Kupang, Rasilnews – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Abdul Rachman selaku Koordinator Balai Pengelola Observatorium Nasional (BPON) Kupang mengatakan, Komet C/2017 K2 (PanSTARRS) atau disingkat menjadi K2, melintasi bumi.
Komet ini diduga berasal dari suatu lokasi di bagian luar Tata Surya yang dinamakan Awan Oort, dalam rilis resmi BRIN yang diterima MINA, Senin (25/7).
Initial C dari komet tersebut bertipe non-periodik, angka 2017 menunjukkan tahun ditemukannya, dan kombinasi huruf dan angka K2 menunjukkan urutan ditemukannya pada tahun 2017.
“Komet ini melintas terdekat dengan Bumi pada 13 Juli 2022 pada jarak sekitar dua kali jarak Bumi ke Matahari. Saat ini K2 sedang menuju jarak terdekatnya ke Matahari yang diperkirakan terjadi pada Desember tahun ini,” kata Abdul.
Karena termasuk dalam golongan komet non-periodik, lanjut dia, K2 tidak rutin melintas di dekat Bumi seperti halnya komet-komet periodik misalnya Komet Halley yang periodenya sekitar 83 tahun.
“Sehingga tidak diketahui kapan ia akan melintas di dekat Bumi lagi,” ujarnya..
Abdul mengungkapkan K2, ditemukan oleh sistem pemantau komet bernama Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System (PanSTARRS) yang berlokasi di Hawaii pada 21 Mei 2017.
Komet ini diduga berasal dari Awan Oort (Oort Cloud) yang berupa kumpulan benda-benda yang berada di bagian terluar dari Tata Surya.
Penampakan Komet saat melintas dengan jarak paling dekat dengan Bumi, K2 menampilkan ekor debu dan ekor gas. Semakin dekat ke Matahari, ekor gas akan terlihat semakin jelas.
“Saat melintas dekat Bumi, K2 hanya bisa dilihat jika memakai teleskop apalagi karena saat itu bertepatan dengan Bulan Purnama. Akan tetapi seiring makin dekatnya komet tersebut dengan Matahari maka ia akan bisa dilihat dengan binokular. Seluruh daerah di permukaan bumi berkesempatan untuk melihat komet itu pada malam hari yang cerah,” ungkap Abdul.
Dia mengatakan, masyarakat dapat mengamati K2 beberapa bulan terutama saat komet itu melintas dekat Bumi, dalam perjalanannya menuju titik terdekatnya dengan Matahari, dan hingga beberapa bulan setelah itu.
Abdul menuturkan, dengan fenomena komet melintas bumi, melalui riset dapat dipelajari kemungkinan jatuhnya komet tersebut ke bumi. Untuk kasus K2 ini, komet melintasi bumi pada jarak lebih dari 270 juta km sehingga tidak berdampak apa-apa ke bumi. Oleh karena melintasnya cukup jauh dari Bumi yakni sekitar dua kali jarak Matahari-Bumi maka tidak ada efek negatif yang ditimbulkan.
“Pengamatan Komet K2 di BPON dilakukan di Kantor Operasional dan Pusat Sains di Desa Oelnasi selama beberapa hari sejak 13 hingga 16 Juli 2022. Setiap hari pengamatan itu, dilakukan akuisisi hingga beberapa jam. Data yang terkumpul selain bisa dianalisis untuk keperluan riset, bisa juga digunakan untuk astrofotografi,” ujarnya.
“Untuk pengamatan digunakan teleskop yang memakai cermin berukuran 25 cm dan detektor CCD yang dilengkapi dengan beberapa buah filter warna,” tuturnya.