Oleh: Ust Widi Kusnadi, dai pondok pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
بســــــــــــــــــم الله الرحمن الرحيم
Khutbah pertama:
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ أَمَّا بَعْدُ
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Berbagai bencana melanda beberapa negara. Kabar terakhir kita saksikan, di Negara Pakistan, banjir besar merendam sepertiga wilayah negara itu. Ribuan warga meninggal dunia, jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi di negeri sendiri.
Berbagai bencana itu seyogyanya menjadi bahan renungan bagi siapapun, terutama bagi kaum Muslimin tentang bagaimana hubungan manusia dengan Rabbnya, sesama manusia dan lingkungan sekitar. Sangat mungkin, bencana itu terjadi karena ulah manusia sendiri.
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Pada kesempatan khutbah ini, khatib akan menyampaikan judul: Memakmurkan lingkungan, Mencegah Kerusakan Alam. Di dalam Al-Qur’an surah Huud ayat ke-61, Allah Ta’ala berfirman:
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُّجِيبٌ (هود : ٦١)
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).”
Syaikh Muhammad Sulaiman Al Asyqar dalam kitab tafsirnya, Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir menjelaskan kata: وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا (dan menjadikan kamu pemakmurnya), yakni menjadikan kalian umat manusia sebagai makhluk yang bertugas memakmurkan bumi dengan mendirikan tempat tinggal dan menanam pepohonan.
Kata makmur dalam Bahasa Arab memiliki makna yang lebih luas dibandingkan makna dalam bahasa Indonesia. Makna yang luas itulah yang dimaksudkan dalam Al-Quran. Artinya, memakmurkan bumi itu tidak sekadar membuat penghuni bumi (manusia) merasakan kesejahteraan secara ekonomi dan tercukupinya kebutuhan jasmani saja, tetapi lebih luas lagi, yaitu mengatur manusia agar hidup dalam keteraturan, ketertiban dan berkelanjutan di bawah naungan syariat Tuhan Yang Menciptakan.
Pengertian makmur yang bisa kita pahami adalah istilah memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid adalah bagaimana membuat keberadaan masjid itu memberi manfaat secara maksimal bagi warga sekitar, secara jasmani dan rohani, moral dan spiritual.
Memakmurkan masjid bukan sekadar menjadikan masjid indah dan megah secara fisik saja, tetapi bagaimana ditegakkan shalat berjamaah lima waktu di dalamnya, ada kajian dan mejelis ilmu untuk para jamaah, kegiatan sosial untuk warga, program untuk anak-anak dan remaja, hingga memberi manfaat pula kepada jamaah yang sudah meninggal dunia.
Bagaimana bisa masjid memberi manfaat untuk orang yang sudah meninggal dunia? Caranya dengan mendoakan mereka, menjaga, melestarikan peninggalan dan kebiasaan baiknya, serta menyantuni orang-orang yang ditinggalkannya, baik secara materi maupun non-materi.
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Kembali kepada konteks memakmurkan bumi dalam ayat di atas, artinya keberadaan bumi ini hendaknya dapat memberi manfaat bagi manusia secara berkesinambungan, berkelanjutan, tidak hanya kita saja yang menikmati, tetapi juga bagi anak cucu kita, generasi-gererasi sesudah kita, mereka juga memiliki hak untuk hidup dan mendapat manfaat dari bumi ini.
Manusia yang bertugas harus menjaga dan memelihara kelestarian bumi dengan segala isinya, tetapi kenyataan yang terjadi, saat ini kita saksikan dan kita rasakan, manusia mengeksploitasi dan bahkan merusak bumi.
Akibatnya, kerusakan lingkungan terjadi di daratan dan lautan sehingga berakibat fatal terhadap kehidupan umat manusia. Berbagai bencana telah terjadi akibat dari dampak kerusakan lingkungan, seperti; banjir bandang, tanah longsor, naiknya permukaan air laut, tsunami yang mencapai daratan dengan kekuatan penuh sehingga menelan banyak korban jiwa dan harta yang besar, akibat hutan mangroof yang sudah rusak.
Lebih dari itu, kerusakan ozon menyebabkan kanker kulit pada manusia dan kerusakan pada tanam-tanaman, kepunahan species, pencemaran udara, air, dan tanah yang membahayakan kesehatan dan keberlangsungan hidup manusia.
Belum lagi ancaman krisis pangan dan energi yang saat ini sudah dirasakan oleh sebagian penduduk bumi. Lembaga-lembaga pangan dunia mengingatkan, beberapa negara di Afrika penduduknya sudah mengalami kelaparan. Di tambah lagi akibat peperangan yang tidak berkesudahan menambah daftar panjang pengungsian, dan ancaman krisis lainnya.
Allah memperingatkan dalam firman-Nya, surah Ar-Ruum ayat 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الروم : ٤١)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Kerusakan lingkungan terjadi karena adanya keserakahan manusia yang mengeksploitasi alam tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Manusia dengan sekehendaknya merubah hutan menjadi areal perkebunan dan industri, menggunduli hutan secara tidak terkendali, menggali tambang, mencemari lingkungan dengan polusi-polusi, membuang limbah industri secara sembarangan, dan kezaliman-kezaliman lain, yang jelas membawa dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan.
Berbagai kerusakan itu tidak terjadi tiba-tiba. Ada pangkal penyebabnya. Menurut ayat ini, pangkal penyebabnya adalah: bimâ kasabat aydî al-nâs (disebabkan karena perbuatan tangan manusia). Ibnu Katsir dan Al-Syaukani sepakat, makna kata kasabat aydî al-nâs adalah perbuatan maksiat dan dosa.
Dengan demikian, ayat di atas memastikan bahwa pangkal penyebab terjadinya kerusakan di muka bumi adalah pelanggaran dan penyimpangan terhadap ketentuan syariah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia, tugas utamanya adalah sebagai khalifah (Al-Baqarah: 30). Tugas utama khalifah selain menyembah dan beribadah kepada Allah adalah menjaga dan melestarikan bumi dengan menjaga ketertiban kehidupan di atasnya dan memakmurkannya.
Islam memberi peringatan dini, melalui Al-Qur’an yang mulia, dalam melihat kerusakan dan bencana, sebab-musabab utamanya, yaitu kerusakan moral manusia.
Jika manusia mampu melakukan perbaikan, saling menasehati dalam kebaikan, bekerja sama dalam amar-ma’ruf nahi munkar, dan ikhlas dalam menjalankan tugas dan amanahnya, dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala semata, maka Allah pasti akan membukakan pintu-pintu keberkahan dari langit, bumi dan segenap penjuru bumi.
Namun, jika manusia lalai, terus melakukan kemaksaiatan tanpa henti, marasa pongah, sombong, anti kritik dan merasa paling benar sendiri, maka Allah akan menurunkan ujian, fitnah, bahkan azab. Kesemua itu dilakukan, agar manusia mau kembali kepada aturan Ilahi, bertaubat menyesali diri, atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, dan kembali melakukan perbaikan.
Semoga Allah senantiasa mengampuni dosa-dosa kita, menjaga kita dari azab dan siksanya, sehingga kita kembali menghadap Ilahi Rabbi dengan rahmat dan ampunannya, Amiin ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2:
اَلحَمْدُ لِلّٰهِ حَقَّ حَمْدِهِ. وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَالصَّلاَةُ وَاسَّلاَمُ عَلَى خَيْرِعَبْدِهِ، مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ لِقَاَرَبّهِ. أَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.