Oleh : Abi Agus (Jurnalis Radio Silaturahim)
Rasilnews – Agama tidak hanya merupakan seperangkat keyakinan dan ritual ibadah, tetapi juga menjadi fondasi dalam membentuk karakter dan moral individu. Dalam ajaran Islam, nilai-nilai moral dan etika dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari iman. Al-Qur’an mengajarkan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. Hal ini didasari dari firman Allah swt dalam surat Al-Anbiya ayat 107 yang berbunyi:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Ayat tersebut menegaskan pentingnya kasih sayang kepada seluruh ciptaan Allah. Oleh karena itu, agama tidak hanya menuntut pelaksanaan ritual ibadah, tetapi juga menekankan pembentukan karakter yang baik dan penuh kasih sayang terhadap sesama.
Peran orang tua dalam membentuk budi pekerti anak-anak sangatlah vital. Mereka adalah guru pertama di rumah dan memiliki pengaruh yang tak ternilai dalam membentuk sikap dan perilaku anak-anak. Orang tua dapat memberikan contoh yang nyata dalam kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang melalui interaksi sehari-hari dengan anggota keluarga. Sebagai contoh, seorang ayah yang jujur dalam berbisnis atau seorang ibu yang sabar dalam menghadapi tantangan sehari-hari akan memberikan teladan yang kuat bagi anak-anak mereka. Selain itu, orang tua juga bertanggung jawab untuk mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak-anak mereka melalui cerita-cerita dari Al-Qur’an dan Hadis, doa-doa yang diajarkan, serta pembelajaran langsung tentang ajaran Islam.
Di sisi lain, peran guru dalam membentuk budi pekerti anak-anak di lingkungan pendidikan formal juga tidak boleh diabaikan. Guru memiliki kesempatan yang unik untuk memperkaya pembelajaran dengan kreativitas dan memperluas pemahaman anak-anak tentang nilai-nilai moral dan etika dalam Islam. Mereka dapat menggunakan sumber daya yang ada, seperti buku-buku pelajaran agama, cerita-cerita islami, dan aktivitas-aktivitas kelas yang interaktif untuk membantu siswa memahami konsep-konsep agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seorang guru bisa menyusun proyek sosial yang melibatkan siswa dalam kegiatan amal, seperti mengunjungi panti asuhan atau memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, untuk mengajarkan nilai-nilai solidaritas, kepedulian, dan kebaikan.
Kolaborasi antara orang tua dan guru sangat penting dalam memastikan pembentukan budi pekerti yang kokoh pada generasi muda. Dengan berkomunikasi secara terbuka dan bekerja sama, mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperkaya pengalaman pembelajaran anak-anak, serta membantu mereka mengembangkan sikap yang sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral yang luhur. Misalnya, orang tua dan guru dapat mengadakan diskusi terbuka tentang nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga dapat saling memberikan dukungan dalam memperkuat pembelajaran anak-anak di rumah dan di sekolah.
Dengan demikian, agama dan budi pekerti menjadi landasan yang kokoh dalam membentuk karakter yang mulia pada generasi mendatang. Dengan peran yang diemban oleh orang tua dan guru, diharapkan anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang bermoral, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama, sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai yang luhur.