, dan Jambi, sebagian Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan dan Tenggara, dan sebagian wilayah Papua berwarna merah, demikian keterangan yang diterima MINA.
Dalam akun resmi BMKG, sistem Peringatan Kebakaran Hutan dan Lahan (SPARTAN) BMKG menunjukkan, fine fuel moisture code (FFMC) di berbagai wilayah RI masuk kategori merah. FFMC menunjukkan tingkat potensi kemudahan terjadinya kebakaran ditinjau dari parameter cuaca pada bahan-bahan ringan mudah terbakar di lapisan atas permukaan tanah. Memproyeksikan tingkat kekeringan bahan-bahan ringan mudah terbakar, seperti humus permukaan, sampah dedaunan kering, alang-alang, dan bahan ringan lain, yang biasanya menutupi lantai hutan pada kedalaman 1-2 cm.
“Artinya, alang-alang dan dedaunan yang biasanya menutupi lantai hutan dalam kondisi sangat kering dan sangat mudah terbakar,” tulis akun remi BMKG, seperti dikutip dari MINA.
Sementara, drought code (DC) untuk Selasa (8/8) menunjukkan, hampir seluruh wilayah Jawa sampai Bali hingga Nusa Tenggara dalam zona merah.
Drought code menunjukkan kondisi lapisan permukaan tanah bagian bawah di wilayah-wilayah tersebut sangat kering. Bahkan, mencapai kondisi ekstrem, sehingga larangan melakukan pembakaran lahan harus digalakkan.
“Berdasarkan catatan historis, kondisi kabut asap sangat parah di Indonesia terjadi dalam rentang nilai ini,” tulis BMKG.
Seperti diketahui, BMKG sebelumnya merilis, hasil monitoring hingga pertengahan Juli 2023 menunjukkan, 63% dari zona musim telah memasuki musim kemarau.
Sementara itu, Indonesia saat ini mengalami fenomena El Nino, yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada Agustus-September 2023. Yang akan mengakibatkan kekeringan dan cuaca panas di musim kemarau tahun ini lebih ekstrem. Sejumlah wilayah di Indonesia bahkan diprediksi bakal mengalami hari tanpa hujan yang panjang.
Di saat bersamaan, Indonesia juga terkena dampak fenomena iklim lainnya, yaitu Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Yaitu, fenomena penyimpangan suhu muka laut di Samudra Hindia yang menyebabkan berubahnya pergerakan atmosfer atau pergerakan masa udara. Di mana, saat IOD positif, suhu muka laut di Samudra Hindia bagian barat menghangat, sedangkan di bagian timur mendingin.