Minyak Dunia Naik Imbas Invasi Rusia, Pengamat: Indonesia akan Kelimpungan
Cibubur, Rasilnews – Pengamat Ekonomi Politik, Ichsanuddin Noorsy menanggapi polemik harga minyak dunia yang naik imbas dari invasi Rusia ke Ukraina. Ia menyebut Indonesia akan mengalami kebingungan hebat menghadapi masalah tersebut.
“Indonesia akan kelimpungan nggak karuan karena harus mengimpor 800.000 barel per hari dari luar,” ujar Noorsy dalam wawancara Topik Berita Radio Silaturahim AM 720, pada Selasa (8/3) pagi.
Noorsy mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia juga akan ditekan habis-habisan untuk memenuhi kebutuhan impor minyak dari luar negeri, seperti Rusia.
Diketahui, sektor energi Rusia saat ini terancam kena sanksi akibat invasinya ke Ukraina. Imbas sanksi itu, membuat harga minyak mentah terus melambung tinggi.
Rusia merupakan salah satu produsen utama minyak mentah dunia. Ekspor minyak Rusia mencapai sekitar 7 juta barel/hari, sementara produksinya menyumbang 7% dari total pasokan dunia.
Menurut Noorsy, jika Amerika Serikat (AS) melarang impor minyak dari Rusia, maka
semua negara akan rentan mengalami krisis minyak akibat sanksi ke Rusia ini.
“Artinya semua negara yang memiliki kerentanan pada ketahanan esensi akan mengalami krisis. Perang itu melibatkan industri lainnya, indistri keuangan, industri militer, industri pangan, dan lain-lain,” ucapnya.
Sebelumnya, ia mengatakan harga minyak yang membumbung tinggi ini merupakan bentuk tekanan terhadap dunia internasional, setelah pandemi Covid-19 dan vaksin.
“Kalau kita lihat harga minyak sekarang, memang itu suatu bentuk tekanan terhadap dunia internasional dari situasi yang mereka sadari, perang yang mereka ciptakan lewat covid 19 dan vaksin itu harus mereka alihkan ke modal konflik Ukraina dan pada saat yang sama ujungnya nanti soal minyak,” jelasnya.
Sebagai informasi, harga minyak dunia melesat ke posisi USD130 per barel pada Senin pagi (7/3/2022) waktu Indonesia. Posisi merupakan yang tertinggi sejak 13 tahun terakhir.
Mengutip CNBC, minyak mentah AS melonjak lebih dari 8 persen karena pasar terus bereaksi terhadap gangguan pasokan yang berasal dari invasi berkelanjutan Rusia ke Ukraina dan kemungkinan larangan minyak dan gas alam Rusia.
Riset Bank of America menyebut tanpa minyak dari Rusia, pasokan di pasar dunia akan seret. Akibatnya, harga minyak sangat mungkin bisa menyentuh US$ 200/barel. Sedangkan JP Morgan memperkirakan harga minyak bisa mencapai US$ 185/barel.