Rabu, 25 Shafar 1444 H/ 21 September 2022
Sejak tergulingnya presiden Mesir, DR. Mursi di tahun 2013, berdampak luar biasa sulitnya bagi penduduk Palestina hingga sekarang. Terutama yang berada di penjara terbuka terbesar di dunia, Jalur Gaza. Perbatasan Rafah masih sulit di akses, terowongan-terowongan yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk Gaza dihancurkan, BBM, gas, listrik menjadi langka, harga bahan makanan dan bangunan melangit, penduduk Gaza semakin menderita. Yang membuat miris adalah pihak militer Zionis Israel hampir setiap hari membunuh warga Palestina yang berlangsung bertahun-tahun.
Bagaimana sikap negara-negara Arab? Suriah, yang merupakan salah satu gerbang utama pembebasan Palestina selain Mesir, masih terus didera konflik. Terjadinya fitnah dan perselisihan antara satu faksi dengan faksi lainnya makin memperparah kondisi ini. Lalu Pemerintah Qatar yang pernah memberikan bantuan secara langsung kepada penduduk Gaza juga kondisinya tak lagi bebas. Apalagi Yordania dan Saudi Arabia, ancaman dan kontrol Israel terasa begitu kuat mencengkeram dengan dukungan Barat dan sekutunya. Turki, negara Eropa yang juga sangat vokal membela Gaza, terus digoyang dan difitnah oleh beberapa kalangan dari dalam dan juga luar negrinya sendiri. Indonesia, jangan ditanya?
Pihak-pihak yang sangat loyal dan vokal mendukung dan membela Palestina, terutama yang terdekat secara geografis dan ideologis dengan negeri tersebut, pasti akan dijadikan common enemy (musuh bersama) oleh koalisi musuh Islam, dan sudah selayaknya digoyang, dikudeta, dihancurkan bahkan dicap sebagai teroris.
Melihat kondisi tersebut, progres pembebasan Palestina yang sepertinya mundur sangat jauh lagi ke belakang apakah akan turut melemahkan ummat Islam? Apakah suara ummat yang dulu vokal, semangatnya yang dulu total, dukungannya yang dulu loyal, untuk Palestina akan menurun dan menghilang tanpa bekas? Apakah kita akan terus membiarkan kezaliman yang dipertontonkan tiap saat dan kita meresponnya dengan semangat yang telah pudar dan buyar?
Apa pun yang terjadi, kita sebagai umat Islam terlebih sebagai aktivis dakwah, sudah selayaknya menempatkan Palestina (negerinya Al Aqsa) di hati yang terdalam, mencintai dan menghormatinya, serta mencurahkan jiwa dan harta untuk membebaskannya. Optimisme wajib kita tanamkan dalam diri, bahwasanya atas izin Allah, suatu saat Palestina pasti akan terbebas.
Dulu tak ada yang pernah mengira, imperium Romawi dan Persia yang gagah perkasa bisa ditaklukkan. Dulu tak ada yang pernah menduga, kota Konstantinopel yang kokoh bisa direbut. Dulu tak ada yang pernah menyangka, imperium kolonial Inggris, imperium komunis Uni Soviet dan imperium Nazi Jerman yang kuat serta memiliki persenjataan yang modern bisa rapuh dan runtuh. Kita harus percaya pada sunnatullah, bahwasanya suatu saat rezim zalim Zionis dan pihak-pihak yang menyokongnya habis-habisan juga akan collapse dan hancur lebur.
Mari kita buang jauh-jauh sikap ketergesa-gesaan dalam meraih kemenangan. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ kepada Sahabat Khabab radiallhuanhu yang mengadukan penderitaan tiada henti yang dialami umat Islam di Mekkah, mereka dicambuk, disiksa, ditindih dengan batu, dibakar dan Khabab “mempertanyakan” kapan pertolongan Allah akan datang, dengan kalimat yang panjang dan ditutup dengan, “Akan tetapi kalian terlalu tergesa-gesa..”
Kita ingin Palestina segera merdeka dan ummat secara berjamaah Shalat di Masjid Al-Aqsha’, tapi Allah SWT berkehendak lain. Ada banyak hikmah yang tidak terkuak dan tersingkap oleh kita dari lamanya penjajahan Zionis terhadap Palestina ini. Allah SWT memiliki tujuan tertentu untuk menguji hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah SWT juga ingin menguji kita, yang mengklaim mencintai Palestina, apakah akan terus istiqamah dan sabar dalam jalan yang penuh onak dan duri ini.
Kita harus terus proaktif mengangkat masalah krisis di Palestina ini kepada siapapun, dan mencoba mempengaruhi opini publik di tingkat lokal, nasional dan internasional agar turut serta membicarakan dan mencari solusi untuk Palestina. Kita juga bisa membuat terobosan baru dan mencari ide kreatif untuk mengajak orang lain tersebut, bisa dengan podcast, tulisan, konten medsos, siaran, nasyid, diskusi dan seminar, poster, bahkan game, dan lain-lain.
Hampir setiap hari, jurnalis-jurnalis Palestina posting cuitan di medsos Twitter nya dengan “Don’t stop talking about Palestine”. Jangan lelah dan berhenti, apalagi putus asa. Boleh saja kita mengingat statement yang pernah diucapkan oleh pejuang Afrika Selatan yang berhasil membebaskan negerinya dari paham apartheid yang rasis Nelson Mandela, “now I announce that I retire from retirement..” Beliau yang mendukung Palestina ini mengumumkan bahwasanya beliau pensiun dari kepensiunan dalam melawan kezaliman.
Wallahu ‘alam bisshawab