Jakarta, Rasilnews – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang menyiapkan draf MoU untuk memasukkan materi tentang penanggulangan kesehatan saat bencana ke dalam kurikulum pendidikan di perguruan tinggi, khususnya di fakultas-fakultas rumpun kesehatan.
Hal itu disampaikan Plt Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Sumarjaya saat dijumpai Rasilnews dalam kegiatan Pelatihan Simulasi Bencana ILUNI FKUI 98 bersama Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di Buperta Cibubur, Jakarta Timur, Ahad, (29/1/2023).
“Kita saat ini sedang menyusun draf MoU dengan Kementerian Pendidikan, nanti akan masuk dalam kurikulum pendidikan khususnya di rumpun kesehatan seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi, dan Politeknik Kesehatan. Diberikan kurikulum, entah itu empat SKS (Sistem Kredit Akademik) atau dua SKS teori mengenai penanggulangan kesehatan pada saat bencana,” ujar Jaya.
MoU tersebut ditargetkan akan ditandatangani oleh kedua lembaga itu tiga bulan mendatang.
“Itu (teori penanggulangan kesehatan saat bencana) akan ada, kita sedang buat. Mudah-mudahan tiga bulan ke depan MoU-nya bisa ditandatangani,” sambungnya.
Jaya menjelaskan, materi kuliah tentang penanggulangan kesehatan saat bencana merupakan salah satu upaya dari Kemenkes untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bantuan hidup dasar (basic life support).
“Yang harus diberikan ialah materi basic life support atau pelatihan bantuan hidup dasar karena tidak banyak orang tahu tentang hal itu. Walaupun beliau tenaga kesehatan tapi kalau tidak pernah menekuni bagaimana penanggulangan kesehatan ya tentu tidak mengetahui tentang basic life support,” ujarnya.
“Dengan demikian kita harus memberikan edukasi ke semua masyarakat terkait basic life support,” lanjut Jaya.
Kemenkes juga telah mencanangkan program Tenaga Cadangan Kesehatan sejak Desember 2022 guna memperkuat kesiapsiagaan krisis kesehatan.
Di 2023 ini, sebagai bagian dari program tersebut, Jaya mengungkapkan, Kemenkes akan menggelar pelatihan tentang basic life support secara serentak di Indonesia pada hari-hari besar, seperti Hari Pendidikan, Hari Relawan Sedunia, dan Hari Kesehatan Nasional.
Pelatihan basic life support itu diharapkan dapat mengurangi jumlah korban saat terjadi bencana, baik bencana alam, nonalam, maupun konflik sosial. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara yang sering diterpa bencana dan memakan banyak korban jiwa.
“Ini perlu dilakukan karena kita ingat kasus Kanjuruhan. Itu penonton dan masyarakat tidak mengerti bagaimana melakukan pertolongan pertama saat ada korban yang sesak napas, kekurangan oksigen,” kata Jaya.
Selain itu, program Tenaga Cadangan Kesehatan yang dilakukan dengan integrasi dinilai telah berhasil dipraktikkan saat menangani gempa Cianjur pada November 2022.
“Dengan program Tenaga Cadangan Kesehatan yang disintegrasi dan baru kita coba di bencana Cianjur kemarin. Alhamdulillah dari sekitar 6000 relawan bisa kita distribusikan di 209 titik pengungsian, empat rumah sakit di sana juga bisa kita bantu,” kata Jaya.
“Jadi relawan yang datang harus check in ke klaster kesehatan atau yang disebut health emergency cooperation center, mengatur bagaimana relawan harus mendaftar dan mendistribusikan mereka ke mana-mana dan saat pulang mereka check out,” sambungnya.
Jaya mengungkapkan, pada bencana-bencana sebelumnya, para relawan tidak terkoordinasi dengan baik sehingga integrasi para relawan di gempa Cianjur menjadi kali pertama yang dilakukan oleh Kemenkes.
Program Tenaga Cadangan Kesehatan ini dikatakan akan memberikan pelatihan kepada masyarakat umum hingga layak terjun menjadi relawan di lokasi bencana.