Selasa, 10 Jumadil Akhir 1444 H/ 3 Januari 2023
Tahun ini genap 531 tahun peradaban Islam hilang dari Andalusia, Spanyol. Tepatnya tanggal 2 Januari 1492, Khalifah Islam terakhir di Andalusia secara resmi menyerahkan kunci Granada benteng terakhir Islam di Andalusia. Kunci diserahkan kepada Ferdinand dan Isabela, penguasa Kerajaan Katholik dari Spanyol utara. Pemimpin Muslim terakhir di Andalusia Spanyol Abdillah Muhammad bin Al Ahmar, keluar dari istana kerajaan dengan malu. Andalusia telah jatuh ke tangan kerajaan Katolik setelah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih dari 800 tahun.
Mengutip salah satu artikel Khazanah Republika.co.id, Andalusia memiliki luas wilayah 700 ribu kilometer persegi. Kalau pada masa sekarang Andalusia itu meliputi sebagian besar wilayah Spanyol, lalu seluruh wilayah Portugis, dan sebagian besar wilayah Selatan Perancis. Islam pertama kali masuk ke Andalusia pada tahun 711 M di masa Kekhilafahan dinasti Umayyah melalui jalur Afrika Utara, dengan tokohnya yang terkenal, Thariq bin Ziyad. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Asbania, kemudian disebut Andalusia. Ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal, dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.
Dalam bukunya Kebangkitan Islam di Andalusia, Ahmad Mahmud Himayah memberikan informasi berkenaan dengan Islam di Andalusia. Ada tiga catatan besar mengenai sebab keruntuhan peradaban Islam di Andalusia. Pertama, perpecahan umat Islam pada saat itu. Kedua, cinta dunia dan takut mati kaum muslimin khususnya anggota keluarga kerajaan Islam Andalusia. Ketiga, memudar atau hilangnya peran ulama pada saat kaum Muslimin terpecah belah dan dilanda berbagai masalah .
Tapi sedikit umat Islam yang menyadari perihal aksi pengkhianatan Khalifah Islam terakhir di Andalusia Spanyol. Sehingga dengan mudahnya Ferdinand dan Isabela menerima kunci benteng Granada. Sosok yang perlu dicatat dalam pengkhianatan Khalifah Islam terakhir di Andalusia yaitu Abu Abdillah Muhammad Ash Shagir, keturunan Bani Nasr. Abu Abdillah atau yang sering disebut Boabdil dalam dialek Barat, digambarkan sebagai seorang yang tidak memahami Islam dengan baik. Khususnya tentang ukhuwah Islamiyyah dan jihad fisabilillah.
Banyak ibrah yang bisa dipetik dari peradaban Islam di Andalusia yang menyinari Eropa dan Dunia di masanya. Jihad pedang, jihad perabadan, jihad ilmu pengetahuan di puncak kejayaan hingga pengkhianatan dan kecerobohan pemegang kekuasaan periode terakhir yang menghancurkan seluruh peradaban yang ada. Peradaban Islam Andalusia hingga saat ini diyakini sebagai peradaban modern terbesar, terlama dan terbaik yang pernah ada di muka bumi. Kita semua merindukan kembalinya peradaban agung Islam Andalusia di muka bumi.
Syarat mewujudkan peradaban modern yang luhur sebagaimana Andalusia telah tertulis jelas dalam sejarahnya. Hanya periode akhir Andalusia berupa racun hubbudunya yang perlu dihindari sungguh-sungguh. Cinta dunia dan takut mati yang melanda penguasa Muslim adalah titik nadir umat Islam Andalusia. Mereka sedang bersiap diri menghadapi keruntuhan, sebuah keruntuhan yang dicatat dalam sejarah. Sebuah keruntuhan yang mengundang kepiluan dan kesedihan yang mendalam.
Pada saat itu kerajaan Islam Andalusia sudah tercabik-cabik menjadi kerajaan-kerajaan kecil, menjadi 23 kerajaan kecil. Masing-masing anggota kerajaan ingin memiliki kekuasaan. Mereka saling tikam antara satu dengan yang lain. Raja atau sultan silih berganti berkuasa. Anak membunuh ayahnya, keponakan membunuh pamannya tampaknya sudah menjadi lumrah pada saat itu. Bahkan yang paling buruk adalah anggota kerajaan itu meminta tolong Raja-Raja Kristen untuk membantu mereka menyingkirkan orang-orang yang menghalangi ambisi mereka dalam meraih kekuasaan.
Membuka catatan sejarah pilu ini untuk mengambil pelajaran juga membandingkan dengan keadaan umat Islam saat ini, yang sebenarnya tidak ada bedanya dengan keadaan umat Islam di Andalusia pada saat itu. Hampir semua pra-syarat hancurnya Islam di Andalusia, telah ada dan terjadi di berbagai wilayah Muslim termasuk Indonesia. KH Ahmad Dahlan pernah berkata, “Islam tidak akan pernah musnah dari dunia, tapi Islam bisa hilang di negeri ini”.
Demikianlah Andalusia tenggelam karena ruh Islam yang ada dalam jiwa mengalami kematian, sehingga kerusakan pun merajalela. Hal itu diperburuk dengan pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang muslim. Namun harapan atas kebangkitan itu selalu ada, asalkan persatuan ummat, tarbiyatul Islam, dan ulama yang istiqomah, harus menjadi perhatian serius bagi umat Islam yang ingin meraih kejayaannya kembali.
Wallahu A’lam Bish-shawab