Jakarta, Rasilnews – Lembaga kemanusiaan dan juga wadah pemersatu perjuangan Palestina, Aqsa Working Group (AWG), mengadakan audiensi dengan Duta Besar Maroko untuk Indonesia Ouadia Benabdellah di Kedutaan Besar Maroko di Jakarta, Kamis (8/6).
Delegasi AWG dipimpin Presidium AWG, M Anshorullah bersama Plt Presidium AWG Nurhadis, Sekretaris Jenderal Yusuf Maulana, Ketua Maemunah Center (Mae_C) Onny Firyanti, dan pengurus pusat AWG lainnya, yakni Taufiqurrahman, Rana Setiawan, dan Irfan Hizbullah.
Dalam audiensi tersebut, M Anshorullah menegaskan kembali peran penting Komite Al-Quds Organisasi Kerja sama Islam (OKI), di bawah kepemimpinan Raja Maroko Mohamed VI, dalam melawan berbagai tindakan dan kebijakan merugikan yang diterapkan oleh otoritas pendudukan Israel di Masjid Al-Aqsa, Kota Al-Quds (Yerusalem), Palestina untuk mengubah karakter dan status hukum kota serta komposisi demografis, budaya dan sejarahnya.
“Audiensi ini dalam rangka silaturahim dan menyampaikan apresiasi atas konsistensi Maroko dalam mendukung perjuangan pembebasan Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina,” kata Anshorullah kepada Dubes Benabdellah, seperti dilansir dari MINA.
Dia juga memperkenalkan AWG dan kiprahnya yang salah satu fokus kegiatannya mensosialisasikan juga menyadarkan kaum muslimin untuk aktif membela dan membebaskan Masjid Al-Aqsa dari cengkeraman zionis Israel serta mendukung perjuangan rakyat Palestina.
“Aqsa Working Group merupakan lembaga yang fokus pada pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina. Kami berupaya terus menggalang kerjasama dengan semua pihak yang konsisten dalam memberikan dukungannya untuk Palestina,” ujar Anshorullah.
Senada M Anshorullah, Ketua Maemunah Center (Mae_C) Onny Firyanti berharap melalui audiensi ini dapat terjalin kerja sama lembaga-lembaga pro Palestina di Maroko khususnya pada bidang anak-anak dan perempuan.
Dubes Maroko untuk Indonesia Ouadia Benabdellah menyampaikan apresiasi atas kehadiran dan audiensi delegasi AWG tersebut. Dia menegaskan, permasalahan Palestina menjadi prioritas utama kebijakan luar negeri Kerajaan Maroko.
“Tidak hanya kerajaan, bangsa dan rakyat Maroko tetap mendukung penuh perjuangan rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan menjadi Negara Palestina yang berdaulat dan merdeka,” kata Dubes Benabdellah.
Dia menyarankan AWG dapat berkirim surat kepada Komite Al-Quds OKI di Maroko dan menjajaki kerja sama kolaborasi program bersama untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
“Untuk lembaga-lembaga pendukung Palestina di Maroko sendiri sangat banyak, Anda harus datang ke sana dan bertemu langsung,” ujad Dubes Benabdellah.
Dubes menyarankan delegasi AWG dan Mae_C berkunjung langsung ke Maroko untuk bekerjasama dengan NGO pro Palestina di sana. “Bahkan jika AWG akan buka cabang di Maroko juga dimungkinkan. Tetapi harus ada sesuatu yang khusus yang ditawarkan oleh AWG, supaya dapat diterima,” imbuhnya.
Dia juga menegaskan, meski ada hubungan diplomatik dengan Israel tidak akan mengubah komitmen Maroko terhadap kemerdekaan Palestina.
Maroko menjadi negara Arab keempat yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada akhir 2020. Maroko mengikuti langkah Uni Emirat Arab, Bahrain dan Sudan yang lebih dulu menormalisasi hubungan dengan Israel lewat perjanjian Abraham Accords.
“Hubungan diplomatik ini terjadi dengan latar belakang sejarah dan budaya yang panjang. Kami tidak menampik ada 150 ribu Yahudi asal Maroko di Palestina, banyak sekali di antara mereka adalah warga negara Israel, dan umat Yahudi di Maroko sekitar 30 ribu dinaungi kerajaan,” tambah Dubes Benabdellah.
Pertemuan audiensi ditutup dengan pertukaran cinderamata oleh Dubes Maroko dengan delegasi pimpinan AWG.
Aqsa Working Group (AWG) adalah suatu lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa.
AWG dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum Muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan rakyat Palestina.
AWG didirikan oleh komponen umat yang hadir dalam Al-Aqsha International Conference yang diselenggarakan di Wisma Antara pada tanggal 20 Sya’ban 1429H/ 21 Agustus 2008 di Jakarta.
Sementara Mae_C didirikan pada 9 November 2019, merupakan Lembaga Perjuangan Kemuslimahan untuk Al-Aqsa dan Palestina di bawah naungan AWG. Nama Maemuna diambil dari Maemuna, satu-satunya sahabiah yang meriwayatkan sebuah hadits tentang Al-Quds.
Organisasi ini memiliki tujuan untuk mewadahi berbagai bentuk perjuangan nyata perempuan yang dapat dilakukan untuk pembebasan Al-Aqsa dan bangsa Palestina.