Jakarta, MINA – Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menilai Rasmus Paludan berbuat sia-sia dan hanya orang putus asa yang hilang akal, karena melihat kekalahan tidak terhindarkan dari kesombongan identitasnya sendiri.
Rasmus Paludan, ekstremis sayap kanan, dan politisi rasialis Swedia-Denmark itu kembali melakukan aksi pembakaran salinan Al-Quran, Jumat (27/1) waktu setempat di depan masjid serta Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen, Denmark.
“Whatever his cause is, it is doomed to fail. Mari kita teruskan saja duduk santai menikmati kesyahduan iman kita sendiri sambil menunggu Rasmus Paludan runtuh bersama segala cita-citanya atau dia insaf kemudian berbelok ke jalan yang benar,” kata Yahya dalam keterangannya di Jakarta, seperti dikutip dari NU Online, Senin (30/1).
Yahya menilai, meski kitab umat Islam dibakar, jelas Al-Quran tidak sedikit pun menjadi hina karena perbuatannya.
“Perbuatan Paludan justru akan sia-sia. Sebab, apabila dia bermaksud menjauhkan orang dari Al-Qur’an, perbuatan Paludan justru malah mendorong rasa penasaran mereka yang belum tahu isi Al-Quran,” ucapnya.
Jika maksud pembakarannya untuk melampiaskan kemarahan kepada Turki, kata Yahya, Al-Quran tidak menanggung apa pun yang menjadi tanggung jawab Turki.
“Kalau dia bermaksud menyerukan agar Eropa kulit putih bersatu melawan Islam, perbuatannya justru memancing orang-orang Eropa di luar kelompoknya untuk melawannya,” ujar Yahya.