Bekasi, Rasilnews – Pengamat Politik, Tony Rosyid memberikan pandangannya terkait proses penetapan nomor urut oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dengan adanya peluang Calon Presiden ( Capres) nanti.
“Penetapan nomor dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah ditetapkan. Di munculkan soal Amin nomor Satu, Prabowo nomor dua kemudian Ganjar nomor tiga. Terus kemudian orang mau mencoba untuk mengotak-atik kalau nomor berarti bisa satu putaran dong kan gitu yang namanya orang otak atik ya spontan. Tetapi begini Pak tidak ada yang mustahil dalam politik. saya menyakini bahwa anis, cak imin itu bisa memenangkan dalam satu putaran dengan satu catatan kalau tim ini rapi bekerja dengan logistik yang memadai kemudian menggarap jawa barat dan jawa timur secara maksimal saya pikir bisa satu putaran ”ujar Tony dalam Dialog Topik Berita di Radio Silaturahim 729 AM, Rabu (15/11)
Dalam dialog tersebut, lebih lanjut Ia mengatakan soal perkenalan pasangan Calon Presiden khususnya Anis dengan kelemahan di logistik dan kondisi daerah dengan keterbatasan informasi dan penggunaan tehknologi .
“Ini kan kalau kita bicara dengan logistik masalahnya kelemahan di Anis itu adalah logistik. Jadi dengan keterbatasan-keterbatasan logistik itu ya akan sulit untuk menjangkau sampai tingkat kampung. Kampung itu kan orang banyak, di kampung itu kan engga punya medsos orang-orang tua, nenek-nenek, kakek-kakek, bapak-bapak itu kan hp ny masih jadul mereka tidak biasa main medsos terus kemudian gambar Anis juga engga ada dan Cak imin. Lalu relawan masuk ke sana juga kesulitan karena keterbatasan transportasi, bensin itu yang kemudian membuat Anis, Cak Imin itu masih bisa bersaing dengan perselisih cuma nol koma sekian persen kalau kita mengacu kepada risetnya Australia,” ujar Tony.
Ia menilai, potensi yang dimiliki Anis Baswedan begitu kuat. Dengan adanya relawan yang bekerja secara militan.
“Anis sudah luar biasa yang lain punya logistik begitu kuat. Kemudian punya jalur untuk mengakses kekuasaan yang luar biasa ya tetapi masih bisa mengimbangi ini menurut saya adalah luar biasa maka dari sinilah kita bisa membuat sebuah kesimpulan bahwa keluarbiasaan para relawan Anis bekerja secara militan ini menjadi potensi yang sangat besar untuk mampu untuk satu putaran kalau memang memiliki logistik yang memadai”, jelasnya.
“Contoh lah misal kita buat analogi di Anis itu kalau kita pelajari juga di Ganjar ini tapi khusus di Anis ini ada mungkin 100 juta orang butuh apa atau 50 juta orang lah kalau 1 juta orang terlalu blaving. 50 juta orang itu butuh kaos butuh APK tetapi yang disediakan cuman 50 ribu , mereka mau memakai secara gratis dan mau membagikan untuk kampanye. Sementara di pihak Ganjar dan juga di pihak Prabowo itu analogi saja misalnya itu disiapkan sebaliknya 50 juta kaos, tapi yang mau makai cuman 50 ribu. Yang lain mau makai kalau dikasih duit begitu kan ini di tingkat militansi yang punya pengaruh kepada kerja-kerja politik ya antara timnya amin dengan yang lain itu beda jauh nah maka disini amin itu punya militansi yang lain punya logistik ini yang kemudian berimbang kalau anis itu dikasih logistik sementara yang lain tidak punya militansi jelas dong Amin itu potensi pemenang jauh lebih besar ini itung-itungan simbol-simbol relawan dan terbukti memang ketika Amin itu datang ke mana saja itu pasukan relawan begitu besar untuk datang seperti gelombang tsunami dan itu tanpa logistik yang besar”,tambahnya.
Sementara itu, Tony juga mengatakan bahwa dalam pemilihan umum gunakan dengan secara objektif dan bisa di lakukan dalam satu putaran jika Anis mempunyai logistik yang memadai.
“Sementara yang lain ini harus objektif melihat yang lain itu. Kalau tidak disediakan transport tidak gerak mereka, tidak disediakan amplop tidak disediakan bis gitu mereka datang dengan patungan sendiri dan sebagainya. Nah ini dari satu sisi jadi bisa satu putaran dengan catatan memang Anis dan Amin ini memiliki logistik yang memadai sehingga bisa membinyai kerja politik-politik para relawan sampai tingkat kmapung nah itu baru bisa kalau itu tidak bisa memadai ya tetap dua putarana dan itu akan menjadi sangat ketat. Membandingkan analisis politik itu harus berada betul-betul berada di tengah antara mereka maka objektif ya sekarang tinggal di konfrimasi saja apa analisis saya yang salah, “ lanjutnya.