Bogor, Rasilnews – Dalam musyawarah kerja Radio Silaturahim 2024 di Megamendung, Bogor, Dr. Abdul Muta’ali, Akademisi Dosen FIB Universitas Indonesia, menekankan peran luar biasa media, khususnya radio, dalam sejarah Republik Indonesia.
“Dalam sejarah bagaimana proklamasi dan lagu kemerdekaan kita tersiar kemana mana, radio itu menjadi bagian yang tak terpisahkan. Indonesia tidak akan bisa mencapai kemerdekaannya jika tidak ada media, khususnya radio,” ujarnya dengan tegas.
Dr. Muta’ali menjelaskan bahwa radio bukan hanya sekedar narasi, melainkan sebuah upaya mempertahankan nilai-nilai demokrasi dan identitas nasional. “Radio seperti Radio Silaturahim ini bukan hanya narasi, tetapi sebuah ikhtiar bahwa media itu bagian dari sejarah yang mempertahankan, bukan hanya dulu, tapi juga hari ini,” tambahnya.
Dalam konteks komersialisasi media, Dr. Muta’ali menyampaikan kekhawatirannya. “Jangan hanya berbicara tentang komersialisasi. Seberapa besar debit yang bisa dilakukan oleh radio oleh media massa untuk mempertahankan nasionalisme kita,” tegasnya.
Radio Silaturahim dijelaskan sebagai media dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. “Ini sebetulnya hasil mengejawantahkan nilai-nilai demokrasi. Radio ini bukan hanya narasi, tetapi sebuah kepribadian dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat,” papar Dr. Muta’ali.
Dia juga mencatat bahwa iklan di Radio Silaturahim nyaris tidak ada, dan jika ada, lebih fokus pada penjualan buku dan paket pelatihan. “Ini bukan hanya narasi sebuah edukasi, tetapi lebih kepada apa yang bisa diperoleh,” katanya.
Dengan penuh semangat, Dr. Muta’ali menyatakan bahwa radio seperti Radio Silaturahim harus terus disuarakan. “Jika sebuah radio dikomersialisasi, maka narasinya bukan narasi sebuah edukasi, tetapi lebih kepada apa yang bisa diperoleh. Dan itu yang harus dipertahankan oleh Rasil,” pungkasnya.