Jumat, 3 Jumadil Awwal 1445 H/ 17 November 2023
Artikel Republika, Oleh: Fuji EP
Pada 2008, perang sedang berkecamuk di Gaza, Palestina. Israel sedang berpesta daerah dan nyawa, udara sangat dingin mencekam cuaca hingga di bawah 10 derajat Celsius. Di Gaza yang padat bangunan dan rumah-rumah runtuh, rudal dan bom Israel seperti hujan tidak berhenti ditembakkan ke Gaza. Sudah hampir sepekan PBB belum bersuara tentang kebiadaban Israel atas kemanusiaan di Jalur Gaza.
Ratusan kontainer mengantre di pintu Rafah karena tidak mendapatkan izin dari Mesir untuk memasuki Gaza, Palestina. Mesir sendiri ditekan oleh Israel agar tidak membuka pintu perbatasannya ke wilayah Gaza. Sebelum peperangan ini bermula dan sebelum Israel meluncurkan rudal pertamanya ke Gaza, mereka telah melakukan roadshow untuk melobi berbagai negara agar mendukung Israel melawan Gaza. Hal ini dikisahkan di dalam buku ‘Menghimpun Kebesaran Allah, Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza’ yang diterbitkan MER-C.
Pada 22 Desember 2008, Gabriel Shaalev, Duta Besar Israel untuk PBB sedang menemui Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon, kala itu. Ini adalah bagian dari kampanye diplomatik yang sedang dijalankan oleh Israel untuk memperluas dukungan internasional. Israel telah mempersiapkan perang yang diberi nama Operation Cast. Sebanyak 176.000 tentara Israel Defense Force (IDF) dikerahkan dalam operasi ini, sementara 48.000 tentara cadangan disiagakan Israel untuk sewaktu-waktu diperlukan. Alat perang baik yang baru ditemukan dan yang telah lama diciptakan mendapatkan kesempatan untuk uji coba dalam perang ini. Penjajah Israel bahkan mengeluarkan 2.800 tank tempur yang akan disiapkan sebagai pasukan darat untuk memasuki Gaza dan menyerang rakyat Palestina.
Israel telah memberikan peringatan dan mengumumkan agar rakyat Palestina yang berada Gaza untuk mengungsi. Penjajah akan mengejar pejuang-pejuang Hamas yang telah dipetakan lokasinya. Sementara rakyat Palestina di Gaza dengan Hamas adalah satu-kesatuan seperti sekeping koin emas. Hamas adalah Palestina dan rakyat Palestina adalah Hamas. Dalam hitungan delapan menit, Israel telah melakukan serangan kepada 50 sampai 100 target serangan yang ditandai sebagai basis Hamas. Salah satu yang diserang adalah pusat pelatihan kepolisian milik Hamas dan pemerintah Gaza. Pada serangan hari pertama itu, Hamas sedang melakukan upacara pelantikan kelulusan anggota polisi yang akan bertugas di Gaza. Mendapat serangan Israel yang sangat dahsyat ini, Hamas tidak tinggal diam dan membalasnya.
Dari berbagai kisah yang dikumpulkan, banyak sekali keajaiban yang luar biasa di Gaza pada saat itu. Banyak kesaksian yang menceritakan pasukan-pasukan bergamis putih turun dan ikut berperang melawan pasukan Israel. Pasukan bergamis putih ini melakukan serangan yang besar, mengusir tentara Israel. “Mungkinkah itu malaikat yang turun membantu mereka (rakyat Gaza)?” demikian kutipan dalam buku Menghimpun Kebesaran Allah. Sebenarnya Israel telah menyiapkan tiga tahap dalam perang Gaza. Tahap pertama adalah serangan udara baik dari rudal maupun pesawat tempur yang dilancarkan. Serangan dilanjutkan dengan tahap kedua dengan mengerahkan pasukan darat dan melakukan perang kota. Tahap ketiga adalah serbuan pasukan infanteri yang telah disiapkan di perbatasan Israel-Gaza.
Dalam perang Gaza yang berlangsung 22 hari ini, Israel telah mengeluarkan belanja perang sebesar 6 miliar dolar AS. Israel telah memetakan wilayah-wilayah yang akan diserang melalui serangan udara, seperti Jabaliyah Timur yang menjadi pusat peluncuran roket-roket milik Hamas. Khan Yuonis juga menjadi salah satu target serangan karena menjadi gudang amunisi dan persenjataan Hamas. Terakhir Israel akan memutuskan jaringan terowongan yang ada di Gaza City. Tahapan tersebut tidak sempat diwujudkan Israel.
Berdasarkan kesaksian baik dari warga Gaza, pejuang Hamas, bahkan tentara-tentara Israel, ada pasukan-pasukan yang ajaib berpakaian serbaputih datang membantu warga Gaza. Pasukan berpakaian serbaputih itu membuat tentara Israel ketakutan hingga menangis dan histeris. Di antara tentara Israel mereka saling berbisik mungkin ini malaikat yang turun membantu mereka. Pasukan Hamas khususnya pasukan dari Brigade Al Qasam biasanya menggunakan pakaian serbahitam, bukan putih seperti yang mereka hadapi. Pasukan berbaju putih ini memiliki kemampuan perang dan keterampilan bertempur, baik cara menyerang dan penyergapan jauh melebihi kemampuan pasukan Hamas maupun Brigade Al Qasam.
Mendengar banyaknya kesaksian tentang pasukan berseragam putih ini, tidak hanya tentara Israel yang menangis, tapi juga rakyat Gaza. Bedanya jika tentara Israel menangis karena ketakutan, sementara kaum Muslimin Gaza menangis karena tidak mampu mendampingi dan berperang bersama pasukan berbaju putih ini untuk mempertahankan negerinya.
Wallāhu ‘Alam bis-shawāb