Berhijab Karena Ghirah

Oleh : Yonita Abbas. SH.SpNot.MkN

Selain 63 Tahun Hari Pramuka…Salam Pramuka 🙏🙂
Hari ini juga hari 39 Tahun aku berhijab…

Salam Hijabers 🙏😇🙂

Lahir dari bunda yg guru bahasa Inggris di SMA dan ayah yang jaksa TNI (oditur militer) tak membuat aku ragu hijrah menutup aurat berkerudung (jilbab/hijab) lebih dari 35 tahun yg lalu…

Utamanya pasca berinteraksi dan mengikuti pengajian dan kajian fakultas dan kuliah Jum’at khusus putri di mesjid UI ARH (Arief Rahman Hakim), Salemba.

Padahal, ayah yang militer dan konon ada di dunia yang katanya sekuler, malah yg paling suportif. Bisa jadi karena beliau melihat aku jadi suka nongkrong di mesjid Al Azhar JakSeL.
Walaupun dihujat dan di-bully oleh mereka yang belum memahami sampai dikira ikut aliran sesat.
Maklum mereka belum paham bahwa menutup aurat (berhijab) itu adalah perintah ALLaah dan hukumnya wajib, karena ada di Al Qur’an dan Hadist/Sunnah untuk penjelasan dan pendalaman.

Tiga puluh tahun kemudian, mereka yg menghujat dan mem-bully aku malah sekarang banyak yang sudah berhijab rapi.
Mereka lebih syar’i dari aku yg masih segini, mereka yang muslimah lah pastinya.

Awal Hijrah Berhijab Karena Ghirah

Hari ini 39 Tahun yang lalu

Tugas manusia itu hidup di dunia kan jadi khalifatuLLah, khalifah nya ALLah ada di Al Qur’an surat ke 2 Al Baqarah dan saat awal lahir dalam keadaan fitrah.
Orang tua nya lah yg membentuknya…

Secara sebagai manusia kan punya mau sendiri menjadi manusia yg terbaik (insan kamil) yaitu yg bermanfaat bagi sesama manusia (khairunnas anfa’uhum. linnas)

Untuk itulah manusia di beri hidayah dan akal yg kedua nya harus di jemput.
Akal itu ibarat nya WiFi
Yg harus di jemput, dg 2 alat yaitu Iman dan Taqwa.
Agar bisa berakhir husnul khotimah dan tetap dalam keadaan IsLam…

Karena agama yg paling benar di hadapan ALLah itu IsLam, ada di Al Qur’an surat ke 3 Ali Imran ayat ke 19

“Ngapain seeh masih muda pake jilbab ntar susah dapat pacar looo gak ada yg mau juga… Susah kalau mau kerja, apalagi belum jadi hajjah juga…”

Sampai ada jg yg nanya, “mbak NU atau Muhammadiyah?”
Wuiddih nyinyir bingit seeh, untung saat itu belum ada JIL ntar aku di bilang lagi tersesat seperti pembawa acara talkshow awalnya berdua Najwa Shihab di TV biru sebelum hijrah ke TV 7, yg bule Italia istri seorang pengamat politik Dr. Eep Saifullah Fatah, Sandrina Malakiano 😊

Ya kata2 seperti itulah yg kenyang aku telan selama proses 5 tahun pertama berhijab…

Awalnya saat sekolah di SMAN 6 Blok M aku kepo banget lihat ada temen cewek yg selalu pakai selendang tiap hari ke sekolah dan pesohor wanita alumnus SMA aku Ida Royani yg memakai kerudung dan di stigma ikut aliran sesat IsLam Jama’ah.

Keponya aku ini mulai terjawab saat aku sempat mampir di Tar Q pasca lulus SMA karena ikut keinginan ibunda yg pengen aku cepat dapat kerja skalian menanti pengumuman ujian masuk UI…SiPenMaRu saat itu.

