Catatan Bencana Akhir Tahun 2022: 800-an Jiwa Melayang dan Ribuan Warga Mengungsi

Relawan melakukan evakuasi material bangunan roboh pasca gempa bumi di Benjod, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). (ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA)

Jakarta, Rasilnews– Dalam rekap catatan bencana tahun 2022 di Indonesia sampai dengan tanggal 26 Desember 2022, sudah terjadi lebih dari 3.400 bencana alam, dengan korban jiwa lebih dari 800 jiwa dan ribuan warga yang harus mengungsi.

Demikian data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disampaikan oleh Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Budi Setiawan dalam serial webinar Refleksi dan Penguatan Kolaborasi PRB pada (26/12/2022) secara daring, mengutip laman resmi Muhammadiyah pada Jumat (30/12/2022).

Budi menyebut, bencana yang terjadi di Indonesia bukan hanya bersumber dari alam, tetapi ada pula dari non-alam yang juga merenggut nyawa manusia. Termasuk tragedi Kanjuruhan yang menelan sebanyak 130an jiwa.

Oleh karena itu, Budi mengajak pada penghujung 2022 untuk melakukan refleksi terhadap kejadian bencana selama tahun ini.

Melihat catatan kebencanaan 2022, Budi mengimbau kepada seluruh pemangku kepentingan untuk kembali mencermati lebih dalam bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugiaan masyarakat. Supaya bisa mengantisipasi potensi untuk meminimalkan korban jiwa dan mengurangi kerugian masyarakat.

“Maka kita perlu melihat sejauh mana kejadian-kejadian bencana tahun 2022 telah menggerus kesejahteraan masyarakat, kerugian jiwa, harta benda dan berhentinya pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Ia menekankan, kejadian-kejadian bencana yang terjadi pada 2022 dan yang lalu harus menjadi pembelajaran, untuk dicermati dan menjadi proyeksi untuk menyiapkan segala kemungkinan dan respon yang diberikan ketika terjadi bencana di masa yang akan datang.

“Pada tahun 2023 dan di masa-masa yang lebih jauh lagi kita juga harus merancang. Dan merancangnya pun harus memakai tolok ukur,” ujarnya.

Mengutip Al Hasyr ayat 18, Budi menjelaskan bahwa tolok ukur dalam menyiapkan untuk penanggulangan bencana ialah dengan takwa yang dimaknai dengan kesejahteraan. Sebagai ukuran yang nyata, kesejahteraan merupakan tujuan dari kehidupan.

Bencana sebagai sunnatullah boleh saja terjadi, sambung Budi, tetapi yang harus dilakukan manusia sebagai bentuk ketakwaan dan ikhtiar adalah untuk mengurangi resiko dari bencana yang terjadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *