Oleh Isa Ansori (Kolumnis dan Akademisi)
SEBELUM janur melengkung masih bisa diambil orang lain, nah itulah yang menggambarkan fakta politik deklarasi Mas Anies dan Cak Imin di Surabaya, Hotel Yamato Surabaya. Politik sopir bajay barangkali lebih tepat disematkan pada terjadinya kesepakatan antara Anies, Surya Paloh dan Muhaimin Iskandar. Terjadi secara cepat dan berhasil menyedot perhatian banyak orang.
Bagi Surya Paloh apa yang terjadi saat ini, Menyandingkan Anies dengan Muhaimin adalah upaya untuk menyatukan kembali perbedaan dan meninggalkan politik perpecahan yang terjadi selama 10 tahun belakangan ini. “Selamat tinggal politik cebong kampret dan selamat datang politik kebhinekaan,” begitulah cuplikan pidato Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem, dalam deklarasi Amin, Anies – Muhaimin. Hal yang sama juga disampaikan oleh Cak Imin dalam pidato dekalrasinya, “Saya dan Mas Anies siap berjuang menata Indonesia” begitulah cuplikan pidato Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, dalam pidato politik deklarasi.
Pidato Surya Paloh dan Cak Imin menjadi penyemangat spirit perubahan yang dibawah oleh Anies. “Semangat kita adalah semangat perubahan, menjadikan Indonesia lebih baik lagi, Indonesia yang mampu menghadirkan keadilan, kesejahteraan, perdamaian dan persatuan”, begitulah potongan pidato Mas Anies.
Saya merasakan betul suasana selama deklarasi, karena memang saya hadir untuk sebuah tugas menuliskan fakta di lapangan beserta suasananya. Ini adalah bagian dari puzzle sejarah menuju perubahan Indonesia, betapa tidak PKB yang sudah hampir satu tahun membangun koalisi dengan Gerindra, tapi selama itu pula tak juga mendapat kejelasan tentang statusnya, ibarat orang berpacaran, tak kunjung dipinang, maka tak salah kalau putar haluan ketika ada yang meminang. Hal yang sama juga terjadi ada yang meminta segera dipinang, tapi keluarga besar belum bersepakat, inilah sejatinya yang terjadi mengapa AHY belum jadi pasangan dan Cak Imin dideklarasikan.
Tapi sayangnya sebuah peristiwa yang normal terjadi dalam dunia politik tak disikapi dengan riang gembira, sehingga menimbulkan kegaduhan padahal mereka juga yakin sebelum janur melengkung masih akan ada banyak kemungkinan. Ironi memang sebuah proses demokrasi yang riang gembira dinodai dengan perilaku tak terpuji yang reaktif dan mengganggu. Bertebarannya spanduk hujatan kepada Anies yang mengatasnamakan namakan Partai Demokrat adalah hal yang patut disayangkan, jauh dari kesantunan, meski kita bisa memahami kekecewaan yang dialami. Tapi kembali lagi niat kita berpolitik adalah untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi, sehingga perbedaan pendapat dan pilihan adalah sebuah keniscayaan.
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah ada sebagian kecil anak anak muda di Surabaya yang menjadi pendukung Ganjar, melakukan hal yang sejatinya jauh dari etika dan kesantunan berpolitik, berteriak teriak dukungan terhadap Ganjar di arena yang menjadi deklarasi Anies – Muhaimin, mereka beraktrasi “Ganjar Siji, Ganjar Kabeh” dengan berbagai alasan, tapi intinya bisa dipahami sebagai hal yang menodai demokrasi. Publik juga menjadi tak bersimpati apalagi ini dilakukan oleh anak anak muda, menodai kota Surabaya yang katanya kota yang demokratis dan toleran.
Semangat membangun politik kebangsaan yang menghargai perbedaan yang digaungkan oleh Koalisi Perubahan plus PKB ternyata disikapi dengan riang gembira oleh capres Ganjar dan Prabowo bahkan Puan Maharini. Prabowo memang tak banyak berkomentar, tapi sikapnya tenang dan tak melakukan aksi yang reaktif, menunjukkan kematangan dalam berpolitik. Begitu juga Ganjar dan Puan, serta Khofifah, Gubernur Jatim, menyambut baik deklarasi pasangan ini dan bahkan memberi ucapan selamat sebagai sebuah proses demokrasi. Seharusnya beginilah kontestasi politik disikapi dengan dewasa dan riang gembira. Berbeda itu boleh tapi jangan terbelah.
Saya juga sangat respek dengan politisi muda Surabaya, Arif Fathoni yang juga Ketua Golkar Surabaya yang mengatakan terimakasih kepada Mas Anies dan Cak Imin yang melaksanakan deklarasi di Surabaya, karena ini akan bisa menambah PAD Surabaya dan menggairahkan perekonomian Surabaya di tengah kelesuhan meningkatkan PAD, semoga akan banyak lagi event event nasional yang dilaksanakan di Surabaya.
Sikap dewasa dan melihat persamaan adalah hal penting yang harus segera dikedepankan, agar kita bisa melihat masa depan Indonesia.
Wallahu a’lam bish shawab