Ambon, Rasilnews – Dalam acara Temu Kebangsaan di Ambon, Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, mengungkapkan upaya untuk mempererat tali persatuan di Indonesia. Ia menyoroti kendala-kendala yang muncul akibat peraturan yang berbelit. . Anies memberikan contoh saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
Pada masa tersebut, Anies mencatat bahwa umat Islam dulu dilarang untuk melaksanakan takbiran di luar rumah menjelang hari raya. Kebijakan ini kemudian menimbulkan keluhan dari umat Islam karena takbiran dianggap sebagai tradisi yang sangat penting untuk menyambut Idul Fitri. Sebagai respon, Anies mengubah aturan tersebut sehingga umat Muslim di Jakarta diizinkan untuk melaksanakan takbiran dan keliling di ibukota.
“Dulu di Jakarta yang muslim tidak boleh takbiran di luar, dan bagi umat muslim tidak takbiran diluar itu seperti tidak lebaran. mau lebaran itu yah takbiran diluar, tapi yah dilarang akibatnya seperti kita tidak menyambut lebaran,” ujarnya saat Dialog Temu Kebangsaan ‘Silaturahmi Tokoh Lintas Agama, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Akademisi’ di Ambon, Senin (15/01/24).
Anies juga menggarisbawahi upaya pemerintah untuk memberikan kesempatan setara kepada seluruh pemeluk agama di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa tempat-tempat publik, seperti Jakarta, dibuka untuk merayakan hari besar agama, termasuk Natal dengan acara Christmas Carol bagi umat Nasrani, “sejak indonesia merdeka tidak pernah wilayah publik menjadi wilayah untuk menyambut hari besarnya yaitu natal, dan kemudian tempat tempat publik dibuka untuk umat nasrani menyambut natal dengan acara Chritmas Carol. dan ternyata saya baru sadar disuai Republik ini baru ada acara Chritmas Carol, karena selam ini tidak pernah ada,” ujarnya.
Selain itu, Anies menekankan pentingnya kesetaraan dalam pemberian izin tempat ibadah untuk semua agama, memberikan contoh kasus umat Hindu Tamil yang selama 70 tahun tidak mendapatkan izin untuk memiliki tempat ibadah (temple kuil) hingga tahun 2020.
“Begitu juga dengan tempat beribadah. semua agama mendapat kesempatan kesetaraan. sepanjang Republik ini exis umat hindu tamil tidak punya tempat ibadah (Kuil Temple), karena izinnya tidak pernah keluar,” tandasnya.
Anies Baswedan juga menyoroti kebutuhan umat Hindu akan tempat kremasi, yang sebelumnya hanya tersedia di tempat swasta dengan harga mahal. Melalui upaya pemerintah, mereka kini memiliki fasilitas rumah kremasi yang disediakan oleh negara, memungkinkan proses kremasi tanpa biaya tambahan.
“Seperti teman-teman Hindu Bali, kami juga menyediakan tempat pemakaman untuk warga. Saat saya bertemu dengan mereka, mereka mengucapkan terima kasih atas tanahnya. Namun, mereka menjelaskan bahwa ketika meninggal, mereka tidak dimakamkan tetapi dikremasi. Oleh karena itu, mereka tidak membutuhkan tanah pemakaman, melainkan memerlukan rumah kremasi. Di Jakarta, rumah kremasi yang ada dimiliki oleh swasta dan harganya mahal. Sebagai akibatnya, ketika ada yang meninggal, jenazah harus dibawa kembali ke Bali untuk kemudian dikremasi di sana,” ujarnya.
Dalam kesimpulannya, Anies mengajak untuk merenungkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang beragam (Bhineka Tunggal Ika), namun persatuan yang terjalin adalah hasil dari ikhtiar bersama. Ia menekankan bahwa meskipun latar belakang kita beragam, persatuan adalah pilihan kita, dan Indonesia telah membuktikan bahwa beragamitas dapat disatukan.
“pesannya apa? latar belakang kita beda beda dan kita tak bisa mengatur latar belakang tapi latar depan kita adalah ikhtiar kita. kita memiliki Bhineka Tunggal Ika dan apa kata terpenting dari kalaimat itu adalah Ika,” ujar Capres no urut 1 Anies Rasyid Baswedan.