Saat di Tar Q itu aku suka lihat para suster yg berkerudung dan terlihat anggun dan santun. Hanya 2 minggu aku di sana dan sempat ikut Penataran Pancasila P4 yg 45 jam dan terpilih jadi peserta terbaik…AlhamduLiLLah…
Karena aku di terima kuliah di FHUI masih di kampus UI Rawamangun
Saat kuliah aku bertemu lebih banyak lagi para hijabers terutama saat ikut pengajian kampus ba’da Dzhuhur di mesjid kampus dan kajian keputrian tiap Jum’at di masjid ARH Salemba

“Hidayah (petunjuk) ALLaah itu bisa datang dari mana aja tinggal kita mau menjemputnya atau tidak, satu dari banyak hidayah itu adalah panggilan berhijab” begitu kata seorang hijaber pelopor di UI yg saat itu sangat “megang” dan sering menjadi nara sumber pengajian, sekarang jadi kader partai Da’wah yaitu Dr. Dra. Sitaresmi Soekanto S. Psi

Bersamaan dengan itu aku mendapat buku Nilai Wanitanya KH Munawar Kholil dari seorang sahabat muslimah, dan lagi semangat2nya mengkaji ayat2 Qur’an yg akhirnya bertemu dg ayat ttg hijab, di surat ke 24 An Nuur ayat 31 dan surat ke 33 Al Ahzab ayat 59.

Dan tambah mantap pasca ngaji dan mengkaji mendalami berbagai hadits Nabi tentang menutup aurat berhijab di lembaga pemudat mesjid YISC Al Azhar th ’86 sampai th ’90an
Lebih punya Ghirah pasca baca buku2 nya Buya HAMKA lanjut buku Kuliah Tauhid” nya Dr. Imaduddin Abdurrahim “bang Imad” and last but not least buku IsLam Extrem Analisis dan Solusinya karya Dr. Yusuf Qardhawi.

O ya selain para suster yg menjadi inspirasi aku berjilbab adalah uni Beryl C. Syamwil saat melihat dan mendengar beliau sharing ttg Kartini di asrama mahasiswi UI Wisma Rini th ’85 serta seorang mojang Priangan yg berjilbab pasca terpilih sbg Putri Remaja Indonesia th ’80 yg menjadi ilham Syam Bimbo menggubah lagu “Aisyah Adinda Kita”,
Dialah teteh Anne Rufaedah rahimahaLLaah.
Mereka berdua adalah hijabers pelopor di ITB th 80an.
Dan hari ini 14 Agustus 39 th yang lalu aku putuskan dan luruskan niat untuk hijrah berhijab…
AlhamduLiLLaah dg semua ujian, hujatan dan stigma mulai dari ikut aliran sesat, isu hijabers nyebarin racun th 90an hingga teroris yg sampai bisa membuat beberapa senior hijabers UI melepas dulu jilbabnya karena gak kuat di teror dan di hujat

Setahun pasca berhijab aku ikut jadi peserta ISTI (Integrasi Studi Tentang IsLam) yg diadakan oleh FEUI. Waktu itu yg jadi MOT nya bang Adiwarman Karim dan seorang dari banyak mentor nya mbak Tissa sekarang seorang pengamat ekonomi terkini yg nama lengkapnya Ninasapti Triaswati SE MSc PhD
Yang jadi pembicara dan pemberi materi adalah para pakar di bidang nya…
Ada 2 orang pembicara yg berkesan dan gak bisa dilupakan…
Yaitu Prof. Sadali dari ITB abangnya arsitek masjid Salman ITB dan masjid At Tin, Ir. Ahmad Nu’man.
Prof. Sadali dengan puisinya yg selalu diulang2 saat berbicara
” bulan bersinar di atas kuburan “
Yg seorang lagi Prof. Dr. Emil Salim dengan panggilannya pada peserta ISTI ” bung” baik pada mahasiswa dan juga mahasiswi
Ternyata bung yg buat mahasiswi asalnya dari bunga

Mbak Tissa yg juga adik dari mbak Ovy sekarang wakil dekan FKUI yg nama lengkapnya Prof. Dr. dr. Dwiyana Ocviyanti SpOG
Mbak Tissa dan mbak Ovy adalah aktivis lembaga pemuda masjid Al Azhar, YISC Al Azhar

Untuk menambah ilmu dan belajar IsLam th ’86 aku memutuskan mendaftar jadi anggota YISC Al Azhar dan lanjut jadi pengurus nya di bidang P2M (Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat)

