Jakarta, Rasilnews – Pendiri Posko Pilihan Rakyat (PPR) Tamsil Linrung, mengatakan pernyataan Jusuf Kalla (JK) bahwa hasil survei elektabilitas Anies Baswedan tidak sesuai dengan suara rakyat, bukanlah pernyataan kosong. Tamsil meyakini pernyataan ini disertai dengan basis data yang akurat.
Dijelaskan Tamsil, biasanya JK itu diam-diam melakukan survei juga. “Banyak teman dekat beliau dari kalangan profesional, aktif melakukan riset,” kata Tamsil, Selasa (1/8/2023), demikian sepeti dilansir dari Republika.
Setiap keputusan bisnis dan putusan politk JK selalu menggunakan riset. “Dan satu hal, JK itu punya intuisi politik yang sangat tajam dan susah ditandingi. Karena kita tidak boleh main-main apalagi menyepelekan pernyataan JK,” ungkap Wakil Ketua MPR dari unsur perwakilan DPD RI ini.
Apa yang disampaikan JK ini, menurut Tamsil, juga sejalan dengan realitas yang dia temui saat turun ke daerah-daerah. Selama turun ke daerah untuk kegiatan PPR, dukungan terhadap Anies sangat kuat. PPR sendiri merupakan organisasi relawan pendukung Anies Baswedan.
“Seperti yang dibilang JK, respon masyarakat terhadap Anies gegap gempita baik ketika hadir memenuhi undangan masayarakt maupun sekedar kita yang hadir dan menyampaikan salam dan pesan-pesan Anies,” papar Tamsil.
Menurut Tamsil, antusiasme masyarakat dalam menyambut Anies sangat luar biasa. Mereka bahkan berebut bersalaman ataupun berfoto bersama. “Semua alamiah dan tidak ada mobilisasi sama sekali,” kata Tamsil.
Fenomena antusiasme terhadap Anies ini, lanjut Tamsil, mirip dengan saat Jokowi pertama kali maju capres di periode pertama. “Saya kira sebenarnya dukungan terhadap Anies tidak seperti yang tergambar di survei-survei yang beredar saat ini,” kata Tamsil.
Sebelumnya, Wakil presiden Republik Indonesia ke-10 dan 12 Muhammad Jusuf Kalla atau JK menanggapi elektabilitas bakal calon presiden (capres), Anies Rasyid Baswedan yang masih berada di bawah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Namun menurutnya, hasil survei tidak menggambarkan hasil Pilpres 2024.
“Pilihan dari pada 1.200 orang pada pemilih 205 juta itu tidak menggambarkan itu. Ada caranya, tapi saya kira pasti tidak terlalu akurat,” ujar JK di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (31/7/2023).
JK sendiri berkaca kepada pemilihan presiden di Amerika Serikat pada 2016. Saat itu, Donald Trump memiliki elektabilitas yang lebih rendah daripada Hillary Clinton, tetapi ia dapat memenangkan kontestasi tersebut.
“Waktu di DKI juga Anies terendah kan, posisi tiga, tapi kemudian dia terpilih. Itu lebih kecil, kurang lebih tujuh juta pemilih diwakili 1.200. Apalagi 1.200 yang disurvei dengan jumlah pemilih 205 juta, itu kan tidak mudah membawa ke situ,” ujar JK.