Rabu, 20 Jumadil Awwal 1444 H/ 14 Desember 2022
Jika kita berbicara Indonesia maka dapat dikatakan ‘tak kan habis’ untuk terus dibahas. Dari potensi yang melimpah di negeri ini, baik dalam sektor riil maupun sektor Sumber Daya Manusianya. Indonesia yang memiliki corak kepribadian yang berbeda dari negara lain. Penduduknya dengan sikap dan sifat lemah lembut ramah terhadap orang lain, seolah sudah menjadi corak tersendiri. Indonesia yang memiliki beragam budaya dan bahasa, yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Negara dengan landasan atau orang bilang, ini adalah Negara ‘Pancasila’ ini adalah Negara ‘Demokrasi’ ini adalah Negara ‘Hukum’ ini adalah Negara ‘konstitusi’ dan sebagainya. Demokrasi yang semakin hari semakin hangat diperbincangkan, menjadi salah satu ajang untuk kita menagih janji-janji para penguasa di negara ini. Kasus-kasus negara, mulai dari KKN, krisis moral, kenaikan harga BBM, perpolitikan yang semakin semrawut, hak asasi manusia yang terasa ‘miring’, penistaan agama, dan sebagainya.
Berbicara demokrasi, penguasa negeri ini harus selalu diingatkan. Pada hakikatnya merupakan demokrasi yang dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-sila yang terkandung pada Pancasila sebagai dasar negara. Hal itu berarti bahwa hak-hak demokrasi haruslah selalu disertai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat manusia, haruslah menjamin dan mempersatukan bangsa, dan haruslah pula dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan sosial. Begitulah para aktivis mengatakan penegakan demokrasi, namun pada realitas yang ada saat ini. Demokrasi bagai dipenjara bawah tanah.
Penguasa haruslah memiliki visi ke depan yang jelas untuk membawa perubahan yang fundamental bagi bangsa Indonesia yang kita cintai ini, Bukan hanya bualan saat kampanye, dekat dengan masyarakat hanya sesaat. Kemudian kalian sesatkan kami ke dalam jurang-jurang kemiskinan yang carut marut. baik dari segi perekonomian, pertahanan, dan persaingan tingkat global. Oleh karena itu, sinkronisasi antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah sejalan bukan malah sebaliknya demokrasi yang ditegakkan hanya merupakan untuk pemenuhan kepentingan partai dan sekelompok tertentu saja.
Demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah mengacu pada sendi-sendi bangsa Indonesia yang berdasarkan falsafah bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945. Meski pada kenyataannya UUD 1945 dan Pancasila saat ini dipenjarakan di bawah tanah, seakan para penguasa itu lupa akan penegakan-penegakan hukum yang seharusnya kau tegakkan! Kau bela! Bukan kau sembunyikan rapat-rapat. Wahai para penguasa!
“Janganlah demokrasi kita itu demokrasi jiplakan” pesan bung Karno. Bahwa demokrasi yang di tuntut seperti negara-negara luar. Demokrasi kita memiliki corak, memiliki keunikan, dan tentunya memiliki integritas yang berbeda dengan Negara-negara lainnya. Menurut bung Hatta, demokrasi yang diinginkan negara Indonesia yang pada waktu itu sedang diperjuangkan kemerdekaannya, yakni, bukan demokrasi liberal yang biasanya memihak golongan yang kuat sosial ekonominya. Selain itu, bung Hatta menandaskan bahwa negara Indonesia tidak didirikan sebagai tempat merajalelanya kaum kapitalis.
Melihat pesan sejarah di atas, seharusnya pemimpin kita begitu dekat dengan rakyatnya. Begitu tegas penegakan hukumnya ke semua lini, lebih khusus lini elit yang berbelit-belit. Untuk mewujudkan budaya demokrasi seperti pesan bung Karno dan bung Hatta di atas, memanglah tidak mudah. Pada realitas sekarang bahwa demokrasi memang bagai dipenjarakan di bawah tanah. Apalagi gerombolan penguasa ini membuat “tameng” KUHP. Mereka seolah-olah diam, pura-pura tak melihat dan tak mendengar aspirasi.
Hal ini harus segera diperbaiki. yang paling utama, tentu saja, adalah adanya niat untuk memahami nilai-nilai demokrasi. Mempraktikkannya secara terus menerus, atau membiasakannya. Memahami nilai-nilai demokrasi memerlukan pembelajaran, yaitu belajar dari pengalaman negara-negara yang telah mewujudkan budaya demokrasi dengan lebih baik dibandingkan kita.
Dalam usaha mempraktikkan budaya demokrasi, kita kadang-kadang mengalami kegagalan di sana-sini, tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk terus berusaha memperbaikinya dari hari ke hari. Suatu hari nanti, kita berharap bahwa demokrasi telah benar-benar membudaya di tanah air kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Wallahu ‘alam bisshawab