Bonus jadi pengurus YISC Al Azhar adalah menjadi moderator dari para nara sumber berilmu mumpuni seperti Prof. Dr. Baharuddin Lopa SH Jaksa Agung di era OrBa sampai moderator para cover boy saat YISC kerjasama dengan majalah remaja yg bikin lomba cover boy dan penyiar radio Prambors sampai para pesohor di bulan Ramadhan acara Opus ( Obrolan puasa) off air
Pasca acara Opus off air yg kerjasama dengan radio Prambors, aku mewakili YISC Al Azhar di wawancara oleh 2 penyiar Prambors yg hitz di acara nya th ’80an Morning Show yaitu mbak Ida Arimurti dan kang Krisna Purwana

Kang Krisna Purwana sekarang sudah hijrah ke AM 729 radio RaSiL yg acara Topik Berita paginya selalu aku share ke puluhan WA grup yg aku jadi adminnya dan sekitar ribuan orang sahabat yg ada di WA aku yg ingin melek Literasi Situasi Kondisi Republik ini dalam dan luar negeri.

Dan puncaknya saat aku jadi panitia Seminar Pemikiran Buya HAMKA di Sahid Jaya hotel disanalah pertama kali aku bertemu berbicara lebih dekat dengan Nurkholis Majid “cak Nur waktu mengantar beliau sholat ke musholla
Peristiwa ini terjadi th ’89

Th 90an pasca lulus dari FHUI dg semangat tetap berhijab aku diterima kerja jadi wartawanita di sebuah majalah Hukum dan karena aku berasal dari jurusan Hukum Internasional di beri kerjaan yg bidang Internasional yg banyak mewancarai orang2 yg pakar Hukum Internasional baik dosen, orang2 Deplu sampai Menlunya saat itu termasuk anggota DPR serta para lawyer2 senior.

Di th 90an itu ada 3 wartawanita yg berhijab; di Jakarta Post mb Santi Soekanto adik dari “guru jurnalistik” aku, Alm. Winahyo Soekanto yg sekantor dengan aku dan Ancis Siti Nurbaiti di majalah Tempo serta aku sendiri dari majalah Hukum Forum Keadilan

Malah pasca menikah karena harus mendampingi suami kuliah S3 ambil PhD ke Amerika, ada beberapa sahabat hijabers yg heran kok aku bisa lolos proses imigrasi tanpa harus menyingkap hijab lihatin telinga saat di foto buat paspor hehe ribet bingitz ya

Termasuk lancar jaya dapat visa di Kedubes AS gak seperti pengalaman beberapa kerabat dan sahabat yg dipersulit…
Waktu itu dunia sedang dilanda perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet dengan followers nya lanjut perang teluk berkecamuk

AlhamduLiLLaah
Akhirnya aku bisa berhijab ria ke mancanegara

Bahkan karena cuma aku yg berhijab generasi th 90an yg baru tiba di kota tempat kuliah my hubby di Amrik…
Aku diamanahkan jadi ketua pengajian buibu lintas negara
Dan my hubby yg jadi ketua ICMI nya

Th ’95 bisa mengadakan muzakarah (seminar) ICMI se Amerika yg jadi pembicara Dr. Anggito Abimanyu SE dan pak Alwi Shihab adik dari pak KH. Quraisy Shihab yg ayahnya talkshow host keren bikin melek literasi yg adik yunior aku kuliah, Najwa Shihab pastinya

Yg jadi keynote speaker nya Prof. Dr.Jimly Asshidiqie SH MH ketua ICMI saat itu di Republik ini yg juga alumni YISC Al Azhar angkatan 80an dan juga pak dosen aku S2 th 2005 saat beliau masih jadi ketua MK (Mahkamah Konstitusi)

Di tahun 2021 ini aku kembali ke masjid Al Azhar ke YISC Al Azhar jadi panitia pengarah (SC) di usianya yg ke 50 tahun ini sebagai Alumni YISC dan anggota IKA (Ikatan Alumni) YISC Al Azhar untuk terus menjalin silaturahmi sesama alumni dan generasi antar angkatan ke masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *